Taerin melemparkan tasnya secara sembarang ke atas kasur, lalu menenggelamkan wajah di bantal. Dia tidak habis pikir dengan kerja otak Suga. Bagaimana mungkin cowok itu seenaknya sendiri seolah memberi pengumuman pada seluruh sekolah kalau mereka pacaran?
Saking kesalnya dengan Suga, Taerin bahkan nekat pulang sekolah sendiri dengan taksi. Sengaja tidak menunggu Suga yang masih harus rapat OSIS. Peduli setan dengan bagaimana murkanya cowok itu nanti.
Kalau Suga bisa bertindak seenaknya, kenapa gue nggak? bela Taerin dalam hati.
Lagipula apa Suga sama sekali tidak memikirkan efek tidakannya tadi? Okelah, Suga akan baik-baik saja. Cowok itu tidak akan kehilangan fans ataupun kepopulerannya. Tapi bagaimana dengan Taerin?
Taerin hanya tidak ingin kejadian semasa SMPnya terulang. Dia bahkan memilih mengikuti saran papanya untuk sekolah di NETRA, walaupun harus satu sekolah dengan Suga, karena tidak banyak anak satu SMPnya yang masuk kesana. Taerin ingin memiliki masa putih abu-abu yang indah. Bukan suram seperti masa SMPnya.
"Dih si Taerin sok kecakepan banget deh pacaran sama Kak Suga," ucap seorang cewek sekelasnya sambil melirik Taerin sinis.
Taerin hanya memejamkan mata, berpura-pura tidur karena tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak mungkin melawan, sementara hampir semua teman sekelasnya berlaku sama.
"Iya ih, dia pasti nyabe ke Kak Suga makanya bisa dipacarin," sahut suara lainnya dengan nada jijik.
Taerin berdoa dalam hati agar jam kosong ini segera berakhir. Dia lebih memilih menghadapi puluhan hafalan fisika daripada mendengar berbagai kalimat negatif dari teman sekelasnya.
"Woy cabe! Harga lu berapa sih?" tanya suara seorang cowok sebelum Taerin merasakan pukulan di kepalanya.
Taerin hanya diam, masih menelungkup di kedua lengannya. Berharap cowok itu akan menganggapnya tidur lalu pergi. Tapi harapan Taerin sepertinya sia-sia. Cowol itu justru mengambil sebotol air mineral, lalu menuangkannya di atas kepala Taerin.
Seluruh anak di kelas terbahak, merasa lucu dengan tontonan seorang badung kelas menghukum cewek penggoda. Ya, mereka menganggap Taerin seperti cewek murahan yang berhasil menjerat Suga dengan tubuhnya. Entah bagaimana pikiran anak SMP bisa sejauh itu.
Taerin menggelengkan kepalanya, mengenyahkan bayangan buruk yang sangat ingin ia lupakan. Mereka semua menghakiminya tanpa tahu apapun. Mereka tidak tahu betapa inginnya Taerin putus dari Suga.
Jika saja bisa, Taerin pasti tidak akan mau lagi berurusan dengan cowok model Suga. Memangnya apa untungnya pacaran sama Suga? Yang ada makan hati dan nambah tekanan mulu.
Sayangnya Taerin tidak akan bisa lepas dari Suga. Kecuali cowok itu sendiri yang bosan dan membuangnya.
Taerin menggigiti gulingnya gemas. Membayangkan dirinya adalah vampire dan Suga adalah mangsanya. Dia pasti akan mengoyak kasar leher cowok itu lalu menghisap habis darahnya hingga dia mati.
Eunri menatap aneh anaknya dari ambang pintu. Terlebih melihat Taerin yang menggigiti bantal dengan kelaparan.
"Ngapain kamu?" tanyanya membuat Taerin langsung kembali normal dan duduk tegap.
"Nggak ngapa-ngapain. Ada apa ma?" Taerin membetulkan posisi duduknya. Kenapa mamanya harus masuk tanpa memanggil atau ketuk pintu dulu sih?
"Cepetan keluar! Ada Suga di depan!" kata Eunri membuat Taerin kembali berguling tidak jelas di kasurnya.
"Enggak mau! Suruh pulang aja!" Taerin memeluk gulingnya erat, tidak ingin beranjak seincipun dari kasurnya.
"Jangan bertingkah ya! Mama tau kamu pasti bikin masalah lagi sama Suga sampai dia bela-belain dateng kesini!" Eunri menatap anaknya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Suga [COMPLETED]
Short Story#139 in Short Story (12-05-2018) #65 in Short Story (13-05-2018) "Ya Tuhan andai hamba bisa punya pacar seganteng dan semanis Kak Suga..." Itu hanya doa seorang anak kelas satu esempe yang masih polos dan mudah tergoda. Terlebih melihat seorang cowo...