8. Teman?

485 43 0
                                    

Belakangan ini Yuda merasa gejolak di dadanya semakin memburuk.

Jujur saja, kemarin ia tak berniat membuat PR sama sekali. Ia menyalin tugas milik Rosa dengan terpaksa, padahal gadis itu sama sekali tak memaksanya.

Dan siapa yang menyuruhnya membuat tulisan itu pada buku Rosa?

'Itu karena gue gak pengen tuh cewek kecewa."

"Bangke!" umpatnya. Entah kenapa ia tiba-tiba bisa memikirkan hal itu.

Agus yang diam-diam memperhatikan kawannya berdeham dan membuat Yuda salah tingkah.

"Lo aneh, Da," ungkapnya jujur.

Rian yang mendengar percakapan dua temannya ikut-ikutan. "Gue perhatiin belakangan lo suka bengong."

"Banyak pikiran," jawab Yuda asal.

"Mikirin apa?" cecar Agus.

"Ya banyak." Yuda menjawab tak antusias lalu menyalakan sebatang rokok.

Di kelas, posisi Agus hanya berbatas satu meja di belakang tempat duduk Yuda. Jadi, bila pasang telinga dan mata dengan tajam, ia bisa mengamati kegiatan Yuda dengan cukup jelas. Tapi cowok itu enggan membagi apa saja yang ia ketahui kepada temannya yang lain.

"Rese lu," celetuk Joni sambil menyemburkan asap ke arah Yuda.

***

"Uhuk uhuk." Rosa coba meredam batuknya dengan tisu. Ia tahu benar apa penyebabnya tiba-tiba sakit tenggorokan.

Gadis itu alergi asap rokok.

Lagi-lagi Yuda mencoba tak peduli dengan suara yang mengusiknya, apalagi pada jam pelajaran.

"Sakit?"

Rosa menoleh. Ia yakin itu suara Yuda, tapi cowok itu masih menatap lurus ke depan.
"Lo ngerokok ya?"

Kali ini cowok itu melancarkan tatapan membunuh pada Rosa. "Kenapa?"

Gadis itu menggeleng ragu-ragu. Namun, batuknya tetap tak berkurang, dan saat ini ia merasa tenggorokannya seperti tersayat.

Sementara Yuda tetap merutuki dirinya sendiri karena gagal untuk tak peduli pada gadis di sebelahnya.

"Lo ada masalah sama asap rokok?" tanyanya pada akhirnya.

Gadis berlesung pipi itu menoleh dan memincingkan matanya. "Tumben lo peduli."

Kini giliran Yuda yang menggeram kesal. "Gue nanya, bukan berarti peduli."

'Sialan ni orang,' rutuk Rosa dalam hati.

"Lo nggak bisa nyium bau rokok?"

"Iya," sahutnya ketus.

Yuda bersidekap dan tersenyum miring. "Siapa suruh duduk sama gue," ujarnya tak acuh.

"Lo emang gak pernah peduli sama temen," gumamnya.

"Emang lo temen gue?"

"Tau deh."

***

Seatmate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang