"Mwo haneun geoya?!" sentak Seung Ho. Dia seperti marah bukan main melihat Ji Eun menyentuh kalender yang sengaja ia sobek itu. Dia langsung merebut kertas di tangan Ji Eun dan melemparnya ke tempat sampah. Ji Eun membeku, bingung apa yang membuat Seung Ho begitu marah. Dia kan hanya mengambil seonggok kertas di tempat sampah. Apa yang salah dengan itu?
Seung Ho berdeham. Dia melirik sedikit pada Ji Eun, "Mmm... Ta-tanganmu akan kotor. Jangan menyentuh tempat sampah," ucap Seung Ho berdalih. Dia sendiri juga heran mengapa ia semarah itu? Apa mungkin ia takut jika Ji Eun mengetahui rahasianya? Entahlah, perasaan apa ini. Seung Ho tidak mengerti sama sekali.
"Ne? A-ah benar juga," balas Ji Eun kikuk.
"Mmm... Kau... Kau suka jamur, kan?"
Ji Eun tersenyum hambar. Atmosfer ruangan menjadi canggung. Keduanya bahkan tak berani menatap satu sama lain. Mereka sama-sama bingung harus berkata dan berbuat apa.
"Cuci tanganmu." Akhirnya itulah yang terucap dari bibir Seung Ho, lalu ia kembali ke dapur untuk melanjutkan aktivitasnya.
Sementara Ji Eun memilih untuk mengikuti kata Seung Ho. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya. Jika dilihat lagi nyaris di setiap dinding tergantung kalender. Mungkin ada lebih dari sepuluh. Di pintu masuk, di kamar tidur, ruang tamu, di atas meja, bahkan di kamar mandi pun ada, menggantung tepat di samping kaca wastafel. Aneh, kalender dimana-mana. Buat apa dia punya sebanyak itu? Sebenarnya ada apa dengan kalender? Dan kenapa ia menyobek lembaran bulan Mei di setiap kalendernya? Ji Eun tak mengerti. Sedikit pun ia tak bisa mengerti. Pemuda itu terlalu banyak teka-teki.
Setelah mencuci tangan Ji Eun berjalan menuju ruang tengah. Dia langsung duduk di dekat Seung Ho yang sedang meminum segelas jus apel. Di atas meja sudah tersaji dengan sempurna menu sarapan sehat ala Seung Ho. Roti panggang dengan selada dan jamur truffle yang tentu saja semua bahannya organik.
"Meogeo," ucap Seung Ho sambil menyodorkan masakan yang ia masak itu.
Ji Eun mengambilnya, "¹Jal mug get sumnida."
Lagi-lagi suasana kembali canggung. Hanya dentingan alat makan yang terdengar. Tidak bisa begini. Menelan makanan pun seakan tercekat di kerongkongan. Seung Ho meraih remote TV yang tergeletak di atas meja lalu menyalakannya. Berharap itu dapat mencairkan suasana. Seung Ho menggonta-ganti chanel dan tak ada tayangan yang menarik selain home shopping. Akhirnya TV dimatikan kembali.
"Ngomong-ngomong kau belum menjawab pertanyaaku." Kali ini Ji Eun yang angkat bicara.
Seung Ho mengernyitkan dahinya, "Pertanyaan?"
"Iya, bukannya kau harusnya di rumah sakit?"
"Rumah sakit? Ohh... Aku sudah diperbolehkan pulang."
"Memangnya kau sakit apa? Semua temanku khawatir karena kau tiba-tiba pingsan."
"Tidak, aku hanya kelelahan. Akhir-akhir ini jadwalku sangat padat," ucap Seung Ho kembali berdalih. Ji Eun tak curiga dan langsung mempercayai ucapan Seung Ho. Mereka pun menyelesaikan makan paginya tanpa ada pembicaraan lebih lanjut.
***
"Gomawo untuk sarapan dan tanda tangannya. Neomu gomawo," ucap Ji Eun sambil membungkukkan badannya.
Seung Ho yang sedang bersandar dekat pintu masuk tersenyum, "Sarapanlah setiap hari di rumahku."
"Ne?"
"Jangan makan ramyeon instan lagi dan makanlah di rumahku. Akan kubuatkan makanan sehat untukmu."
Ji Eun tersenyum hambar, "Aniyo, kwenchanayo."
"Tak perlu sungkan. Kita kan teman dan rumah kita di lingkungan yang sama."
Ji Eun tersenyum, "Aku harus pulang."
"Keudae, hati-hati di jalan."
Ji Eun membungkukkan badannya sekali lagi sebelum berjalan menuju lift. Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka, dia pun melangkah masuk. Ji Eun menatap tote bag berisikan barang teman-temannya. Semuanya sudah ditanda tangani oleh Seung Ho tadi setelah mereka makan. Ji Eun tersenyum. Dia dapat membayangkan ekspresi senang mereka.
Ting! Pintu lift terbuka. Lift sudah membawa Ji Eun menuju lantai dasar. Dia pun berjalan menuju rumah. Sepanjang perjalanan perasaan Ji Eun campur aduk. Di satu sisi ia senang sudah menyelesaikan misinya untuk mendapatkan tanda tangan Seung Ho, di sisi lain ia penasaran setengah mati terkait kalender di rumah Seung Ho. Ada apa dengan Mei? Apa mungkin itu ada hubungannya dengan suatu peristiwa? Ia harus menanyakannya nanti pada Minah. Siapa tahu Minah mengetahuinya.
Saat sudah sampai di rumah. Ji Eun dibuat kaget karena ada mobil hitam terparkir didepannya. Jangan-jangan ahjussi penagih hutang itu lagi? Bagaimana ini? Ji Eun belum dapat gajih karena ia baru bekerja beberapa hari, uang di bank pun hanya tinggal beberapa ribu won lagi. Dengan langkah gontai Ji Eun masuk ke dalam rumah.
Ji Eun meneguk ludah, "Aku pulang."
"Ji Eun? Baguslah, cepat ganti bajumu," ucap Sang Ho, samchon-nya Ji Eun, dengan nada gembira.
"Ganti baju?"
"Iya, mari kita belanja. Sepuasnya."
"Belanja? Samchon punya uang?"
Sang Ho tersenyum lebar. Dia membuka sebuah tas hitam yang ia sembunyikan di bawah meja. Tas itu penuh dengan bergepok-gepok uang pecahan 50 ribu won. Ji Eun membelalakkan matanya tak percaya.
Sang Ho kembali tersenyum, "Samchon dapat banyak uang semalam dari permainan ²roulette."
Bersambung...
-------------------------------------------
1. Jal mug get sum ni da = Ucapkan ini sebelum makan untuk mengekspresikan rasa terima kasih pada tuan rumah atau pada sang juru masak.
2. Roulette merupakan permainan kasino paling dasar dan paling terkenal. Permainan Roulette terdiri dari roda Roulette yang melingkar serta papan permainan yang dapat dijadikan tempat taruhan oleh pemain.
Apdet lagi nanti kalo ga minggu, senin.
Keep reading and voting😘
XOXO
[7 September 2017]
![](https://img.wattpad.com/cover/82136375-288-k556130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Tears
FanfictionYoo Seung Ho adalah seorang artis papan atas. Ji Eun sendiri pun tak mengerti mengapa dirinya bisa dekat dengan seseorang yang luar biasa seperti dirinya. Detak waktu terus berlalu. Hingga pada suatu saat Ji Eun menyadari akan adanya sebuah kejangga...