Kali ini Rosa hanya menguap di kelas dan menutupi wajahnya dengan catatan Sosiologi.
Gadis itu sama sekali tak terganggu dengan suasana hening di kelasnya, karena hari ini semua terjadi sesuai tebakannya.
"Ibu tidak tahu lagi gimana cara mendidik kalian, dihukum berkali-kali malah makin berulah--"
"Ya, makanya jang--"
"Joni! Siapa yang nyuruh kamu nyela omongan guru?! Seperempat abad ibu jadi guru tidak ada yang seperti kalian. Siswa senakal apapun, kalau dibilangin itu diam, manut. Lah ini? Malah makin menjadi." Guru itu mondar-mandir di depan papan tulis sambil sesekali mengadukan kedua tangannya.
"Ibu malu setiap hari ada saja guru yang mengadukan kalian ke Ibu." Guru paruh baya itu menghela napas singkat, "sekarang ibu mau pindah ngajar. Jadi untuk sementara, kalian masih dicarikan wali kelas baru. Baiklah, ibu cukupkan sampai disini."
Bu Wati meninggalkan ruangan kelas yang masih hening sehingga langkah kakinya terdengar amat jelas.
"Ini udah guru keempat yang ninggalin kelas kita." Sang Ketua Kelas buka suara.
"Biasa aja, Ris. Orang mau dia sendiri, kok," celetuk Rian enteng.
Aris berdiri. "Lo hargain dong beliau sebagai guru. Lagian kalo gaada wali kelas, siapa yang mau urusin kelas? Lo mau ngurus?"
"Itu kan tugas lo, ga usah bawa orang lain lah," kini Yuda ikut berdiri sejajar dengan Aris.
"Ya! Emang tugas pengurus kelas, dan karena lo nolak ikut campur, gue bisa kan ngatur semua yang berhubungan sama kelas?" Cowok itu mengangkat alis lalu bersidekap, aura kepemimpinannya mulai keluar.
Tangan Aris turun dan kini bertengger di pinggangnya. "Mulai sekarang cowok-cewek di pair duduk sebangku. Lo berlima jangan duduk ngumpul kaya gini, apalagi paling pojok."
"Gue udah sebangku sama Tina sejak dulu. Ahmad duduk sama Meta, Yuda sama Rosa, Agus sama Tata, dan elo Yan, duduk sama Risma. Yang lainnya cari temen sebangku sendiri! Dua bulan gaada perubahan sikap, cari aja ketua kelas baru."
"Tuh, kan Aris marah," celetuk Lisa--gadis yang disebut-sebut paling cantik di IPS 5.
Anak di kelas ini tahu sendiri, menjadi ketua kelas IPS 5 bukan perkara sederhana. Dan kelas takkan terurus bila tak ada pemimpinnya, dan akhirnya satu kelas akan diurus langsung oleh kesiswaan. Daripada pusing cari ketua kelas baru atau malah dipilih jadi ketua kelas, semua memilih untuk menurut.
Rosa yang mendengar namanya disebut memilih tak peduli, hingga akhirnya dia merasakan kehadiran orang sebelahnya.
"Geser. Gue yang duduk di pinggir," perintah Yuda.
Rosa hanya memancarkan tatapan bingung ke arah Yuda lalu menggeser tubuhnya ke kursi tengah.
Namun, tatapan bingung Rosa masih belum lepas dari cowok jangkung itu.
"Kenapa?!" tanyanya dingin.
Rosa mengalihkan pandangannya dengan santai lalu menggeleng singkat.
'Bau rokok,' batinnya.
Dan saat ini firasat buruk Rosa tentang masa SMA-nya semakin kuat.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Seatmate.
Conto(Completed) Start : 6 November. #5 seatmate #1 Rokok *** Runtuhlah langit bagi Rosa saat dipasangkan duduk dengan salah satu cowok biang onar di kelas. Tapi, bukankah hal yang kita benci tak kan selamanya menjadi yang tak kita sukai?