Taerin mulai berdecak bosan. Dia sama sekali tidak paham dengan topik yang terus dibahas oleh anggota keluarga besarnya. Sementara itu di sampingnya, Suga terlihat santai dan beberapa kali ikut menimpali omongan mereka.
Hari ini pertemuan keluarga besar Taerin seperti biasa. Kegiatan yang rutin diadakan minimal 2 bulan sekali di rumah neneknya. Taerin tidak pernah bisa menyukainya. Dia benci bertemu dengan Bibi Moli yang selalu membanggakan anak bungsunya dan berakhir menyindir Taerin yang dianggapnya sama sekali tidak berguna.
"Kau tahu, putriku kembali memenangkan olimpiade sains minggu ini. Dia sungguh membuatku bangga menjadi ibu yang melahirkannya," ucap Bibi Moli di depan semua orang termasuk Suga.
"Mama, jangan berlebihan begitu." Ryujin menunduk malu di samping ibunya.
Taerin tidak buta untuk melihat kalau cewek yang memang cantik dan patut dipuji itu beberapa kali melirik tertarik pada Suga. Tapi Suga yang memang dasarnya model cowok cuek bebek, terlihat tidak sadar dan tidak peduli dengan ketertarikan Ryujin.
"Ah Ryujin memang rendah hati begini. Dia tidak ingin orang lain yang tidak terlalu berprestasi merasa tidak nyaman dengan kelebihannya," kata Bibi Moli dengan sengaja melirik Taerin.
"Dasar bibi lampir," gerutu Taerin pelan, tapi berhasil didengar Suga.
"Kenapa?" bisik Suga sambil menyibak rambut Taerin yang menutup pipi.
Tentu saja ini terlihat sangat romantis di mata keluarga besarnya. Kalau saja ibu Taerin tidak sedang membantu nenek di dapur, mungkin dia akan melompat kegirangan sekarang.
"Bosen," balas Taerin pelan.
"Sabar sebentar lagi." Suga tersenyum menenangkan sambil mengelus lembut pucuk kepala Taerin.
Taerin melirik Ryujin yang wajahnya berubah masam. Dia tersenyum menang, merasa bisa mengalahkan Ryujin untuk pertama kali.
"Nak Suga orangnya sabar banget ya," puji Bibi Moli tiba-tiba.
Suga kembali mengalihkan pandangan ke Bibi Moli, dia hanya tersenyum manis menanggapi pujian itu.
Sabar katanya njir , batin Taerin dongkol.
"Cowok macam kamu gini harusnya dapet pacar yang nggak kalah baik. Kayak anak Bibi misalnya." Bibi Moli melirik Ryujin hanya yang menunduk malu memainkan ujung roknya.
Cih dia malah ngumpanin anaknya ke singa macam Suga
"Moli jangan begitu! Suga kan sudah jadi pacarnya Taerin." Om Luca yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.
Bibi Moli mengedikan bahu tidak peduli. "Ya kan aku cuma mengandaikan aja," katanya cuek.
***
"Emh Taerin..."
Taerin yang sedang mengambil sirup, menoleh mendengar suara Ryujin memanggilnya. Dia menanyakan kenapa kepada cewek itu lewat tatapan mata.
"Anu itu, kamu nggak mau ngenalin aku ke pacarmu?" Ryujin mengernyit tidak suka dengan kata terakhir yang diucapkannya.
"Harus gitu? Kenapa emangnya?" Taerin mengangkat sebelah alisnya heran.
"Enggak, tapi kan yang lain udah kenalan sama Suga. Aku sebagai sepupumu belum kamu kenalin ke dia," kata Ryujin manis.
Nggak ada salahnya sih gue kenalin. Siapa tau Suga suka sama dia terus ngelepasin gue.
Taerin mengangguk, lalu mengajak Ryujin untuk mengikutinya menuju ke tempat Suga.
"Suga," panggil Taerin pada Suga yang sedang mengobrol dengan Om Roki, suami Bibi Moli.
Lelaki berusia di akhir 40-an itu berbeda dengan istrinya yang menyebalkan. Dia sangat ramah dan baik pada Taerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Suga [COMPLETED]
Short Story#139 in Short Story (12-05-2018) #65 in Short Story (13-05-2018) "Ya Tuhan andai hamba bisa punya pacar seganteng dan semanis Kak Suga..." Itu hanya doa seorang anak kelas satu esempe yang masih polos dan mudah tergoda. Terlebih melihat seorang cowo...