"Jadi, Apa kesimpulan kita." Kata Ricky serius. Di salah satu kamar kumpul bareng Karen, Dina, Adam. Kyle nunguin Erella. Tentu saja di kamar lain.
"1. Akting Erella bagus banget. Udah satu jam dia tetep diam ditempat gitu." Dina berbicara.
"2. Kyle bodoh banget sampe gatau Erella cuma pura-pura. Apalagi dengan akting kita yang sangat berlebihan tadi." Adam berbicara.
"3. Kyle sangat mencin.." Belum sempet Karen selesai ngomong, Ricky udah maen serobot.
"Karen! Jangan pake bahasa baku!" Triak Ricky.
"Diem ae lah Rick! Kan kasian Karen! Lagian kalo kamu triak-triak gitu Kyle isa denger! Dia kan dikamar sebelah." Kata Dina maen serobot juga.
"Dasar Erella kedua! Denger ya, ini hotel bintang 4! Mana bisa denger!" Cengir Ricky.
"3. Kyle is deeply in love with Erella." Kata Karen yang bahasa Inggrisnya lancar banget. Bule sih.
"Empat." Ricky menghentikan omonganya. Poin keempat inilah yang sangat ditunggu oleh yang lain. "Kita laper titik! Udah 1 jam nih!! Yang bener ajaa! Ayo mulai dong lapor ke Kylenya!" Lanjut Ricky.
"Tunggu 15 menit lagi Rick! Kata Erella kan kita disuruh nunggu 1 jam duluuu!" Triak Dina. Tapi mau apa lagi. Dina juga gak bias nahan laper. Udah jam 4 kurang. Mereka cuma makan snack buwat makan siang. Langsung saja mereka pergi ke kamar sebelah.
"Eh eh.. Tadi kamar sebelah kanan apa kiri?" Tanya Adam blo'on.
"Lah! Itu kan seharusnya kamarmu Ad! Masa gatau sih?" Bales Dina.
"Sori. Maklum o'on." Kata Adam tersenyum. "Ada yang tau gak sebelah mana?" Cengirnya.
"Adam. Kamu aja gatau apalagi kita!" Triak Ricky. Setelah berpikir sebentar, Ricky mengeluarkan kebijaksanaanya. "Sana kamu turun kebawah tanya resepsionis!" Kata Ricky datar.
"Yang bener! Kamu gak denger ya tadi resepsionisnya bilang kalo lift ya rusak? Baru bisa dipake jam 4 lebih 10-an? Ini lantai 6 woi!" Triak Adam. Masa harus naik turun pake tangga darurat?
"Siapa suruh o'on! Cepet aku laper nih! Say." Dina udah memamerkan senyumnya. Adam tau. Kalo sampe Dina manggil dia say, pake senyum lagi, kalo kemauanya gak dituruti, dia bisa mati. Jadinya, Adam lari ketakutan ke tangga. Itulah resiko nginep di lantai 6.
**
"La bangun dong. Lo kok tidur terus sih? Enak ya?" La bangun!" Kata Kyle sambil memegang tangan Erella. Kyle tampak sedih banget.
"La bangun!" Katanya lagi. "Gue gamau lo lupa ingatan kayak dulu lagi." Katanya mengengam tangan Erella makin kuat.
"Apalagi itu semua gara-gara gue gak bisa njaga lo." Katanya lagi. "Ah Ela! Masa gue mesti crita semuanya tiap kali lo pinsan sih baru bisa bangun?" Kyle menatap wajah Erella yang tertidur. "Di sebelah kanan kita penguninya ganas-ganas tuh kalo tau! Lo kan gamau mereka tau kita tunangan, La. Gak mungkin juga sih, ini kan bintang 4. Kok gue jadi ketularan o'on sih."
"La plis bangun dong. Ini kenapa gue tolak kemaren pas lo ngajak ke pantai. Pasti akhirnya gini. Kayak dulu. Gue gamau lo lupa ingatan sama gue La! Plis!" Kyle menatap Erella lebih dalam lagi. "Lo inget gak? Pas kita pertama ketemu? Lo kayak ngindarin gue terus La! Untung aja gue berhasil menarik perhatian lo! Jadi elo yang ngejar-ngejar gue deh! Hahaha" Tawa Kyle terlihat nyaring. Tapi tawanya langsung hilang seketika.
"Sapa sih penculik yang nyulik lo itu? Sampe sekarang gak ketemu juga La! Kenapa juga lo mesti pake lupa ingatan segala? Kan gak lucu!" Kyle ngomong sendiri. "Lo tau La? Selama ini, 9 taon gue njauhi lo, o kira gue tenang-tenang aja? Ngak La! Gue sibuk mikirin lo terus! Benernya gue heran juga. Pas itu kan gue baru umur 6 taon. Kok bisa cinta mati ya? Gatau deh." Kyle mulai mengukir senyuman. "Apalagi yang di KBS itu La!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearish (When I Think About Our Past)
JugendliteraturIni cerita pertamaku, sori kalo ada typo dan sebagainya. Sori kalo ceritanya terlalu cliche, well i write this at 12 yo.. Anyway, i personaly pretty much like this but I don't recommend you to read this cuz this is so.... basic :( *authoragakkonslet...