Mata Pak Jenggot seakan tak bisa lepas dari kertas kecil yang ada pada telapak tangannya. Tertulis sebuah pesan yang membuat raut wajahnya serius seakan sesuatu akan terjadi. Hatinya terus bergemuruh dan andai jenggot yang bertengger di dagunya bisa berbicara, mungkin mereka semua tengah berteriak gaduh setelah melihat pesan tersebut.
Kepala ular derik merayap
Pria tua tersebut terus berpikir keras. Kenapa harus sekarang? Bagaimana bisa harus terjadi? Gigi-gigi lapuk itu saling beradu. Ia berharap kejadian buruk tak menimpa dirinya dan anak serta pemuda yang tengah berjuang menyelamatkan Sekolah Angkasa.
"Ayah? Ayah sedang apa di dalam gudang? Langit sebentar lagi akan berangkat Yah!" teriak Mey dari luar ruang penyimpanan. Suasana remang yang membawa rasa galau kini terbuyarkan karena panggilan anak gadisnya.
"Iya! Ayah kesana nak!" bergegas pria berjanggut putih itu merapihkan pakaian dan tak lupa mengenakan topi baseball untuk menutupi rambutnya yang telah memutih itu.
***
"Apakah anda sudah melihat siapa lawan anda malam ini?"
"Iya pak," jawab Langit dengan datar. Ia tak mau kejadian dengan Alice terlulang dimana dirinya tak tahu menahu siapa orang yang akan ia hadapi di arena kelak. Apakah pria? Wanita? Tua? Muda? Atau malah makhluk selain manusia? Itulah yang membuat Langit mulai lebih waspada dan selalu mengawasi update terkini di situs KoRF, termasuk untuk akun miliknya sendiri.
"Namanya adalah Oding, pemuda berusia 18 tahun dengan tinggi tubuh 163 cm dan menduduki posisi 277," sambung Langit sambil menunjukkan tampilan situs KoRF pada PC milik Pak Jenggot. Terpampanglah seorang pemuda bertubuh kurus dengan pakaian sweater panjang hijau topi kupluk warna senada dan celana panjang serta sepatu sneaker hitam.
"Kalau aku lihat, dia ini seperti orang-orang yang bekerja sebagai tukang jaga villa di daerah Bogor sana, bukan begitu Lang?" tanya Mey.
"Aku tidak begitu yakin, penampilan bisa saja menipu. Buktinya seperti diriku ini dan mantan wali kelasmu kemarin lho Mey," balas Langit. Alice alias Erika yang pernah Langit hadapi terbukti memiliki kehidupan yang jauh berbeda saat di dunia nyata ketimbang dengan saat bertarung. Pakaian dan cara bicara bisa jadi berubah tergantung kondisi. Maka Langit tidak mau segera mengambil kesimpulan secepat itu hanya berdasarkan hasil pengamatan awal.
"Yang saya dapatkan infonya, Oding ini adalah salah satu dari Monyet Bersaudara dengan kedua kakaknya yaitu Ading dan Eding. Mereka bertiga sering menantang pemain dengan pola co-op player sehingga ketiganya bisa ikut bertarung bersama melawan musuh yang juga dipaksa untuk membentuk kelompok. Namun anehnya sekarang salah satu dari mereka menantang satu lawan satu," kata Langit memegangi dagunya menatap layar PC.
"Anda harus tetap hati-hati, saya rasa ada baiknya kita tetap memperhitungkan kondisi terburuk nantinya," sahut Pak Jenggot dengan pengamatan yang bijak. Langit dan Mey hanya bisa mengangguk.
"Baiklah saya pamit berangkat dulu ya Pak," sambil menciumi tangan Pak Jenggot.
"Ingat pesan saya tuan," kata pria paruh baya itu membuat Langit mengangkat kepalanya kembali memperhatikan perkataan beliau. "Apapun yang terjadi jangan pernah anda berurusan dengan gerombolan Topeng. Anda harus segera melarikan diri."
"Baik pak, doakan saya semoga berhasil."
***
Secercah cahaya kendaraan beroda dua melaju keluar dari belakang sekolah dengan pengendara berpakaian serba hitam. Dilihat dari waktu keberangkatannya pasti bukan orang sembarangan. Mana mungkin ada penduduk sipil berani keluar rumah sedangkan sekarang sudah masuk pukul delapan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY RE:MEMBER
AksiHighest Rank : 3 in #Martialart Sebuah pertandingan di gelar dengan sangat rahasia namun berhadiah ratusan juta hingga digit miliar rupiah terus mengalir. Di berbagai sudut kota Jakarta setiap pemain memperaruhkan setiap jengkal pertaruhan demi mend...