"Hap! Hap! Heeeaaah!!!" suara Mey terus menggema di ruang latihan baru itu bersama Langit agar pria di hadapannya itu bisa berkembang menjadi lebih kuat. Jauh-jauh dari Jakarta, tak membuat dirinya lupa untuk tujuan awal menempa Langit. Gadis itu paham akan urgensi pertarungan Langit berikutnya sehingga ia memutuskan untuk rela menemani temannya itu di daerah terpencil itu hanya untuk kebaikan Langit seorang.
"Lebih keras lagi Mey!" Langit terus menerima pukulan dan tendangan Mey dari berbagai arah. Meski latihan ini tidak ideal karena memang secara penampakan yang lebih mendapat pelatihan adalah Mey bukan Langit, namun setiap latihan pasti ada faedah dan kebaikan baik dirinya maupun orang lain. Apalagi sejak insiden yang lalu membuatnya sadar bahwa Mey juga harus segera berkembang pula. Mimimal dapat mempertahankan dirinya kala Langit tak berada di sampingnya.
"Lang?"
"Hmm?" jawab Langit sambil terus menerima serangan Mey.
"Jangan kaget ya setelah kita selesai latihan dengan Om Guntur nanti, aku jadi lebih kuat daripada kamu Lang," Mey mengeluarkan seringainya untuk meledek Langit.
"Jangan Mey!" wajah Langit malah serius menanggapi hal tersebut. "Kali ini cukup aku saja yang berlatih dibawah bimbingan Pak Guntur. Kamu tetap latihan seperti ini saja Mey."
"Kenapa?" Mey segera menghentikan gerakannya.
"Mungkin kamu tidak sadar," Langit mulai melipat kedua tangannya pada dadanya dan melanjutkan penjelasannya, "jika kamu melihat apa yang aku lakukan tadi siang ketika memukul boneka latihan yang digunakan Pak Guntur untuk mengujiku, sangat jauh berbeda dengan boneka yang pernah diberikan ayahmu Mey. Menurutku beratnya bisa 10 kali bahkan lebih dari beban logam biasa. Itu adalah pertanda bahwa Pak Guntur kedepannya akan melatih dengan cara yang tidak biasa."
Langit melanjutkan perkataannya, "maka dari itu untuk kebaikan dirimu juga, lebih baik biar aku saja yang menerima pelatihan dari teman ayahmu itu. Kamu cukup membantuku berlatih saja sudah cukup kok Mey."
Mendengar itu, Mey segera menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang mulai merona. Ia tak menyangka bahwa Langit begitu perhatian dengan temannya itu meski selama ini ia rasa selalu merepotkan Langit. Dan yang lebih mengejutkan adalah kenapa Mey harus tersipu malu? Kepalanya terus bertanya-tanya padahal dalam hatinya terdapat...
"Oi? Kenapa melamun Mey?"
"Eh? Tidak apa-apa Lang. Hehe. Sudahlah! Ayo lanjutkan latihan Lang! Heeeaaah!" Mey langsung memulai serangannya kembali sedangkan Langit sempat kelabakan karena belum berada pada posisi siap. Ya ampun Mey! Jangan lagi-lagi bersikap aneh di depan Langit. Malu tahu!!! Batinnya terus memarahi dirinya sendiri.
***
"Langit! Mey!" panggil Pak Guntur dari lantai atas. Segera kedua pemuda itu menghampiri lelaki tua yang tengah menyeruput teh di ruang tamu yang rupanya juga digunakan untuk ruang tengah pula. Ketika keduannya telah duduk dihadapannya, Pak Guntur mulai memberikan arahan
"Langit, nanti ketika tidur saya harap kamu mengenakan pakaian kaos dan celana training serta jangan pakai jaket ya!" pinta Pak Guntur. "Besok kita akan mulai latihan cukup berat, jadi saya sarankan kamu tidur lebih cepat.
"Siap!"
"Untuk Mey, nanti saya minta bantuanmu terlebih dahulu!"
"Hanya saya?" tanya Mey sambil menunjuk wajahnya dengan penuh keheranan.
"Iya. Tidak apa-apa kan?" senyum Pak Guntur mulai diterbitkan untuk menenangkan perempuan dihadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY RE:MEMBER
ActionHighest Rank : 3 in #Martialart Sebuah pertandingan di gelar dengan sangat rahasia namun berhadiah ratusan juta hingga digit miliar rupiah terus mengalir. Di berbagai sudut kota Jakarta setiap pemain memperaruhkan setiap jengkal pertaruhan demi mend...