Di pagi hari yang cerah dan sejuk, awan putih yang bersahabat dengan langit biru membuat dunia semakin indah, melukiskan senyuman kepada semua orang yang mengaguminya.
"Selamat pagi semua!" pekik gadis yang baru saja membuka pintu toko kue.
"Ups! Maaf." ujarnya lagi saat melihat sekumpulan para lelaki berjas yang sedang berbicara penting di meja bundar dengan kopi dan kue di atas meja yang sedang melihat ke arahnya.
"Diana!" Wanita paruh baya itu memanggil gadis yang baru saja membuat seisi toko melihat ke arahnya.
Ia menghampiri wanita paruh baya itu dan tersenyum manis dengan dua jari yang di angkat di depan wajahnya.
"Maafin Diana Bu, aku nggak tahu kalau ramai kaya gini." ucapnya seraya melepas tas yang ada di punggungnya.
"Sekarang sudah siang bukan pagi lagi, sudah sana ganti baju kamu!" jawab wanita paruh baya itu dan melanjutkan pekerjaannya lagi.
Gadis itu tiba-tiba menepuk keningnya sendiri. "Aku lupa!" gumamnya lalu berlari keluar dan melihat sepedanya yang di sandarkan ke mobil hitam.
"Kamu itu murah, jangan deket-deket sama yang mahal, aku nggak mau bikin kamu malu." ucapnya sendiri dengan menepuk-nepuk sepedanya, dia meletakkan sepeda cantiknya ke tempat yang sudah seharusnya.
Saat ingin masuk kembali ke dalam toko, matanya menyipit melihat mobil hitam tadi yang disandarkan sepedanya.
God! Kok bisa bergaret gini? Gara-gara si blacky? Ah nggak mungkin!
Gadis itu menutup mulutnya dengan melihat sekeliling mencari siapa pemilik mobil tersebut, Ia jalan perlahan lalu masuk ke dalam toko dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Di dalam pikiran gadis itu hanya garis putih yang berada di sisi mobil tersebut. Dia mengingat ulang apa yang telah dia lakukan sebelumnya.
"Perasaan aku pelan-pelan kok." gumamnya.
"Hello!"
"Eh bukan aku!" jawabnya, sontak saat melihat siapa yang membuyarkan lamunannya gadis itu terdiam. Kok ganteng sih?
"Saya mau membayar pesanan saya." ujar pria yang berada di depannya.
"Oh iya, sebentar ya. Maaf meja nomor berapa?"
"Empat." jawab pria itu seadanya.
"Totalnya dua ratus tiga ribu Om." ucap gadis itu dengan tersenyum melihat pria itu.
Pria yang baru saja di panggil Om itu menaikkan sebelah alisnya. Aku masih muda tapi dipanggil om?
Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil tiga lembar ratusan. "Sisanya ambil saja. Dan satu lagi, terlalu tua jika kamu memanggil saya dengan sebutan om." ucapnya lalu meninggalkan gadis itu dengan terdiam.
"Aku salah ya? Ah bodo lumayan sembilan puluh tujuh ribu buat aku!" gumamnya dengan terkikik lalu memasukan uangnya ke dalam mesin.
"Diana!"
"Apa!" pekiknya, melihat sekeliling toko yang belum ada tanda-tanda pelanggan ingin membayar, lalu dia masuk ke dalam dapur.
"Kamu bantuin Keke bikin kue, ada pesanan lima ratus cookies untuk besok, Ibu yang jaga kasir." ujar wanita paruh baya itu lalu berjalan keluar kitchen.
"Kok aku sih?" gumamnya. Padahal enakan di kasir, selalu dapet tips.
"Na kamu bikin adonannya ya, aku ambil bahan yang lain." ucap perempuan yang bernama Keke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Diana
Romansa[16+] Wanita periang yang tak kenal lelah dan menjadi tulang punggung keluarga di pertemukan dengan seorang pria yang bisa merubah hidupnya dengan sedikit masalah-masalah yang harus Ia hadapi. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca! Jangan lupa di vo...