PART 41, MENUJU AKHIR(?)

289 12 19
                                    

-I'm Kanya-
Setiap pertemuan akan menjumpai sebuah perpisahan.  Layaknya pertemuan ini, sepertinya hanya sebagai perantara untuk membawa gue lebih dewasa. Atau mungkin hanya untuk mengisi sebagian kecil dari ruang kehidupan gue. Tapi, terimakasih untuk pernah hadir dalam hidup gue.

Mata gue setengah terbuka.

Gue bisa merasakan getaran dari smartphone yang diiringi dengan lagu yang merupakan karya Elvis Presley, Can't Help Falling In Love -itu smartphone gue.

Gue sengaja mendiamkan panggilan itu, mata ini masih terlalu berat.

'Oh God.. Siapa yang tega membagunkan gue di pagi buta seperti ini??'

Hingga panggilan.. yang ketiga,

'Oke, mungkin memang panggilan yang penting?' batin gue dalam hati.

Tangan gue bergerak meraba-raba, mencari keberadaan smartphone itu.

"Halo?" ucap gue mengawali panggilan itu.

"..."

"Haloo?? Ada oraang?? Kalo ga jawab, gue matiin nih." ulang gue sekali lagi dengan suara sedikit tidak sabaran.

Gue gak tau kenapa penelfon ini hanya diam, tapi samar-samar gue mendengar keramaian? Suara sirine? Ambulan atau Mobil Polisi? Entahlah.. gue masih gak bisa membedakan suara keduanya.

Lalu gue melihat siapa yang menelfon di pagi buta seperti ini,

And then,.. Clarist? Yang bener aja? Dan ini jam masih jam 2 pagi!!

"Clar? Apaan sih lo! Lo tau kita di bawah atap yang sama, ngapain lo telfon-telfon.. kurang kerjaan nih anak ya. Ini jam 2 pagi! Lo gila yaa.. duuh." ucap gue langsung saking geregetannya dengan ulah Clarist.

Well yaahh, akhir-akhir ini Clarist emang seperti balik lagi jadi bocah sd sifatnya. Gak tau kenapa, tapi dia jadi usil banget! Parah! Lusa kemarin misalnya, pas gue lagi bersih-bersih kamar, di kasur seketika ada banyak kecoak mainan. Oh hell! Dan itu terlihat nyata sekali! Dan mau tahu siapa yang meletakkannya? Clarist? Yep! Benar sekali. Hufft.. gue sangat sangat sangat benci kecoak! Garis bawahi itu! Sangat sangat sangat benci!

"Kanya.." gue bisa denger suaranya bergetar, seperti akan menangis? Why? Jangan-jangan ini bagian dari kejailannya lagi.

"Ngapain lo, suara kayak mau mewek! Mau ngerjain gue lagi lo, ya??!"

"Gak gak, gue gak bercanda. Gue kecelakaan.."

"WTH? Lo bilang gak bercanda? Bukannya lo sekarang ada di kamar sebelah dengan lagu andalan lo, yang mainin puter dengan suara keras-keras??" ucap gue karena mendengar lagu Just Give Me A Reason milik Pink dan Nate Ruess terlantun keras dari kamar sebelah -kamarnya Clarist.

"Lo ga denger disini adanya suara ambulan?? Gue semalem jalan sama  Erwin. Terus.." belum selesai Clarist berbicara tapi tangisnya sudah pecah.

Lalu gue beranjak dari kasur memastikan bahwa Clarist hanya bercanda, dia pasti ada di kamarnya sekarang, pasti. Gue keluar dari kamar, dan sekarang sedang mencoba membuka pintu kamar Clarist. Tidak ada.. kosong! Kasurnya rapi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Clarist, hanya saja lagu andalan Clarist memang terputar dengan keras dari kamar ini.

"Clar??!" ucap gue setelah sadar Clarist ga bohong. "Ok! Gue percaya! Lo sekarang gimana terus?? Lo ada dimana?"

"Di ambulan, mau ke RSU Persada.. Gue gak papa, cuma lecet dikit. Tapi, please.. dateng kesini. Gue takut banget.. kepalanya Erwin banyak berdarah."

Dear KanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang