Bab 11 - Perintah

169 11 30
                                    


Tok tok tok!

Ketukan pintu tersebut membuyarkan lamunan pria tua berambut putih itu. Masalah tak henti-hentinya mengusik kepalanya dan kini diganggu oleh seseorang yang tak ia kenal.

"Ya masuk!" namun tak ada satupun yang menjawab.

"Siapa ya?" pria berseragam PNS warna coklat itu keluar memeriksa siapa orang iseng yang barusan mengetuk pintu ruangannya. Hingga daun pintu bertuliskan 'R. Kepala Sekolah | Headmaster Room' dan tak seorangpun ia lihat manusia yang ada di sekitar lorong tersebut.

Penasaran membuat dirinya mencoba untuk melangkah namun tak sengaja kakinya terantuk bungkusan koran dengan ukuran cukup besar. Pria tersebut mengambilnya dan tertulis dibagian atas "Ini untuk menyelamatkan sekolah kita."

Dan tak diduga ketika bungkusan tersebut dibuka, segepok uang dengan warna merah dan biru berada di tangannya. Lelaki itu segera bersimpuh dan memeluk bungkusan tersebut. "Siapapun yang memberikan ini, terima kasih sudah mau membantu menyelamatkan sekolah ini," berlinanglah air mata Kepala Sekolah.

***

Bak! Buk! Tang! Tang! Buk! Tang!

Mendengar suara tersebut Mey mempercepat langkahnya menuju ruang bawah tanah yang sedari awal ia masuki lorong tersebut memunculkan suara yang menurutnya asing didengar dari arah ruangan biasa ia menonton Langit berlatih.

Perlahan Mey membuka kenop pintu dan mengintip dari celah kecil itu untuk melihat sekeliling, memastikan apakah di ruang bawah tanah aman atau tengah terjadi keributan berupa suara pengerjaan proyek renovasi. Beberapa detik matanya menerawang beberapa tempat dan ia pastikan masih baik-baik saja, lirikannya mulai diarahkan ke ruang besar pusat biasa Langit berlatih. Bola matanya membesar kala seorang pria yang ia kenal pendiam itu kini tengah melakukan latihan yang tak pernah Mey bayangkan sebelunya.

Langit berada di tengah ruang dikelilingi 4 boneka latihan. Lapisan luar tubuh dan kepala boneka tersebut terbuat dari logam dari kilatan cahaya yang terpantul. Sedangkan jumlah tangan dan kaki sasarannya lebih banyak ketimbang wood dummy yang biasa dimainkan Langit.

                Satu demi satu boneka tersebut dipukul dan ditendang pada pangkal salah satu lengan atau kakinya dan otomatis salah satu lengan lainnya akan berayun memukul petarung yang telah berani menghajar tubuhnya, seolah boneka latihan ini h...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu demi satu boneka tersebut dipukul dan ditendang pada pangkal salah satu lengan atau kakinya dan otomatis salah satu lengan lainnya akan berayun memukul petarung yang telah berani menghajar tubuhnya, seolah boneka latihan ini hidup dan siap menjadi lewan tarung Langit.

Setelah menghajar hingga salah satu boneka terdorong cukup jauh, Langit dengan lincah meloncat pada boneka yang lainnya dan melakukan hal yang sama. Terus memukul maupun menendang dengan berbagai jurus dan kelihaiannya. Sesekali ia memukul kepala boneka yang berada di puncak tubuh logam tersebut. Wajah itu tak bergeming kala Langit melancarkan beberapa pukulan seperti uppercut, gerakan menggunting maupun serangan lainnya dan hanya bergoyang karena pegas di dalamnya lalu bergoyang hingga pada posisi semula.

SKY RE:MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang