Diana sedang melajukan sepedanya dengan santai di jalan raya, kali ini dia memutuskan untuk melewati jalan raya untuk menuju ke toko kue, walaupun biasanya dia selalu lewat belakang agar tidak terkena macet.
"Ah coba aja si ganteng udah sembuh, pasti aku bawa nih buat ke toko." ujarnya sendiri.
"Eh eh kenapa nih!" Diana berhenti di pinggir jalan dan melihat ke roda sepedanya.
"Astaga black! Kamu ngambek gara-gara aku ngomongin si ganteng? Baper banget sih kamu!" ujarnya dengan menendang rodanya. Dan dia meringis karena terlalu kencang menendangnya.
"Aku mau hias kue black! Ih kamu nih ya rese!" gumamnya dengan membawa sepedanya mencari tukang tambal ban. Sepagi ini mana ada tukang tambal ban!
Tin! Tin!
"Berisik!" gumam Diana dan terus berjalan tanpa melihat ke belakang.
Tin! Tin!
Diana menghela napasnya lalu berhenti. Sabar Na! Nggak boleh marah-marah. Kalo marah-marah mulu nggak bisa naik haji!
Diana menoleh ke belakang dan tersentak saat ada orang yang di belakangnya. "Ih gila aku kaget!"
Pria itu menaikkan kedua alisnya. "Emang saya setan?"
Diana mengangguk. "Semacamnya. Kenapa sih? Aku nggak ganggu kamu ya Om! Jalanan masih lebar! Aku jalan di pinggir, nggak bikin mobil kamu lec---" Diana langsung terdiam saat melihat mobil itu. Astaga! Mobil itu!
"Saya ngeliat kamu kasihan tadi, tapi sekarang setelah mendengar ucapan kamu pagi ini jadi males buat tolongin kamu." ujar Keyro lalu berjalan ke arah mobilnya lagi.
Diana masih terdiam dan melihat ke mobil itu. Dia sadar nggak ya? Semoga engga ya Tuhan! Eh tadi apa? Dia mau bantuin aku?
"Woy tunggu!" teriak Diana. Keyro berhenti saat ingin membuka pintu mobilnya.
"Bantuin aku dong, aku harus hias kue Papa ganteng kamu sekarang."
"Ayo masuk." ujar Keyro.
"Tapi sepeda aku?"
"Nanti saya suruh supir saya angkat sepeda itu."
Diana terdiam. Ikut nggak ya? Kalau blacky hilang gimana? Ah nggak mau!
"Aku takut dia hilang." gumam Diana.
Keyro menghela napasnya dan melihat jam tangannya. "Ikut saya atau nggak? Kalau hilang saya yang gantiin."
"Heh sombong! Walaupun sepeda nggak seberapa tapi aku beli pake uang aku sendiri ya!" ujar Diana kesal.
"Udah sana pergi! Aku nggak sudi ikut orang sombong kaya kamu!" usir Diana dan membelakangi Keyro.
Keyro terkekeh membuka pintu penumpang, lalu berjalan ke arah Diana."Hey turunin! Om kurang ajar ya!" teriak Diana saat tubuhnya terangkat dan dimasukkan ke dalan mobil.
"Buka nggak! Sepeda aku Om!"
"Nanti supir saya yang ambil." jawab Keyro lalu melajukan mobilnya.
Diana masih melihat ke belakang mengasihani sepedanya yang ditinggal sendiri. Blacky, maafin aku. Sebentar lagi kamu ada yang jemput kok!
"Cepet telpon supir Om! Suruh ambil sepeda aku!" ujar Diana.
Keyro melirik sekilas lalu fokus kembali ke depan tanpa menghiraukan ucapan Diana. Sebenarnya dia ingin tertawa saat itu juga melihat wajah gadis yang sedang bersedih karena meninggalkan sepeda bututnya itu.
"Emang kamu nggak ada orang di rumah, suruh saja orang yang ada di rumahmu." jawab Keyro.
"Cuma ada Mama sama Danu, durhaka banget aku nyuruh orang tua."
"Danu?"
"Danu itu kucing, sejak kapan kucing bisa bawa sepeda?"
Keyro tertawa kecil. Dasar Danu sialan, gue kira lo manusia. "Supir saya sekarang lagi antar adik saya ke tempat kerjanya, mungkin siang nanti dia akan ambil sepeda kamu."
"Sepeda aku keburu di ambil tukang loak Om!" pekiknya tertahan.
"Sudah sampai, silahkan turun dan menghias kue Papa gantengku, siang nanti saya akan mengambilnya."
Diana menghelan napasnya, pikirannya hanya tertuju pada sepedanya. "Makasih, jangan lupa ambil sepeda aku!" ujarnya lalu keluar dari mobil.
Keyro terkekeh dan mengambil ponselnya. "Pak, ambil sepeda berwarna hitam di jalan Mangga, sepeda itu bocor."
"Baik Mas."
Keyro langsung mematikan sambungannya dan melajukan mobilnya kembali menuju kantornya, dia tersenyum sendiri mengingat wajah gadis tadi yang mengkhawatirkan sepedanya itu.
Sesampainya di kantor dia baru mengingat kalau adiknya itu tadi pagi memintanya untuk meminta tumpangan. Kok gue lupa sih? Padahal serumah.
Keyro memasuki lift dan naik ke lantai sembilan, dia sangat yakin kalau adiknya sudah sampai lebih dulu dan akan menyerbu kakaknya itu.
Lift terhenti di angka sembilan, Keyro berjalan dan melihat bangku sekretarisnya masih kosong belum di duduki sang nenek lampir, dia masuk ke ruangannya dan menelpon adiknya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Loh Mama? Key mana?"
"Kamu nih ya! Adik kamu nangis di tinggal sama kamu! Dia nggak mau masuk kerja hari ini."
"Jangan manjain dia Ma, ada Bang Rano kan di rumah? Minta anterin sama dia."
"Adik kamu nggak mau masuk hari ini. Salah kamu sendiri." Sambungan terputus. Astaga Mama.
Ponselku berdering, nama Papa yang tertera di layar ponselku.
"Heh anak sableng! Keyza kenapa kamu tinggal?"
Keyro terkekeh sembari membuka kertas-kertas yang berada di mejanya. "Ero lupa Pa, ya udah dia nggak usah masuk aja, dia kemarin bilang jadwal aku kosong kok hari ini." jawabnya.
"Umur kamu masih dua puluh tiga tapi udah pelupa, yaudah jangan lupa ambil kue ya! Papa tunggu di hotel. Bawa pacar!" sambungan terputus kembali. Astaga kenapa mereka senang sekali memutuskan sambungan dengan sepihak sih?
"Pacar dari Ambon." gumam Keyro lalu melanjutkan pekerjaan tanpa sekretarisnya hari ini.
Sedangkan di toko kue gadis yang bernama Diana sibuk dengan pekerjaannya saat ini, menghias kue yang nanti siang akan di ambil oleh pembeli.
"Ibu! Rumput-rumputannya kurang!" pekik Diana dari dapur.
"Bawel. Nih." Keke baru saja masuk ke dapur dengan membawa bahan-bahan hiasan kue.
"Ke kamu tolong tulisin nama-nama mereka dong, kertasnya itu di gantung." suruh Diana.
Keke mengangguk dan mengambil kertas dan menulis nama pembeli dengan green cream. "Astaga Na!" pekik Keke.
Diana langsung mencubit lengan Keke. "Jangan kagetin ih! Kalau ini patah gimana?"
Keke meringis dan terkekeh. "Eh tapi tunggu! Ini Matthew Belvanno yang beli? Ya ampun Na! Aku pernah ketemu dia di Mal! Dia ganteng banget, mantan artis dulu itu kan!"
Diana memutar bola matanya malas. "Ke. Lanjut kerja! Nggak usah ngomong mulu."
"Nanti siang aku mau di kasir aja, nggak mau di dapur. Aku mau lihat Daddy goals itu!" pekiknya senang tanpa menghiraukan ucapan Diana.
"Bodo amat." gumam Diana. Orang Papa ganteng nggak dateng. Tungguin aja sana sampe botak.
press!☆☆☆

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Diana
Любовные романы[16+] Wanita periang yang tak kenal lelah dan menjadi tulang punggung keluarga di pertemukan dengan seorang pria yang bisa merubah hidupnya dengan sedikit masalah-masalah yang harus Ia hadapi. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca! Jangan lupa di vo...