King of Devil

6.3K 616 17
                                    

Taerin memang tidak suka dengan cara Suga memperlakukannya, memaksanya, juga posesif terhadapnya. Tapi Taerin tidak pernah merasakan rasa benci separah ini pada cowok itu, benci yang mampu membakar segala isi otaknya.

Taerin tahu Suga semena-mena dan bahkan bisa dibilang tidak punya rasa peduli. Tapi baru kali ini Taerin sadar Suga memang raja dari segala iblis. Cowok itu tidak punya hati atau secuilpun rasa kasihan!

"Gue rela berlutut di kaki lo, tapi tolong...tolong hentikan semua hukuman lo," lirih Taerin dengan dua lutut menyentuh lantai.

Suga hanya diam. Tidak berusaha menyuruh Taerin bangun ataupun semakin menekan cewek itu.

"Gue mohon Suga..." Taerin benar-benar meluruh ke lantai. "Lo bisa ngehukum gue dengan sekejam apapun, tapi jangan keluarga gue."

Taerin menyesalinya, menyesali kegilaannya untuk lepas dari Suga. Karena nyatanya cowok itu tidak akan melepasnya begitu saja.

"Gue bisa ngelakuin apapun, bahkan hal yang nggak bakal elo duga kalo elo mulai berulah."

Ucap Suga setahun lalu ketika Taerin ketahuan kabur ke Jogja demi menghindari cowok itu. Dulu Taerin menebak nebak apa maksud Suga. Tapi sekarang Taerin sangat tahu maksud di balik kalimat itu. Dia mendapatkan hukumannya.

Seminggu setelah putus dari Suga yang awalnya baik-baik saja, tiba-tiba berubah kelam. Ayah Taerin terancam dipecat dari perusahaan Ayah Suga. Seakan belum cukup dengan kondisi keuangan mereka yang makin memburuk, kakak Taerin mengiris pergelangan tangan setelah mendapat sebuah kunjungan di rumah sakit jiwa tempatnya di rawat.

Taerin tidak akan menuduh Suga jika saja kunjungan itu bukan atas nama Tuan Min, ayah Suga. Dia bahkan rela datang ke apartemen Suga, memohon dan berlutut di kaki cowok itu sekarang demi mendapat sedikit saja belas kasihan Suga.

"Gue nggak tau lagi harus gimana supaya elo sedikit aja punya belas kasihan sama gue, Ga! Gue harus apa?! Sujud di kaki lo?!" teriak Taerin dengan wajah yang sudah sembab nggak karuan lagi.

Dan ketika Taerin membungkuk hampir benar-benar bersujud di kaki Suga demi keselamatan kakaknya yang terbaring kritis di rumah sakit, Suga pergi begitu saja tanpa sepatah katapun meninggalkan Taerin yang terisak keras.

***

Taerin pulang dengan tubuh lemas akibat terlalu banyak menangis dan kurang nutrisi. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia makan dalam minggu ini. Biasanya akan ada mama atau papanya yang mengingatkannya, tapi sekarang mereka bahkan tidak ada di rumah. Mereka sama bingungnya dengan Taerin, mencari pinjaman kesana kemari demi menutup biaya rumah sakit yang terus membengkak.

Pandangan Taerin yang sudah sipit karena mata bengkaknya, makin menyipit melihat Ryujin berdiri di depan pintu rumahnya yang sepi. Taerin berjalan pelan menghampiri cewek itu.

"Ryujin? Ngapain elo disi-"

PLAK!

Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Taerin. Ryujin menamparnya begitu saja, bahkan sebelum Taerin bisa menyelesaikan kalimatnya. Taerin baru ingin membuka mulutnya untuk protes, tapi Ryujin lebih dahulu menyela.

"Kenapa harus selalu elo Rin?!" bentak Ryujin dengan mata merah menahan airmata. Taerin yang masih shock efek tamparan mendadak, hanya bisa diam dengan raut bertanya.

"Kakek! Nenek! Semua keluarga besar kita! Orang luar! Bahkan sekarang Suga! Kenapa mereka semua lebih milih elo daripada gue?!" Ryujin menatap Taerin penuh kebencian.

"Dari kecil cuman elo yang mereka sayang bahkan walaupun gue udah berjuang mati-matian ngalahin elo di segala bidang! Dan sekarang Suga pun lebih milih elo daripada gue!"

Taerin hanya diam mencoba mencerna setiap kata yang dilontarkan Ryujin padanya. Otaknya sedang kacau dan menerima kalimat dalam bentuk bentakan begini jelas perlu proses lebih lama untuk dipahami.

"Kenapa Rin?!" Ryujin mulai terisak. "Gue sayang sama Suga. Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue punya sesuatu yang bener-bener gue inginkan. Bukan yang Mama atau orang lain inginkan!"

Taerin tidak bisa berkata apapun. Bahkan setelah memahami maksud Ryujin, Taerin semakin bingung harus bersikap bagaimana. Dia tidak dalam kondisi yang bagus untuk senang karena Ryujin iri padanya. Juga tidak dalam kondisi bisa mengasihani karena nyatanya keadaannya jauh lebih butuh dikasihani.

Ryujin luruh ke lantai sambil memeluk kedua kakinya. Punggung rampingnya bergetar hebat karena tangisannya yang keras. Taerin hanya bisa berdiri dengan pandangan kosong menatapnya.

"GUE BENCI ELO TAERIN!" teriak Ryujin di sela tangisnya. Dia lalu berdiri dan berlari begitu saja dari hadapan Taerin.

***

Taerin tetap pergi ke sekolahnya. Setidaknya dia ingin menuruti pesan mamanya sebelum menunggui kakaknya di rumah sakit. Dia tidak tahu kenapa, tapi Ryujin tidak masuk hari ini. Begitupun Suga yang kata teman satu kelasnya tidak masuk setelah Taerin mencoba mencarinya di kelas cowok itu.

Tidak ada yang tahu keadaan keluarga Taerin. Dan memang tidak boleh ada yang tahu. Taerin tidak ingin jadi bahan belas kasihan teman-teman sekelasnya, termasuk Hyora dan Yesi. Dia juga tidak ingin merepotkan mereka semua.

Dia hanya butuh belas kasihan Suga. Karena hanya cowok itu yang bisa menghentikan semua kegilaan yang diciptakannya. Tapi nyatanya dia tidak ada di sekolah. Sialan! Taerin merasa sia-sia pergi ke sekolah.

Taerin meraih tas ranselnya lalu beranjak pergi dari bangkunya. Dia harus mencari Suga dan membuat cowok itu menghentikan semua hukuman ini.

"Taerin! Elo mau kemana?!" teriak Hyora melihat Taerin berjalan ke arah pintu kelas dengan membawa tas.

"Gue ada urusan!" Taerin balas berteriak tanpa menghentikan langkahnya.

***

Ini GILA!

Taerin hampir ingin memeriksakan kewarasannya sendiri melihat adegan yang dilakukan dua orang beda gender beberapa meter di depannya. Di depan pintu apartemen Suga, lebih tepatnya.

Seorang wanita yang Taerin kenal sebagai ibu tiri Suga sedang berusaha lebih tepatnya memaksa mencium Suga, walau yang Taerin lihat wanita itu hanya bisa mengenai rahang Suga karena Suga menghindar.

Taerin menjedukkan kepalanya sendiri ke tembok, berusaha meyakinkan diri bahwa dia sedang bermimpi. Seandainya saja semua yang terjadi seminggu ini hanya mimpi, tapi nyatanya kepala Taerin langsung pening luar biasa setelah bunyi duk yang keras.

Suga menoleh, mendapati mantan pacarnya berdiri sempoyongan berpegang pada tembok. Dia menggeram lalu mendorong wanita yang berstatus istri ayahnya itu jauh-jauh, lalu berlari mendekati Taerin.

"Bodoh! Apa yang lo lakukan?!" Suga menangkap Taerin yang kehilangan keseimbangan. Gadis bodoh macam apa yang melukai kepalanya sendiri.

"Gue cuman lagi ngetes kewarasan," jawab Taerin dengan pandangan mulai kabur.

Dari pagi badannya sudah sangat lemas minta diistirahatkan. Dan sekarang ditambah benturan bodohnya, Taerin merasa seperti ingin pingsan. Hal terakhir yang dia dengar hanya suara Suga memanggil namanya yang makin samar lalu menghilang.

***

Tbc

Yuhu, apdet malming. Ketauan banget ya gue jomblonya 😂

Vommentnya juseyo
Gomawoyo 😂😆

King Suga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang