MPBB-05

38.2K 2.3K 19
                                    


Gavin berpapasan dengan Vanno di koridor, entah harus bereaksi apa Gavin tak tahu. Vanno mencegahnya untuk melewatinya, Gavin menatap Vanno datar. Ia mengatakan jika ia sibuk dan akan masuk ke kelasnya.

"Kak, sebentar." ujar Vanno setengah memohon, akhirnya Gavin mengangguk dan melangkahkan kakinya ke rooftop yang diikuti Vanno. Sedangkan Gerald tidak mau ikut campur pun pergi ke kelasnya.

Sesampainya di rooftop, Gavin membalikkan badannya dan langsung menatap Vanno. Vanno menghembuskan nafasnya pelan, "Gue minta maaf, gue tau lo iri sama gue tentang Mama Papa kan?" ujar Vanno, Gavin hanya diam saja, ia jadi mengingat ucapan Regga tempo hari.

"Gue sadar Kak, gue memang bukan anak kandung Mama Papa. Apa gue harus pergi, biar lo bisa bebas di rumah? Lo bisa keluar tanpa mengurung diri di rumah?" ujar Vanno, Gavin hanya menatapnya datar.

Merasa Vanno sudah diam pun Gavin bersuara, "Udahkan? Gue pergi!" ujar Gavin dan melangkahkan kakinya, Vanno mengusap wajahnya kasar. Ia tak tahu harus seperti apa lagi, sudah banyak cara ia gunakan untuk berbaikan dengan kakaknya, namun satupun tak berhasil.

"Vann!" sapa seorang gadis dari balik sofa yang tersedia di sofa, Vanno mengerutkan keningnya, "Alula? Ngapain lo disitu?" tanya Vanno yang heran dengan kedatangan Alula.

Gadis itu menyengir lebar, "Sorry, gue udah dengerin apa yang lo ucapin sama Kak Gavin." ujar Alula, Vanno mengangguk mengerti, "Lo nggak marah kan?" tanya Alula, Vanno menggeleng, ia memilih duduk.

"Lo ada masalah, ya?"tanya Alula, Vanno mengangguk, ia menghela nafasnya pelan, "Gue bukan adik kandung dari Kak Aga." ucapan Vanno membuat Alula berpikir, bukan berpikir tentang Vanno bukan adik kandung Gavin. Tapi, panggilan Vanno untuk Gavin -Aga-.

"Lo panggil Kak Gavin dengan sebutan Aga?" tanya Alula, Vanno mengangguk, "Orang yang di suruh panggil dia Aga, dia adalah orang spesial. Gue bersyukur karena Kak Aga nggak marah pas gue panggil gitu, itu artinya dia masih sayang sama gue meskipun dia agak gimana sama gue."

"Kak Gavin nyuruh gue panggil dia, apa gue orang spesial?"

Alula segera menepis pemikiran aneh itu, Vanno menatapnya dengan pandangan heran, Alula hanya diam saja. "Apa gue harus pergi dari rumah ya?" ujar Vanno, Alula menoleh, "Menurut gue sih jangan, lo harus bisa buat Kak Gavin baik lagi sama lo. Itu aja sih saran dari gue." ujar Alula,  Vanno mengangguk mengerti.

Vanno mengajak Alula untuk kembali ke kelas, mereka memang satu kelas. Alula mengangguk dan segera beranjak, tanpa sadar Vanno menggandeng tangan nya erat.

Kemarin sama Kakaknya, sekarang sama adeknya.

Ganjen emang,

Nggak nyangka sumpah, ternyata dia kaya gitu.

Iya, setau gue dia itu pendiem, taunya bitch!

Vanno menoleh ke arah Alula yang sudah berubah ekspresi, "Jangan di dengerin Al, tuh orang rempong." ujar Vanno, Alula mengangguk dan mencoba tersenyum pada Vanno. Mereka berjalan memasuki kelas, tanpa sadar seseorang menatapnya dari jauh.

____

Gavin menghadang jalan Alula, sekolah sudah mulai sepi karena bell sudah berbunyi satu jam yang lalu. Gavin tahu Alula menghindari nya, tapi ia juga tak mau menyerah, ia menunggu Alula meskipun satu jam lamanya.

"Loh, Kak? Lo masih disini?" ujar Alula pura-pura kaget, Gavin terkekeh, "Gue kan udah bilang, gue mau pulang bareng lo." ujar Gavin dan langsung menggandeng tangan Alula untuk segera menaiki motornya.

Gavin melepaskan jaketnya dan menutupi paha Alula, karena memang rok yang dipakai tidak memungkinkan untuk menaiki motor. Ingatkan Gavin agar membawa mobilnya saat akan mengantar Alula. Alula yang di perlakukan hal itu hanya diam sekaligus malu.

Gavin menjalankan motornya dengan kecepatan pelan, ia berniat untuk mampir ke kedai es krim barang sejenak saja. Gavin memarkirkan motornya di depan kedai es krim, Alula turun dengan bingungnya. Ia memegang jaket Gavin, mereka sudah persis seperti sepasang kekasih.

"Mau rasa apa?" tanya Gavin, Alula menggeleng pelan, ia tak mau, tak enak juga. "Rasa cokelat ukuran besar ya mbak," ujar Gavin, Alula hanya diam saja. Saat Gavin sudah mendapatkan es krimnya, ia mencari meja. "Nih." ujar Gavin menyuapi Alula. Alula refleks membuka mulutnya dan menerima suapan dari Gavin. Fix! Dia sudah seperti sepasang kekasih.

"Gue bisa makan sendiri." ujar Alula, Gavin mengangguk dan memberikan sendok itu. Alula memakan es krim nya. Gavin diam-diam memotret Alula yang tak sadar saking menikmati es krim itu. Gavin juga mengunggah foto itu di akun instagram nya.

Gavin juga memegang tangan Alula yang ada di atas meja, Alula masih tidak sadar jika saat ini juga Gavin tengah memotret tangannya sendiri yang tengah memegang tangan nya. Bunyi yang dihasilkan kamera ponsel Gavin menyadarkan gadis itu, "Eh?"

Alula sontak menarik tangannya yang digenggam Gavin, ia menatap Gavin bingung, ada apa dengan Gavin sebenarnya? Kenapa ia seperti itu? Apa dia tidak tahu jika sikapnya bisa membuat Alula terbawa perasaan?

"Sorry," ujar Gavin, meskipun ia tidak merasa bersalah, tapi tidak ada salahnya kan mengucapkan kata Sorry. Alula hanya diam saja, ia memandang mangkuk es krim yang sekarang sudah tidak ada isinya. Ia meringis menyadari hal itu, Gavin terkekeh dan mengajak Alula untuk pulang.

Alula mengangguk dan mengambil jaket Gavin yang tersampir pada sandaran kursi. Gavin menggandeng tangan Alula dan mengajaknya ke parkiran yang terdapat motornya, Gavin menyerahkan helm pada Alula, Alula memakainya.

Alula memegang pundak Gavin sebagai pegangan untuk naik ke atas motor Gavin, Gavin menuntun tangan Alula untuk berpegangan pada pinggangnya. Itu membuat jantung Alula mendadak berkerja dua kali lebih cepat.

"Pegangannya kayak gini, gue mau ngebut soalnya. Udah sore." ujar Gavin, Alula hanya diam kaku. Ia tak bergerak sama sekali, dibalik helm full facenya Gavin tersenyum merasakan ini semua. Rasanya dekat dengan Alula membuatnya nyaman, ia harus meralat jawaban yang diberikannya pada Gerald, ia menyukai plus mencintai gadis yang saat ini tengah duduk di belakang dan memeluknya.

____
Jangan lupa vote&comments yaa...

See you😘

Vee💕💕

My Possesive Bad Boy[New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang