Bab 8 - Menyerah

130 10 6
                                    


"Kamu yakin hari ini siap melawan orang itu? Kamu harus tahu Lang kalau orang itu..."

"Iya aku tahu, pasti lebih kuat dariku kan?" jawab Langit memotong penjelasan Mey. "Jangan khawatir, aku pasti bisa memenangkan pertarungan kali ini."

Mendengar itu Mey hanya bisa diam memendam amarah begitu besar pada lelaki yang sejak kemarin tidak mau mendengarkan apa yang ingin ia sampaikan. Padahal hal ini sangat penting dan bila tidak segera diberitahu akan berakibat fatal pada kemenangan Langit nantinya. Hanya berdiam diri melihat pemuda yang kerjaannya hanya tidur siang setelah menunaikan sholat zuhur sambil berteduh dibawah pohon besar sekolah. Tangannya sudah mengepal siap menghajar Langit, namun saat tangannya sudah diangkat malah orang tersebut menambah lelap tidurnya dengan mendengkur kencang dan menutup wajah dengan buku komik yang ia baca barusan. Semakin merah padam pula wajah itu dan Mey kepalang marah hingga meninggalkan Langit begitu saja tanpa pamit.

"Tidak pamit? Kalau mau pergi setidaknya ada salam dulu baru beranjak," sahut Langit sambil tetap pada posisi tidurnya dengan senyum merekah dibalik buku yang menutupi wajahnya. Mendengar itu bukan meredakan malah menambah emosi Mey memuncak. Dengan mata merah menyala dan tatapan sangar ia dekati kembali Langit secara perlahan-lahan. Ketika dirinya sudah sangat dekat, Mey melancarkan aksi yang sudah ia rencanakan di kepalanya.

BRAAAK!!!

Mey segera menginjak perut Langit, namun senyum bengis itu benar-benar terpuaskan dengan melihat ekspresi Langit yang terkejut sekaligus kesakitan. Sejarah 100 tahun hebatnya Langit segera terpatahkan.

"Argh Mey kamu koq...?" tanya Langit sambil mengerang kesakitan dan memegangi perut dan kaki Mey agar menyingkir dari tubuhnya.

"Biar tahu rasa bagaimana kamu Lang!!! Rasakan ini!!!" Mey melanjutkan penyiksaan dengan menginjak Langit berulang-ulang.

"Aaargh sudah Mey sudah sakit ni aargh!!! AMPUUUUUN MEEYYY!!" namun percuma, Mey malah semakin jadi.

Sedangkan orang-orang yang melihat kejadian tersebut lebih tertarik untuk melanjutkan kehidupan normal mereka ketimbang harus berurusan dengan gadis berambut pendek tersebut yang bila emosinya sudah dipuncak maka jangan ada yang berani-berani menghalaunya.

***

"Tuan sudah tahu tentang peringkat satu?" tanya Pak Jenggot. Langit yang malam itu tengah melakukan pemanasan terakhir sebelum pertandingan.

"Saya belum pernah mendengarnya Pak. Toh saya selama ini jarang membuka situs KoRF sehingga saya tidak paham apa-apa yang ada di dalamnya," jawabnya sambil terus melakukan gerakan perenggangan.

Malam itu ruang bawah tanah hanya dihuni Langit dan Pak Jenggot. Mey sejak pulang sekolah hingga kini belum menunjukkan batang hidung sama sekali. Hanya dalam waktu kurang dari satu hari ruang bawah tanah yang biasanya sudah berisik dengan latihan Langit dan Mey kini senyap kembali sama seperti awal sebelum Langit mengikuti KoRF. Bisa jadi Mey masih marah karena mengkhawatirkan Langit.

"Mungkin anda perlu mendengarkan apa yang saya sampaikan. Ini berkaitan dengan orang-orang yang akan anda lawan setelah ini," kata Pak Jenggot. Sekejap Langit segera menghentikan gerakan pemanasan dan mengalihkan wajahnya untuk memperhatikan penjelasan orang tua itu.

"Ada apa ya Pak?"

"Jika anda memperhatikan forum pada KoRF," sambil pria berjanggut putih itu menunjukkan tab dengan layar situs KoRF, "anda bisa lihat forum percakapan para pemain lama. KoRF pertama kali dibentuk dengan format turnamen memperebutkan gelar 'King' dan meraih juara, hingga akhir pertandingan keluarlah satu orang pemenang dengan identitas misterius. Namun sejak ia menjadi pemenang pertama hingga kini namanya berubah menjadi King."

SKY RE:MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang