PART 27, TAKDIR? ATAU APA?

368 16 0
                                    

"Kalau sampai Clarist mati, itu semua gara-gara lo. Dan.. Karena lo bilang lo akan tanggung jawab, artinya balasan yang sepadan adalah lo juga harus mati Er,"

Sejenak Erwin mengangkat kewpalanya dengan pandangan bertanya pada Kanya.

"A-apa?" ucap Erwin tak percaya dengan yang dikatakan Kanya.

"Ahahahaa.. " tawa Kanya tiba-tiba pecah. "Ya nggak lah Er,, ya kali gue nyuruh lo mati kalo Clarist mati. Nggak lah, gue gak se-kejam itu. Jangan tegang gitu dong.. Hehee.." sambung Kanya.

Perlahan-lahan Erwin mencerna ucapan Kanya. Sangat perlahan, hingga dua menit hening untuk mereka.

"H-hei.. Gue gak serius kali Er.. Lo terlalu serius ih, sekarang malah ngelamun." ucap Kanya sambil melambaikan tangannya ke -kamera, ya nggaklah- depan muka Erwin.

"Gue kira lo serius nyuruh gue mati kalo adik lo mati, " ucap Erwin kemudian. "Dan sekarang gue benar-benar mikir lo itu berkepribadian banyak, bukan lagi ganda. Sebentar lo baik, sebentar lo cuek bebek, sebentar lagi lo jadi kejam."

"Ahahaha.. Bercanda kali Er,"

"Gimana kalau adik lo.. " ucap Erwin menggantung.

"Apa?" desak Kanya. "Kalau Clarist mati beneran? Entahlah.. Mungkin seneng tapi sedih juga."
"Kok seneng sih?" tanya Erwin bingung.

"Eh? Ahahah.. Lupain deh. Gausah dipikirin, gak penting." ucap Kanya. "Eh, btw.. Ini ada surat dari papa gue. Disuruh kasih ke lo."

Erwin menerima surat itu dan tersenyum.

"Makasih,,"

"Oke, gue balik dulu yah.. Bye."

...

-I'm Kanya-
Gue gak tau, apa gue harus sedih? Ataukah senang? Gue rasa gue gak merasakan keduanya.

"Kata dokter, keadaan Clarist sudah stabil. Mungkin dua atau tiga hari lagi akan sadar." ucap papa.

Gue hanya diam mendengar berita itu. Entahlah, gue juga bingung harus memberi respon apa tentang ini.

Di satu sisi gue merasa.. Mungkin senang? Ah, bukan! Gue cuma ngerasa lega. Lega Clarist sudah membaik.

Tapi di sisi lain, hati gue seperti bilang,

'Kenapa lo harus lega? harusnya lo berdoa Clarist mati aja. Dengan begitu, Clarist akan merasakan apa yang dinamakan pembalasan. Pembalasan karena dia harus lahir, dan membuat 'mama' buat lo harus berganti jadi 'mama' bagi Clarist. Walaupun secara gak lansung, Ah! Kenapa gue harus mikirin ini!!'

"Kanya?" ucap papa di depanku dengan tatapan heran melihatku menggeleng-gelengkan kepalaku kesal.

"Eh? Ahh.. Gak papa kok pa, " ucapku kemudian.

...

Malamnya, Kanya mendapat panggilan vc dari whatsapp-nya.

"Hai.. Nya.. Aku kangen kamu, gimana kamu di sana? Baikkan?" sapa seseorang dari seberang sana dengan senyuman lebar yang mengembang.

"Hai.. Marsplanet.. Hehe.. Baik kok, cuma.. Hm, ada sedikit masalah."

"Masalah apa? Ceritain.."

"Clarist.. Minggu lalu kecelakaan, dan udah seminggu ini dia koma. Tapi kata dokter dua atau tiga hari lagi bakal siuman."

"Astaga.. Kenapa gak kabarin aku dari kemarin-kemarin.. Jadi sekarang kamu di Surabaya nih?"

Dear KanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang