Taerin menghela napas panjang, berusaha memasok udara sekaligus kesabaran. Dia harus kembali menarik pikirannya yang mengira Suga sudah berubah. Nyatanya cowok itu masih sama, menyebalkan dan semena-mena.
Suga menolak mentah-mentah lembar penyesalan yang sudah ditulis Taerin dengan susah payah selama satu jam penuh. Dan yang membuat Taerin ingin mengubur Suga hidup-hidup, alasan cowok itu hanya karena tulisan Taerin yang tidak rapi.
Wah setan mana lagi yang bisa mengalahkan Suga?
"Kak, masa nggak diterima begini?" protes Taerin pada Suga yang sibuk membaca kertas di tangannya.
Taerin terpaksa memanggil Suga dengan sopan demi kelangsungan hidupnya di tangan cowok itu saat MOS.
"Nggak, saya nggak bisa baca tulisan acak-acakan kamu," jawab Suga tak acuh.
Taerin menahan dirinya untuk tidak menendang wajah Suga sekarang juga. Mengingatkan diri kalau Suga pemegang sabuk hitam taekwondo.
"Tapi kak, saya udah kerja keras buat ini satu jam lebih." Taerin mengekor di belakang Suga yang berjalan ke deretan kursi.
"Segitu payahnya kamu sampai nulis kayak cekeran ayam begitu saja ngabisin satu jam," balas Suga datar.
Suga duduk di salah satu kursi kemudian kembali membaca naskah pidato yang harus dihafalnya. Taerin duduk di samping Suga, masih berusaha membuat hasil kerjanya diterima Suga.
Sabar Taerin, inget bunuh orang itu dosa. Rapal Taerin dalam hati.
"Masa saya harus nulis ulang, kak?" Taerin menekuk wajahnya kesal.
Suga akhirnya sudi mengalihkan pandangannya dari kertas, beralih menatap Taerin. Dia mengangkat bahunya tak acuh.
"Terserah, saya nggak maksa. Cuma kalo kamu pengen ikut penutupan MOS aja sih." Suga tersenyum manis. Semanis iblis yang menggoda manusia untuk jadi pengikutnya.
"Tapi sebentar lagi penutupan kak!" protes Taerin kemudian mengumpat ketika melihat angka di jam tangannya.
"Masih ada tigapuluh menit," kata Suga mengingatkan.
Taerin menggeram kesal. Dikiranya dia ini robot atau apa hingga bisa memenuhi 4 lembar folio hanya dalam 30 menit???
"Suga..." rengek Taerin melas.
Peduli setan dengan harga diri! Harga diri Taerin bahkan sudah rontok habis tak bersisa dari dulu saat berhadapan dengan Suga dan kelakuan semena-menanya.
Suga kembali menatap Taerin. Kali ini dengan sebelah alis terangkat.
"Apa kamu baru saja memanggil nama saya dengan tidak sopan?"Astaga! Taerin sudah ingin menjedokan kepalanya sendiri ke tiang bendera.
"Jadi saya harus gimana?!" seru Taerin frustasi.
"Tulis lagi!" Suga menatap Taerin yang sedang mengacak rambut geram dengan pandangan aneh. Seolah gadis itu adalah manusia gua yang keluar ke kota sambil memakai rok rumbai dari daun kelapa.
"Nggak ada pilihan lain?" Taerin mencoba menawar.
"Kamu kira saya sedang jualan ikan, pake ditawar segala?" Suga melipat naskah pidatonya lalu memasukannya dalam saku celana.
"Kasih opsi dong, kak. Plis..." Taerin menangkupkan kedua tangan memohon pada Suga.
Suga terlihat berpikir sejenak sebelum kembali berkata.
"Oke, saya terima lembar penyesalan kamu," putus Suga akhirnya."Tapi turuti tiga perintah saya," lanjut Suga membuat Taerin yang sudah hampir melompat kegirangan, mendesah kecewa.
"Apa?" tanya Taerin pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Suga [COMPLETED]
Short Story#139 in Short Story (12-05-2018) #65 in Short Story (13-05-2018) "Ya Tuhan andai hamba bisa punya pacar seganteng dan semanis Kak Suga..." Itu hanya doa seorang anak kelas satu esempe yang masih polos dan mudah tergoda. Terlebih melihat seorang cowo...