Love or Leave

6.9K 597 20
                                    

Kamu terlalu tinggi untuk digapai, membuat aku takut bahkan hanya dengan membayangkan kita bisa bersama.

***

Taerin meremas ujung seragam sekolahnya yang sudah kusut. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Apa ini? Bukan Suga yang melakukan semuanya? Bahkan cowok itu justru ingin berkorban demi Taerin?

Tiba-tiba Taerin merasa sangat jahat. Selama ini dia selalu menganggap buruk semua yang dilakukan Suga. Padahal setelah dia pikirkan pun, Suga tidak pernah benar-benar menyakitinya. Cowok itu hanya bersikap pemaksa di banyak hal. Dan tidak semua yang dipaksakan Suga padanya berdampak buruk.

"Lo udah bangun?"

Taerin berjengit kaget mendengar suara Suga yang menyadari keberadaannya. Ah, sial. Di saat begini, gimana caranya dia menghadapi Suga?

Taerin kembali berjengit saat tangan Suga menyentuh keningnya. Telapak tangan lebar Suga terasa sangat sejuk di atas kulitnya. Taerin memejamkan mata, menikmati sensasi menenangkan yang ditimbulkan interaksi kulit mereka.

"Lo udah nggak sepanas tadi," kata Suga sambil menurunkan tangannya.

Taerin membuka matanya, sedikit tidak rela kehilangan rasa sejuk tangan Suga. Tapi dia hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Padahal tadi semua umpatan sudah siap dia layangkan ke Suga. Iya, saat dia masih mengira Suga lah brengsek yang menghancurkan ketenangan keluarganya.

"Lo mau kemana?!" seru Taerin reflek saat Suga akan beranjak pergi. Dia segera menutup mulutnya tau yang dilakukannya tadi berlebihan.

Astaga, kenapa gue jadi gugup gini sial!

Suga hanya mengangkat alisnya bingung. Kenapa Taerin tiba-tiba berteriak? Tapi kemudian dia maklum, berpikir Taerin mungkin masih marah karena mengira dialah penyebab semua masalah cewek itu.

"Gue cuman mau bikinin lo makanan. Kata dokter lo harus makan sebelum minum obat," balas Suga tanpa ekspresi.

Taerin makin grogi, nggak tau lagi harus ngapain. Sumpah dia mendadak kagok dan merasa berdosa sama Suga. Taerin mengekor di belakang Suga yang menuju ke dapur.

"Lo doyan nugget, kan?" tanya Suga sambil mengeluarkan beberapa bahan makanan instan dari kulkas super besarnya. Taerin yakin bisa sembunyi disitu kalau-kalau mereka main petak umpet.

Taerin mengangguk. Memangnya apa yang diharapkan dari cowok lajang yang tinggal sendirian macam Suga. Masih untung dia dikasih nugget bukan indomie micin yang hampir memenuhi seluruh laci atas dapur.

Suga menggulung lengan sweater nya sampai siku. Entah kenapa gerakan itu terlihat keren di mata Taerin. Sial! Kenapa dia jadi begini lagi?!

Nggak! Gue nggak boleh suka lagi sama Suga cuma gegara cowok itu keliatan perhatian! Dia cuman nganggep elo mainannya Taerin! Jangan sampai elo sakit hati saat dia mulai bosen sama lo!

"Bisa ambilin treflon disana nggak?"

Taerin tersentak dari lamunannya. Astaga, kenapa dia banyak melamun hari ini? Dia segera beranjak ke lemari atas yang di dalamnya ada banyak alat masak. Tapi ternyata tingginya yang nggak memadai membuat Taerin nggak bisa mengambilnya, bahkan walau sudah loncat-loncat.

"Kapan sih elo bakal tumbuh tinggi?"

Taerin menahan jantungnya yang mendadak berdegup aneh saat Suga sudah berdiri sangat dekat di belakangnya. Napas Suga bahkan terasa di puncak kepalanya. Tangan mereka bersentuhan karena Suga ikut  mengambil treflon di lemari atas.

King Suga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang