Taerin mengetuk-ngetukan pensilnya di meja belajar. Hal yang sudah dilakukannya hampir sejam ini. Pikirannya melayang ke kejadian tadi siang.
"Terserah! Gue nggak mau denger apapun! Gue mau kita berhenti! Let's break up !"
Keadaan langsung hening, sangaaat hening, setelah Taerin mengatakan itu. Pandangan Taerin yang tadinya menunduk, iyalah mana berani dia menatap Suga saat ngomong begitu, perlahan menoleh ke Suga.
Cowok itu terlihat sangat biasa saja tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Seolah tidak mendengar apapun yang tadi diucapkan Taerin.
"Suga! Lo denger gasih gue ngomong apa?!" Taerin berseru sebal. Rasa takutnya hilang begitu saja berganti kesal luar biasa karena ketidakacuhan Suga.
Suga melirik Taerin malas. Lalu dengan tiba-tiba mendekat ke arah Taerin hingga mereka hampir tidak berjarak lagi.
Taerin semakin menempel ke pintu mobil demi mempertahankan jarak mereka. Dia menahan napasnya saat wajah Suga berhenti di depan wajahnya.
"Gue udah pernah bilang, kalimat putus yang keluar selain dari mulut gue, sama sekali nggak sah," bisik Suga datar tepat di depan bibir Taerin.
"T-tapi elo ngelanggar! Elo bilang nggak bakal selingkuh dari gue." Taerin berusaha sebisa mungkin agar napasnya tidak menyentuh wajah Suga saat ia berbicara.
"Gue nggak selingkuh." Suga semakin mendekat, tapi kali ini ke telinga Taerin. Posisi mereka sekarang terlihat seperti pelukan.
"Gu-gue tetep mau putus!" tukas Taerin. Otaknya mendadak berantakan dan tidak bisa berpikir jernih.
Dengusan Suga terasa di telinganya sebelum cowok itu menjauh dan kembali ke kursinya.
"Oke, kita putus!" kata Suga santai seolah hanya sedang membicarakan menu makan siangnya.
Kepala Taerin berputar cepat menghadap Suga. Otaknya semakin berantakan dengan apa yang diucapkan Suga.
Halo? Ini Suga lho! Cowok yang terus menghantui hidup Taerin dua tahun belakangan. Yang bahkan walau Taerin mengemis di kakinya tetap tidak berniat melepaskan Taerin. Lalu dengan mudah sekarang cowok itu menyetujui kata putus darinya?
Daebak! Tidak bisa dipercaya!
"Ngapain masih disini?" Suga menengok Taerin jenga, sementara cewek itu hanya bisa balik menatapnya bingung. "Gue nggak nganter seseorang yang bukan cewek gue."
Taerin baru sadar dari segala benang kusut di otaknya. Dia segera meraih tasnya lalu keluar dari mobil Suga. Mobil Suga langsung melesat pergi meninggalkan Taerin begitu cewek itu menutup pintunya.
Taerin kembali mengetukkan ujung pensilnya hingga bertumbukan dengan permukaan meja. Menghasilkan suara tuk tuk tanpa ritme yang jelas.
Sedari tadi otaknya bekerja keras mencerna kejadian tadi siang. Banyak pertanyaan memenuhi isi kepalanya hingga Taerin bahkan tidak bisa mengerjakan hal lain, misalnya tugas kimia yang sudah menanti disentuh sejak kemarin.
Jadi siapa yang mutusin siapa? Taerin atau Suga?
Atas alasan apa Suga tiba-tiba setuju untuk putus? Ini benar-benar mencurigakan! Taerin bahkan belum berakting maksimal sebagai korban penikungan.
Lalu yang paling penting, berarti sekarang Taerin jomblo? Single? Bebas ikatan begitu?
Taerin mengacak acak rambutnya pusing. Bahkan ini lebih membingungkan dari teori boyband kesukaannya. Pada akhirnya Taerin memilih bergelung dalam kasurnya yang nyaman dan berhenti memikirkan apapun itu tentang Suga ataupun tugas kimianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Suga [COMPLETED]
Short Story#139 in Short Story (12-05-2018) #65 in Short Story (13-05-2018) "Ya Tuhan andai hamba bisa punya pacar seganteng dan semanis Kak Suga..." Itu hanya doa seorang anak kelas satu esempe yang masih polos dan mudah tergoda. Terlebih melihat seorang cowo...