Di hari yang cukup cerah ini tak membuat perasaan Alula ikut merasa cerah, justru sebaliknya, perasaannya tengah buruk. Ia tak bisa menggambarkan apapun, yang pasti ia tengah dilanda patah hati. Menyakitkan bukan? Melihat kedua orang yang notabenenya adalah pacar dan sahabatnya ternyata ditunangkan. Sebisa mungkin Alula tersenyum."Aku mau kita putus, Ga."
Gavin hanya diam saja, Regina membelalakkan matanya melihat senyuman itu, senyuman itu paslu. Siapapun pasti tau akan hal itu, hanya saja Alula tak peduli. Ia hanya tau jika dia sebisa mungkin harus tersenyum dan tidak terlihat menyedihkan, meskipun mungkin tidak berlaku untuk dua orang yang saat ini bersamanya.
"Al, gue nggak tau bakalan kayak gini ceritanya. Gue bakal ngomong sama Mama nya Gavin kok, beneran deh. Tapi lo jangan putus ya,"kata Regina.
Alula tersenyum lagi dan lagi, "nggak Gin, lo harus bahagia sama Gavin. Lagian Mama nya Gavin udah milih lo, jadi sebisa mungkin lo jangan nolak itu. Jangan jatuhin harapan mamanya Gavin, Gin. Gue gapapa kok," katanya.
"Nggak bisa gitu dong, Al. Aku nggak mau kalo kayak gini caranya, aku nggak mau putus dari kamu. Kamu kan tau aku pacarannya sama siapa, kenapa kamu malah ikhlasin aku gitu aja."
Alula menghembuskan nafasnya pelan,"aku nggak bisa maksa keadaaan Ga, kalo ini jalan yang terbaik buat kita. Kenapa enggak?"
"Kamu nggak boleh egois dong Al!"
"Kamu yang egois, Ga. Kamu pengen tunangan sama Regina, di sisi lain kamu juga masih pengen pacaran sama aku. Maksud kamu apa kayak gitu?"
Gavin mengacak rambutnya frustrasi, "aku ga ada sedikitpun keinginan buat tunangan sama Regina, Alula. Kamu ngerti nggak sih perasaan aku? Kamu nggak mikirin perasaan aku pas kamu bilang putus, aku nggak mau tau. Intinya kita masih pacaran, dan aku nggak akan pernah mau putus dari kamu, inget itu!"
Alula menatap kepergian Gavin dengan perih, "Gavin!"
Alula merasa dipeluk seseorang, siapa lagi jika bukan Regina, air mata Alula menggenang di pelupuk matanya. Ia yakin tidak bisa membendung hal ini, ia tak ingin terlihat menyedihkan, ia melepas pelukan Regina.
"Bahagia sama Gavin ya, Gin. Gue pamit dulu," kata Alula segera beranjak dari duduknya dan melangkah pergi, ia tahu sekarang Regina tengah menangis dalam diam.
Alula mengusap air matanya kasar dan segera menaiki kendaraan yang akan membawanya pulang, di dalam mobil ia menangis. Betapa sakitnya patah hati, ia baru tahu ternyata sakitnya sampai ia tidak ingin melakukan apapun.
"Non Al, kenapa nangis?"
Alula hanya diam saja, akhirnya sopir pribadi keluarganya tak menanyakan hal apapun lagi. Ia hanya ingin menyendiri, sesampainya di rumah ia segera berlari ke kamarnya.
Tidak peduli ada Ayah dan Bundanya tengah menonton TV.
"Alula!"
Alula segera menutup pintu dan terduduk di dalam kamarnya, ia menangis dalam diam. Menyadari kebodohannya, seharusnya ia tahu dari awal bahwa Ibu Gavin tidak menyukainya. Harusnya ia tau itu sehingga tidak sesakit ini rasanya.
"Gue bodoh!"
Alula menyembunyikan wajahnya, ia menangis tanpa mempedulikan gedoran pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Bad Boy[New Version]
Novela JuvenilNew Version! Setidaknya aku jujur, maaf jika aku memaksa, intinya aku cinta kamu. -Gavino Agariansyah- Perasaanmu mengikatku, seperti ada tali transparan yang mengikatku. Aku tidak suka dipaksa, apalagi dikekang. -Alula Angelista Adrienne- DON'T C...