10. Pertengkaran Biang Onar.

518 44 0
                                    

Malam itu Rosa baru hendak belajar ketika melihat buku itu masih terselip di tas-nya.

Buku yang berisi tulisan milik Yuda beberapa hari lalu. Mengingat sikap cowok itu yang berubah-ubah membuat Rosa memijit pelipisnya.

'Jangan bilang lo baper sama Yuda!'

Kata-kata Dita masih terngiang di kepalanya. Tapi...apa benar dia memiliki perasaan terhadap cowok itu?

Tanpa sadar tangan Rosa membuka buku itu dan menemukan sebuah tulisan ceker ayam yang langsung membuat senyumnya merekah.

***

Hubungan Yuda dengan Rian, Ahmad dan Joni memang tak terlihat buruk. Tapi pada kenyataannya Yuda sudah mulai jarang berkumpul bersama teman-temannya.

"Jangan panggil gue 'Rose'."

Yuda mendongak dan menemukan Rosa sudah berdiri di hadapannya. Ya, untuk pertama kalinya Yuda datang lebih awal dari Rosa.

Cowok itu berdiri dan menarik tubuhnya ke samping untuk memberi Rosa jalan ke tempat duduknya, lalu duduk di sebelahnya.

Rosa mengeluarkan sebuah buku dari tasnya lalu meletakkannya di atas meja.

Sedangkan Yuda hanya menatap buku itu sejenak, baru membukanya. "Lo kenapa mikir ini dari gue?" Cowok itu memamerkan senyumnya yang ternyata juga dihiasi lesung pipi samar.

"Eh?" Rosa baru sadar. Mengapa orang pertama yang terlintas di benaknya adalah cowok itu?

"Tulisan pertama baru ada di situ setelah gue minjemin lo buku." Rosa menunjuk tulisan itu, "dan tulisan kedua persis sama bentuknya kayak yang pertama."

"Hmm."

"Baru kemarin bilang gue bukan temen lo. Ini nulisnya 'teman'." Rosa mengingatkan.

"Kapan gue ngomong gitu?"

"Itu, yang 'Emang lo temen gue?'."

Yuda bersidekap. "Itu namanya nanya. Kan gue gak bilang lo bukan temen gue."

"Terus sekarang lo ngakuin gue temen?"

"Lo cerewet. Emang gue tulis apa kemarin?"

Rosa mengepalkan jarinya hingga berderak. "Lo ngeselin!"

"Emang," sahut Yuda tak acuh.

***

"Yuda!" Rian menarik bahu Yuda dengan sedikit memaksa saat cowok itu baru keluar dari kelas. "Lo lama gak ngumpul bareng. Mentang-mentang anak ketua yayasan, mulai sombong ceritanya?" candanya.

Yuda tak menanggapi dan hanya pasrah saja saat Rian menariknya ke belakang sekolah.

Di sana anggota Panca Berandal lainnya sedang duduk dengan --terlihat-- santai. Cowok itu sedikit mengernyit melihat hanya ekspresi Rian dan Agus yang tampak bersahabat.

Ahmad melempar sebungkus rokok ke arah Yuda, dan langsung ditangkap cowok itu.

Yuda tersenyum coba menolak sehalus mungkin. "Kaga, Mad. Gue--"

"Sakit gigi?" potong Joni sarkas, "atau sekarang sakit tenggorokan? Atau jangan-jangan sariawan lo belum sembuh setelah berhari-hari?"

"Perlu ke dokter tuh, Da! Ntar lo kanker mulut lagi," celetuk Ahmad tak kalah sarkas.

Yuda mengangkat alisnya bingung. "Kalian kenapa?"

"Lo yang kenapa?!" Akhirnya Agus buka suara. "Lo gak mau nongkrong lagi karena temen baru lo. Apa sih bagusnya dia dari kita?"


Kali ini tangan Yuda terkepal. "Roshita emang gak istimewa, tapi dia beda," ucapnya tegas.

"Jadi emang lebih penting dia? Jangan-jangan lo mulai naksir tuh cewek," sela Ahmad.

"Kenapa lo langsung nuduh?" Yuda tak mau kalah.

Rian memberi tatapan peringatan agar Ahmad tak bicara kelewatan. "Gini, Da, kalau lo mau berhenti ngerokok, terserah. Itu hak lo. Tapi kan masih bisa nongkrong bareng. Lo kenapa ngindar belakangan ini?"

"Oh nggak bisa dong, Yan. Si Rosa alergi asap rokok," celetuk Joni--yang sudah dapat informasi dari Agus-- dengan sarkasme tingkat tinggi. "Lo kira gue gak tau lo mulai deket sama dia?"

Itu sukses membuat Yuda menggeram. "Apa punya temen baru jadi masalah besar buat kalian?"

"Karena elo keterlaluan!" Joni mendorong bahu Yuda hingga teman-temannya yang lain terkejut dan langsung menahan Joni agar tak kelepasan. "Elo kaya suami takut istri!"

Yuda mengepalkan tangan lalu meninggalkan teman-temannya dengan perasaan campur aduk.

***

Seatmate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang