"Clarist, lumpuh.. Maaf, kami tidak bisa mendeteksi ini dari awal. Tapi lumpuh Clarist ini masih bisa diatasi dengan terapi, kalau Clarist mau."
"..." Kristin hanya diam mematung kemudian disusul air matanya yang meluncur perlahan.
"..." Begitu juga Kanya.
'Tuhan,, sekalipun gue selalu merasa iri dan mungkin benci Clarist. Gue gak pernah benar-benar ingin sesuatu yang buruk terjadi sama dia, Tuhan. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi?' batin Kanya sesak.
...
3 bulan kemudian, semuanya mulai kembali normal.
Apa akhirnya Clarist mati? Jelas enggak!
Keadaan Clarist sudah jauh membaik. Dan beberapa luka yang membuatnya tak bisa berjalan beberapa bulan lalu juga mulai menunjukkan perubahan akan pulih. Hanya saja, sementara waktu ia tak akan bisa berjalan dengan kakinya, kakinya lumpuh sementara. Clarist setuju untuk mengikuti terapi agar kakinya bisa digunakan untuk berjalan lagi.
Dan bagaimana dengan Erwin? Erwin sudah benar-benar membaik. Entah bagaimana ia bisa dengan cepat pulih dari kecelakaan yang bahkan bisa saja melayangkan nyawanya itu. Bahkan, saat ini ia sudah kembali menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa jurusan hukum dan sebagai direktur muda dari perusahaan ayahnya.
Dan sesuai yang dikatakannya beberapa bulan lalu, ia akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Clarist gara-gara kecelakaan yang ia buat.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya, ia akan menemani Clarist selama ia pengobatan termasuk saat nanti ia harus menjalani terapi untuk memulihkan kerja kakinya.
Dan Kanya? Kanya sudah kembali ke Jogjakarta untuk melanjutkan kuliahnya yang sekitar setahun lagi akan selesai.
...
-I'm Kanya-
Seperti sebuah embun yang pasti akan menguap saat mentari mulai menyingsing, begitu pula tiap masalah pasti akan menemukan jalan keluar.. Meski kadang jalan itu bukan jalan yang baik.Semua berjalan dengan baik.
Sekarang adalah bulan Oktober, yang artinya sekarang adalah musim hujan menurut perhitungannya. Tapi ramalan cuaca hari ini bilang, hari ini bakal cerah. Dan gue pikir juga akan begitu, karena siang ini lagit benar-benar cerah tanpa awan abu pertanda akan turun hujan.
Gue sekarang ada di pepustakaan, duduk di bangku dekat jendela besar yang langsung menghadap ke semua gedung di universitas ini.
Sekarang gue lagi baca novel "Cowok Rasa Apel", ceritanya mengisahkan tentang sudut pandang seorang gay yang jatuh cinta ke teman seangkatannya di SMA. Lucu..
(Sekitar satu jam kemudian..)
"Kanya!" ucap seseorang... Sepertinya manggil nama gue? Berapa banyak mahasiswa disini yang namanya Kanya? Mungkin bukan gue.
"Kanya!!" terdengar lagi, tapi gue masih kurang percaya yang dipanggil gue. Tapi kali ini gue bakal liat buat memasikan.
"Somplak.. Direspon deh.." ucap Dina, anak jurusan pendidikan agama yang entah bagaimana mengenal Kanya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Kanya
Teen FictionMasa SMA.. Kata mereka adalah masa terindah dalam hidup. Masa dimana setiap remaja mulai beranjak dewasa. Mengalami banyak kisah mengesankan dan tak terlupakan. Merajut jutaan harapan dan perasaan baru. Mulai mengenal satu hal yang menjadi pusat keh...