PART 21, WAKTU BERLALU BEGITU CEPAT(2)

422 16 31
                                    

(Masih lanjutan flashback)

Keesokan harinya Kanya pulang. Kanya kembali ke rumahnya, ia sungguh tak sanggup untuk tak bertanya soal Sonya pada papanya. Dalam perjalanan pun Kanya tak berhenti memikirkannya.

'Siapa sebenarnya Sonya??' tanya Kanya dalam hati.

Sesampainya dirumah, ia melihat papanya kebetulan ada diruang tamu membaca koran.

'Gak biasanya papa dirumah?' pikir Kanya saat masuk ke halamn rumahnya. Ia langsung berjalan ke papanya.

"Pa, aku mau bicara sesuatu." ucap Kanya meminta sedikit waktu.

"Soal apa? Bagaimana liburanmu? Kamu senang?" ucap Jonathan balik nanya.

"Aku kecewa, sama papa." hanya itu yang diucapkan Kanya.

"Soal apa?"

Kanya hanya diam menatap papanya, dan memberikannya buku diary milik Sonya.

Papanya langsung memasang raut muka terkejut. Tapi sedetik kemudian wajahnya kembali pada ekspresi semula, datar.

"Bicarakan ini di dalam," ucap papanya menyuruh Kanya masuk.

Kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah. Suasana rumah sepi, sepertinya mama Kanya dan Clarist sedang tidak dirumah.

"Papa tau, cepat atau lambat kamu bakal tau ini. Sebenernya papa juga mau bicara, tapi mama kamu selalu melarang papa." ucap papanya sambil menerawang jauh ke masa lampau. "Jadi.. Kamu siap dengar penjelasan papa?"

"Aku siap pa," jawab Kanya. Sejujurnya ia tak pernah siap untuk hal seperti ini, bahkan air matanya kini sudah menggenang dipelupuk matanya seperti sedang menahan sesuatu yang Kanya juga tidak tau.

"Jadi.. Kamu dan Clarist bukan lah saudara kandung." ucap papanya.

Kanya baru saja hendak menyela pernyataan papanya,

"Jangan memotong ucapan papa dulu. Jadi, sebelum papa menikah dengan mama kamu, papa sudah menikah dengan seseorang, dia Sonya. Papa sangat mencintai Sonya, sampai papa akhirnya menikahi Sonya walaupun dulu nenek kamu gak setuju. Setelah beberapa tahun menikah, Sonya hamil. Dan menjelang kelahiran, Sonya mengalami gangguan kesehatan yang gak tertangani.. Sampai akhirnya dia harus kehilangan nyawa saat melahirkan anak papa. Kamu lah anak papa yang dilahirkan Sonya,"

Tes.. Air mata itu jatuh mulus melalui pipi Kanya tepat saat papa Kanya mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Jadi..." ucap Kanya terputus karena ia keburu nangis.

"Ya, begitulah yang sebenarnya. Sonya adalah Ibu kandung kamu. Dan ibumu bukanlah mama kamu yang sekarang. Tapi mama kamu yang sekarang tetaplah mamamu, ingat itu baik-baik. Dia yang sudah merawat dan membesarkanmu sampai saat ini untuk menggantikan tugas ibumu yang sudah tenang di alamnya."

"Pa, anterin aku ke makam Sonya." ucap Kanya.

"Mulai sekarang jangan panggil dia Sonya, dia itu tetap ibu kamu juga kan.." ucap papanya tersenyum.

(flashback off, kembali ke diary Kanya)

Yah, gue emang kecewa soal itu sama papa waktu itu. Gue juga heran, ternyata gue bakal separah itu nangisnya ketika papa jelasin yang sebenernya ke gue.

Gue pikir hati gue udah mati karena terlalu sering dipatahkan. Nyatanya gue masih nangis.

Dan kenyataan itu adalah tentang Sonya yang baru gue tau beberapa bulan itu, adalah ibu kandung gue. Ternyata gue selama ini mungkin salah nilai mama jahat sama gue, mungkin dia dendam sama ibu kandung gue dan yang dia bisa lakuin cuma ngelampiasin bencinya ke gue.

Dear KanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang