Kalau bukan karena buku Bahasa Inggris dua tahun yang lalu, dua orang itu mungkin tak kan duduk bersama hari ini.
"Rose!" panggil Yuda sembari menepuk bahu gadis disebelahnya.
"Apa?" Rosa menahan senyum, "cepetan, Da, laper nih gue," ujarnya asal.
"Oke, alay tapi yah, happy aniversary!" ujar Yuda tengil.
Mereka sedang berada di tempat duduk mereka di kelas. Anak-anak lain sedang sibuk beristirahat di kantin, tapi kedua anak ini malah pacaran di kelas. Kelas. Tempat yang sama sekali tidak romantis, tapi jadi saksi pertemuan mereka.
Rosa pura-pura sibuk membolak-balik bukunya.
"Apa sih Yuda, kaya bocah aja. Baru juga dua tahun." Gadis itu menahan senyum.
"Lo nggak mau ngucapin apa gitu ke gue?" Yuda menaikturunkan alisnya.
Rosa menatap Yuda lalu mengernyit. "Like what? 'Happy anniversary juga Yuda' gitu?" Gadis itu berdeham sejenak, "okay, happy anniversary juga Yuda."
"Lo nggak asik."
"Lalu?"
"Bilang 'i love you' kek, biar gue seneng."
Kali ini Rosa benar-benar tertawa. "Gue nggak perlu bilang juga lo udah tahu," ujarnya amat sangat pelan.
"Apa?"
"Nggak ada pengulangan," tandas Rosa.
"Lo kaya Rosa yang dulu gengsian."
"Ih lo kali nggak berubah, udah kelas dua belas masih rese."
"Tapi suka kan?"
Rosa menatap cowok disebelahnya. "Apasih. Minggir deh, gue mau makan. Lo nggak makan? Jam istirahat ntar abis lho," cerocosnya cepat. Lebih tepatnya alibi pengalihan.
Yuda menggeser tubuhnya ke samping, memberi Rosa jalan tanpa hambatan. Namun justru ucapannya-lah yang menginterupsi langkah Rosa. "Gue cinta lo, Rose!"
Rosa mengulum senyum. Walaupun telah dua tahun berpacaran, Rosa masih bisa merasakan pipinya memanas. Gadis itu masih belum berani berbalik, takut Yuda menyadari perubahan ekspresinya.
"Lo nggak jawab juga gue tahu lo cinta juga sama gue," lanjut Yuda.
Gadis itu berbalik lalu tersenyum. "Kalo nggak cinta, ngapain gue pacarin?"
Yuda tersenyum simpul. "Akhirnya."
***
Saat itu sedang masuk kerja. Jadi seluruh siswa sedang sibuk bekerja-sambil mendumel-- karena dikomando Aris.
Berbeda dengan Yuda, cowok itu malah menganggu Rosa yang sedang membersihkan kaca.
"Nah, yang ini malah pacaran," ujar Aris. "Kerja woy!"
Dibentak, Yuda malah tersenyum tengil. Ditariknya tangan Rosa lalu dengan seenak jidat merangkul gadis yang kini melotot itu, sembari berujar. "Makasih loh, Ris."
Aris mengernyit. "Apaan?"
"Ya makasih aja," Yuda masih setia nyengir. "Makasih udah pair gue duduk bareng dia dua tahun lalu," ujarnya sanbil menatap Rosa dengan tampang tengil minta ditabok.
Dan saat itulah terdengar suara 'cie' bersahutan yang sumpah demi apapun membuat Rosa ingin menjitak cowok yang sayangnya saat ini adalah cowoknya.
Cowok yang bisa membuat wajahnya memerah. Cowok kesayangannya.
###
Huft, hai!
Akhirnya shortstory gaje ini selesai juga. Lika-liku dan dinamika perasaan antara Yuda-Rosa, cukup sampai sini.
Udah sih, gue nggak mau banyak bacot.
Bhay!

KAMU SEDANG MEMBACA
Seatmate.
Cerita Pendek(Completed) Start : 6 November. #5 seatmate #1 Rokok *** Runtuhlah langit bagi Rosa saat dipasangkan duduk dengan salah satu cowok biang onar di kelas. Tapi, bukankah hal yang kita benci tak kan selamanya menjadi yang tak kita sukai?