MPBB-12

29.6K 1.6K 18
                                    

-Tidak ada kata lain selain percaya. Saat kau mengatakan jika kau belum mencintaiku, belum berarti akan, bukan? Yeah, you are mine!-

-Gavin-

Alula menggeram kesal saat mendengar berita jika Gavin berkelahi dengan Azam, demi apapun, kenapa harus Azam?! Azam sahabatnya! Gavin pacarnya! Dia harus bagaimana? Alula melangkah setengah berlari diikuti Regina dan Clarissa, Alula mendengus saat teman-teman Azam dan Gavin hanya menonton saja, tidak ada niatan untuk memisahkan mereka.

"Ga! Stop!"

"Azam!"

"Ga!"

Teriakan Alula teredam teriakan orang-orang yang mengerumuni Gavin dan Azam, Alula menatap Gavin dan Azam serta meringis saat pukulan Gavin mengenai pipi Azam. Ia benci melihat kekerasan.

Alula maju, untuk menghentikan mereka. Azam tidak peduli, ia tetap membalas pukulan kakak kelasnya itu. Gavin berusaha hati-hati, ia tidak ingin menyakiti Alula. Saat Azam hendak melayangkan pukulan nya untuk Gavin, Alula menghalangi nya namun Gavin lebih tahu situasi langsung menjadikan dirinya tameng untuk Alula.

Gavin terkena pukulan yang cukup keras dipelipisnya, seketika pandangan nya mengabur dan ia terjatuh tepat di depan Alula. Alula memekik dan langsung menahan Gavin, ia meminta bantuan pada Gerald yang tak jauh dari nya.

Regina dan Clarissa hanya diam saja, saat itu juga guru BK mereka datang dan membawa Azam ke ruang BK. Alula berjalan cepat menuju UKS, tempat Gavin berada. Alula tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung masuk dan melihat Gerald yang mencoba mengobati Gavin.

"Al, gue nggak bisa. Lo aja yang obatin ya?" ujar Gerald, Alula mengangguk dan menerima kapas dan alkohol yang diberikan Gerald.

Gavin merasakan nyeri pada pelipisnya dan rasa pusing menderanya. Ia mengerang saat merasakan perih pada pelipis nya, Gavin mendengar ringisan seorang gadis di sampingnya, Gavin membuka matanya dan melihat Alula yang tengah mengobati nya.

"Al?"

"Eh? Mau minum?" tanya Alula, Gavin mengangguk dan duduk, Alula mengambilkan segelas air putih yang tadi disiapkan Gerald. Alula menaruh botol alkohol dan membuang kapas yang tadi digunakan untuk membersihkan luka Gavin.

"Ngapain berantem sama Azam?"

"Kenapa? Kamu mau bela dia?"

"Nethink aja terus, ya aku kan cuma nanya." Alula menaruh gelas itu di atas nakas. Gavin hanya diam saja,"Tadi, aku pingsan?" tanya Gavin, Alula menatapnya datar sekaligus kesal, entah kenapa ia bisa bersikap seperti ini pada Gavin, "Nggak, kamu cuma nggak sadar aja." ketus Alula.

Gavin tertawa, Alula langsung terdiam. Jarang-jarang Gavin tertawa seperti ini, Alula hanya diam saja. Ia tak tahu harus mekakukan apa, ia pun berdiri hendak pergi. "Mau kemana, Kamu?" tanya Gavin, Alula berbalik,"Ke kelas,"

"Bareng kalo gitu," ujar Gavin dan melompat turun dari ranjang UKS membuat Alula meringis, apakah dia tidak merasakan sakit? Sepertinya dia benar-benar gila! Gavin menggandeng tangan Alula, saat di depan UKS Azam berdiri di hadapannya, menghalangi langkah Alula dan Gavin, Gavin bisa sana maju dan menghajarnya namun Alula menahannya membuat ia tak bisa melakukan apapun, sepertinya Alula benar-benar sudah mempengaruhinya.

"Ada apa, Zam?" tanya Alula, Azam menghembuskan nafasnya pelan, "Gue mau ngomong sama lo, tapi nggak disini. Nanti, gue tunggu lo di taman yang biasa kita datangi setelah istirahat." ujar Azam, baru saja Alula akan memjawabnya Gavin sudah lebih dulu pergi.

Alula mengangguk tanpa kata, Azam mengangguk dan meninggalkan Alula yang sekarang seorang diri di depan UKS. Benar-benar menyedihkan! Jika saja Alula tahu dan paham, bagaimana rasa cinta yang sesungguhnya mungkin tidak akan seperti ini, jika saja Alula sadar jika hubungan nya dengan Gavin menyakiti banyak orang.

____

Gerald melihat Alula yang duduk di kursi yang terdapat di perpustakaan, Gerald mendekati nya. Ia melihat Alula yang melamun mengabaikan buku yang terbuka dan tergeletak di meja, apa yang gadis itu fikirkan?

"Al?"

"Eh?" Alula tersentak kaget membuat Gerald semakin yakin jika Alula tengah memikirkan sesuatu yang sangat berat. "Lo kenapa? Mikirin apaan?" tanya Gerald duduk di samping Alula, ia sadar jika Gavin ada disini, ia pasti sudah terkena bogeman pria itu.

"Nggak mikirin apa-apa," jawab Alula, ia menutup buku yang entah di bacanya atau tidak dan menaruhnya kembali ke rak buku dan berjalan keluar tanpa berpamitan pada Gerald. Alula berjalan menuju taman yang biasa ia kunjungi bersama Azam, Regina serta Clarissa.

Bedanya sekarang ia sendiri, tidak bersama Clarissa ataupun Regina, sementara Azam mungkin sudah menunggunya. Alula berjalan mendekati Azam yang tengah fokus dengan ponselnya, ia berdehem pelan dan Azam menyadari kedatangan nya.

"Mau ngomong apa, Zam?"

"Gue takut lo kenapa-kenapa kalo lo terus jadian sama Gavin, gue takut ada yang ngelukai lo, gue takut lo kenapa-kenapa." ujar Azam, Alula merasa bukan ini yang ingin Azam sampaikan, tetapi suatu hal yang besar yang takut Azam sampaikan padanya. Tapi, apa itu?

"Lo nggak usah khawatir, sejahat-jahatnya Gavin, dia nggak mungkin nyakitin gue. Gue tahu, itu." ujar Alula membuat Azam menatapnya tak percaya. "Lo, cinta sama dia?" tanya Azam, Alula menggeleng dan tersenyum, "Belum," jawaban itu membuat hati Azam seakan diremas. Sakit.

____

"Tidak ada kata lain selain percaya. Saat kau mengatakan jika kau belum mencintaiku, belum berarti akan, bukan? Yeah, you are mine!" Batin Gavin.

Gavin terkekeh melihat ekspresi Azam yang terkejut dengan kedatangan nya setelah Alula pergi. Azam menatap Gavin tak percaya, sejak kapan cowok itu menguping pembicaraan nya dengan Alula? "Lo, ngapain disini?" tanya Azam, Gavin terkekeh.

"Melindungi apa yang sudah menjadi milik gue tentunya," ujar Gavin terkekeh sinis, Gavin sedikit menggeleng tak percaya,"Lo itu cowok bukan? Cowok nggak sepengecut itu buat ngakuin kalo dia suka sama seseorang, jangan ngejelek-jelekin orang lain demi ngambil simpati dari orang yang lo suka. Percuma."

"Kenapa nggak dari awal lo klaim Alula jadi pacar lo, kenapa baru setelah Alula gue klaim jadi milik gue lo baru bertindak?" ujar Gavin yang tak dibalas apapun oleh Azam, Azam hanya diam saja. Ia masih ingin mendengar ejekan dari Gavin yang lumayan menampar nya itu, kenapa tidak dari dulu ia mengatakan jika dia mencintai Alula?

"Mau berapa lama lagi lo mencintai milik gue? Mending udahan, kasihan waktu lo. Gue nggak mau lo sia-siakan waktu lo untuk mencintai apa yang sudah menjadi milik gue yang sangat-sangat mustahil menjadi milik orang lain." ujar Gavin dan melenggang pergi tanpa mempedulikan Azam.

"Sejujurnya persahabatan lebih penting dari pada hubungan bernama 'pacaran'. Tetapi, saat melihat mu dengan orang lain rasa tidak rela itu hadir dengan sendirinya."  batin Azam.

___

See you😘😘

Vee💕💕

My Possesive Bad Boy[New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang