Alula merasa hari-harinya tidak sesuai dengan hatinya, ia terus menerus menghindar dari Gavin sedangkan Gavin sendiri tidak ingin jauh dari Alula. Tetapi demi apapun, Alula hanya ingin lepas dan segera menata hatinya kembali agar ia tidak terus menerus terjebak kenangan bersama Gavin yang sudah tahu akhirnya akan bagaimana.Gavin tersenyum ke arah Alula, "tumben kamu ngajak ketemuan, kenapa?"
Alula menghembuskan nafasnya pelan, "aku rasa hubungan kita salah, Ga."
Gavin mengerutkan keningnya, "salah? Salah gimana?"
"Kamu udah dijodohin-"
"Tapi aku nggak peduli, Alula," sela Gavin dengan tatapan tajamnya, Gavin tahu gadis di depannya mulai takut. Hanya saja hanya ini cara agar gadis itu tidak membicarakan hal-hal aneh.
Alula menundukkan kepalanya dalam, "aku nggak bisa terus-terusan stuck di kamu, kamu udah dijodohin, Ga. Kamu jangan egois."
"Aku nggak egois, Al. Aku cuma pengen hubungan kita bertahan, cuma itu."
"Tapi apa cara kamu bakalan berhasil? Cara kamu cuma buat sahabat aku sakit hati!"
Gavin terkekeh pelan, "Regina sama sekali nggak pernah nerima perjodohan ini. Ternyata aku lebih tau siapa orang yang Regina suka dibanding kamu, sahabat apa kamu? Nggak pernah dengerin cerita sahabatnya sendiri."
Alula mengangkat wajahnya, "ya, terserah kamu nganggep aku apa. Regina sama sekali nggak pernah cerita apapun tentang orang yang dia suka, itu berarti emang gue nggak berarti di hidup dia. Beda sama lo," katanya terkekeh pelan dan segera pergi dari hadapan Gavin.
"Al!"
Gavin dengan segera menyusul Alula dan menahannya, "tolong, dengerin omongan aku. Aku sayang sama kamu, Al. Aku cinta sama kamu," katanya serius.
Alula hanya diam menatap mata Gavin, memang tak ada tanda-tanda Gavin berbohong. Hanya saja pikiran Alula sudah bercabang, untuk apa Gavin mengatakan hal itu jika restu dari orang tua lebih penting? Untuk apa...
"Untuk saat ini, jalani aja terserah kamu, Ga. Aku percaya sama kamu," kata Alula dengan pasrah, hatinya bersorak gembira ditambah lagi Gavin yang tersenyum manis ke arahnya membuat Alula tersenyum tipis.
Alula menggeleng pelan melepas semua pikiran-pikiran yang ada di otaknya, benar semua akan kalah dengan hati. "Aku mau pulang, udah sore."
"Aku anterin."
Alula menepis tangan Gavin, "nggak, nggak usah. Aku bisa sendiri, kamu pulang sana..." katanya, "aku mau pulang sendiri."
"Nggak, aku anterin."
"Nggak mau Aga, aku mau sendiri."
"Kenapa sih Al? Aku cuma mau nganterin kamu!"
Alula menghela nafasnya pelan, "aku mau ke rumah mama, dan itu jauh dari sini. Kamu pulang aja, ini udah sore."
***
"Tante..."
Marisca, ibu kandung Alula memicingkan matanya menatap Gavin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tatapannya menyelidik membuat Alula sedikit bingung akan hal itu.
"Kamu Gavin?"
"Iya, Tante..."
"Ayo masuk, ini pertama dan terakhir kalinya saya ngijinin kamu masuk ke rumah saya. Selama Mama kamu masih menganggap Alula anak tidak jelas, saya tidak akan mengijinkan kamu untuk datang ke rumah saya," kata Marisca dengan tajam, bukan ia mengizinkan Alula berpacaran hanya saja tidak di rumahnya, hanya saja ia tak ingin anaknya kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Bad Boy[New Version]
Teen FictionNew Version! Setidaknya aku jujur, maaf jika aku memaksa, intinya aku cinta kamu. -Gavino Agariansyah- Perasaanmu mengikatku, seperti ada tali transparan yang mengikatku. Aku tidak suka dipaksa, apalagi dikekang. -Alula Angelista Adrienne- DON'T C...