9. Rokok

507 44 0
                                    

"SIALAAAN!" Rosa menggeram pada jam istirahat. Dita hanya menatap prihatin walaupun sambil menahan tawa.

Rosa mondar-mandir di depan Dita yang sedang duduk. "Kemarin dia baik, besoknya ngeselin lagi, besoknya manis, besoknya lagi ketus. YUDA RESEEE!" geramnya.

Akhirnya Dita tak bisa menahan tawanya. Gadis itu terpingkal-pingkal hingga perutnya terasa keram.

"Napa ketawa?" tanya Rosa ketus.

"Jangan bilang lo baper sama Yuda!" ucapnya disela-sela tawa yang berderai.

Alih-alih marah, Rosa malah terdiam memikirkan kata-kata sahabatnya sembari bersidekap.

"Bukannya gimana, sih, Sa. Yuda itu paling ganteng di antara lima orang itu dan enggak terlalu pecicilan kaya yang lain."

Rosa masih diam.

"Awas aja lo nanti-nanti bisa suka sama tuh cowok."

***

Tak seperti biasanya, kali ini Yuda hanya diam di kelas tanpa berniat makan ataupun berkumpul dengan teman-temannya.

Kelas sedang sepi, hanya menyisakan dirinya yang sedang melamun berpangku tangan.

Cowok itu menarik sebuah buku tulis, lalu dengan ragu-ragu menulis sesuatu di halaman pertamanya.

Maaf, Rose
-- teman

Yuda menutupnya lalu memasukkan kembali ke sebuah tas berwarna biru.

"Ngapain lo disini sendiri?"
Rian dkk tiba-tiba muncul di ambang pintu.

Yuda dengan cepat menutup tas itu lalu berdiri.

"Lagi males."

Ahmad menyodorkan sebungkus rokok lengkap dengan koreknya ke arah Yuda. "Biar gak males."

"Ck, gue lagi sariawan."

Rian menaikkan alisnya. "Lo makin aneh, Da. Serius."

"Kalau Yuda gak mau, kita aja." Joni mengambil sebatang rokok dan hendak menyalakannya.

Namun cekalan tangan Yuda menginterupsinya, sekaligus mengundang semua pandangan teman tertuju padanya. "Jangan ngerokok di kelas, ntar ketahuan guru."

"Lo kenapa, sih, Da?" geram Joni, "lagian lo anak ketua yayasan, mau lo nakal jungkir balik juga kaga bakal di keluarin."

Rian menarik bahu Joni. "Dia bener. Kita harus ngerokok di belakang."

Joni sempat memancarkan tatapan tak suka pada Rian, tapi cowok itu membalas dengan tatapan memerintah.

"Lo nggak mau ikut, Da?" tawar Rian.

"Gue disini aja."

Rian mengisyaratkan teman-temannya agar meninggalkan Yuda, menghindari pertengkaran.

Namun Agus yang memiliki intuisi sendiri terhadap perilaku Yuda, enggan meninggalkan temannya.

"Lo kenapa?"

Yuda tak menjawab.

Agus menepuk bahu Yuda. "Gue tahu lo lagi ada sesuatu. Lo ngindarin kita, Da."

Kali ini cowok jangkung itu mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Agus memicingkan matanya. "Lo ada apa sama cewek itu?"

Yuda tahu benar yang dimaksud 'cewek itu' oleh Agus. Mendengar pertanyaan itu, Yuda langsung berdiri keluar kelas meninggalkan Agus yang menggeleng prihatin.


***

Seatmate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang