Bab 6 - Hitungan

136 13 6
                                    


Pukulan pertama diarahkan oleh Emelhem langsung pada wajah Sky, dilanjutkan dengan pukulan berikutnya. Seluruh pukulan tersebut hanya dihindari Sky yang kemudian menjauh beberapa kaki kebelakang sambil melemaskan kepalan tangannya. Nafas Emelhem mulai tersengal karena cepatnya lontaran pukulan yang ia beri ke wajah Sky.

"Heh, hebat juga kau," kata Emelhem sambil mengeluarkan seringai. "Tapi jangan harap bisa menghindar dari yang satu ini!!" tangan kanan Emelhem mulai melakukan pukulan beruntun yang semuanya ditangkis dengan kedua lengan Sky. Beberapa detik kemudian lengan kiri Emelhem melakukan pukulan melengkung kearah wajah Sky. Pemuda berpakaian serba hitam itu refleks menunduk menghindar. Ketika itu pula kaki pria bercat putih itu melakukan tendangan dengan lutut kanan, namun Sky dengan mudah menahan tendangan dengan lengannya dan mundur kembali.

Dalam beberapa detik, Sky memanfaatkan waktu untuk kembali memperhatikan lawan dihadapannya. Ia perhatikan seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki, ketika itu terpikir untuk menguji seberapa kecepatan dan ketangguhan serangan kaki dari Emelhem. Memang baru saja mendapat satu kali serang namun ini masih belum menyempurnakan analisa dari seluruh lawannya hingga 100%.

Cukup kuat, namun aku harus tahu kecepatan dan kekuatan orang ini. Aku harus bersabar, gumam Sky. Sambil memperbaiki posisi kuda-kudanya, Sky mengacungkan telapak tangan kanannya dan melambaikan tangannya seperti isyarat menantang lawannya untuk maju.

Merasa terprovokasi, mata Emelhem mendadak mengkerut. "KURANG AJAR KAU!!"

***

"Ayah! Langit bisa kalah jika tidak menyerang terus!"

"........," ayahnya tak menjawab apa-apa sejak pertarungan Sky melawan Emelhem dimulai. Matanya tak lepas dari layar PC. Melihat hal itu, Mey menjadi geram dan beralih mengguncang kursi Pak Jenggot.

BRRUUUAKKK!!!

"Eh Mey?!" terkejut hingga tangan kanan yang menopang dagu pak Jenggot jatuh.

"Ayah ini bagaimana? Langit sedang terdesak seperti itu yah!" teriak Mey sambil menunjuk layar ke arah pemain yang dari awal belum melakukan serangan apapun. "Bagaimana bila Langit kalah? Atau malah Langit jadinya...? Aaaah ayah!!!!" gadis itu sudah kalang kabut tidak tahu harus apa sambil menutup wajah tak tahan melihat Langit di layar kaca.

"Nak!" sahut ayahnya sambil memegangi tangan Mey. Sekejap Mey berhenti berkata-kata dan menatap serius pada wajah sang ayah.

"Kamu jangan khawatir, coba perhatikan pertandingan kali ini dengan saksama," sambil Pak Jenggot arahkan kembali matanya untuk fokus menyaksikan jalannya pertarungan. "Ayah percaya pemuda seperti dia lebih kuat dari kelihatannya."

Mey kembali memandang tanyangan pertandingan KoRF yang disiarkan secara langsung. Matanya campur aduk antara rasa khawatir dengan harapan menatap pemuda dengan inisial Sky saat ini. Genggaman tangannya sangat kuat ia letakkan di depan dadanya. Seolah-olah ruang bawah tanah menjadi sangat panas, padahal temperatur saat itu cukup dingin sekitar 25 derajat dan seharusnya cukup dingin bagi kota Jakarta tiada hari tanpa keringat bercucuran bagi penduduknya, namun Mey sudah mengucurkan keringat deras melihat pertandingan seru antara Sky melawan Emelhem.

Semoga ia dapat memenangkan pertandingan pertamanya!

***

Emelhem yang sedari tadi semangat melakukan serangan ke arah Sky kini tempo pukulan dan tendangannya mulai tidak seintens sebelumnya. Bahkan Emelhem kini lebih terlihat kelelahan dengan memegangi kedua lututnya. Sedangkan pria diujung sana yang suaranya tak terdengar sama sekali itu masih tetap bertahan dengan kuda-kuda siap tempur.

SKY RE:MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang