Karena Ikat Rambut

6.6K 648 44
                                    

Gadis si penjaga toko kue itu sedang memarkirkan sepeda cantiknya di samping rumah yang bersebelahan dengan mobil butut kesayangannya.

"Selamat beristirahat blacky." ujar Diana dengan menepuk-nepuk jok sepeda, Ia berjalan dan membuka pintu rumah.

"Assalamualaikum!"

"Mama?"

"Waalaikumsalam! Mama di dapur Na!"

Diana meletakkan tasnya, tak lupa mengambil roti titipan Mama tercintanya lalu berjalan ke arah dapur.

"Danu mana Ma?" tanyanya dengan meletakkan kantung kertas di atas meja.

"Di halaman, panggilin deh suruh masuk." jawab Mama Sinta yang sedang memotong wortel dan kentang.

"Danu!" teriak Diana, dia mencari sesosok yang di panggilnya, tak lama seekor kucing datang dengan berlari menghampiri gadis itu. Menggusel-guselkan badannya di kaki Diana.

"Aku punya roti buat kamu, ayo masuk!" ucap Diana dengan masuk ke dalam diikuti kucing yang bernama Danu itu.

"Kan Mama bilang satu aja Na rotinya, Danu ngapain di beliin?"

Diana terkekeh. "Kasian Ma, masa dia makan sisaan Mama mulu sih." ucapnya dengan mengambil roti keringnya dan memberikan ke kucing ke sayangannya.

"Ini semua jadinya berapa?" tanya Mama Sinta.

"Gratis katanya Ibu." bohongnya, Diana sangat yakin jika dia berkata bahwa dua roti itu seharga tiga puluh lima ribu pasti Mamanya akan menggantikan uangnya itu.

"Yaudah, makan dulu gih, Mama masakin tempe goreng kesukaan kamu!"

Diana mengangguk lalu meletakkan seluruh roti keringnya di lantai membiarkan kucingnya itu makan sendiri.

"Nana mau mandi dulu, gerah nih abis itu makan." ucapnya lalu berjalan menuju kamarnya.

Suasana Rumah Diana sangat nyaman dan tenang, tidak ada suara bisingan, hanya ada dua suara yang saling bersautan. Iya hanya Diana dan Mama Sinta.

Diana sedari kecil sudah tinggal hanya bersama Mamanya, rumah yang sekarang Ia tempati juga sudah menemaninya hingga dua puluh tahun usianya. Diana juga sering berhayal jika dia sedang melihat keluarga yang utuh, berhayal jika ada Ayah di sampingnya. Namun hingga sekarang dia tidak pernah bertemu dengan sosok Ayah itu.

Mamanya pernah berkata padanya bahwa Papanya sudah pergi dan tenang di atas, Ayah Diana itu seorang tentara yang gugur saat berperang, waktu itu Mama Sinta sedang mengandung Diana tujuh bulan, dan mendapat kabar jika suami tercintanya itu sudah tidak bernyawa lagi.

Sampai saat ini Diana tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, dia hanya tahu Ayahnya hanya sebatas lembar foto yang sudah usang dan tidak sempurna. Diana juga sudah tidak sedih lagi jika dia sedang merindukan Ayahnya, makanan dia setiap hari jika merindukan Ayahnya dan dengan doa Diana bisa menghapus rindu untuk ayahnya.

"Mama nggak makan?" tanya Diana yang sedang mengambil makanannya ke dalam piring.

"Makan roti jadi kenyang, nanti Mama makan kalau laper." jawab Mama Sinta dengan melihat putrinya sedang makan dengan lahap.

"Gimana kerja hari ini Na?"

Diana mengangguk dan menelan makanannya. "Seru! Nana tadi ketemu orang nyebelin, ngirim kue ke gedung tinggi, di omelin Ibu gara-gara teriak-teriak, ter--"

"Udah-udah makan dulu." ujar Mama Sinta. Diana terkekeh dan mengangguk lalu melanjutkan makannya.

Setelah menghabiskan makannya dan mencuci piring, sekarang Diana dan Mamanya sedang berada di ruang TV, menonton sinetron yang Diana tidak mengerti sama sekali.

"Ketemu orang nyebelin gimana Na tadi?" tanya Mama Sinta.

"Oiya. Iya Ma, ada Om-om rese! Masa dia ngasih uang tips tapi dia suruh aku ganti iket rambut aku, kan nyebelin banget!"

"Semua orang ngeliat iket rambut kamu yang buluk itu juga pasti mikir kaya gitu Na."

Diana berdecak. "Mama ih jangan di pihak Om itu deh."

"Dia bener kok, liat tuh iket rambut, udah belel, buluk, nggak banget, mentang-mentang itu dari mantan ka--"

"Mantan gebetan Ma, nggak sampe pacaran." ralat Diana.

"--Mantan gebetan kamu, cuci kek, atau nggak ganti udah sama yang lain."

Diana menghela napasnya dan berpura-pura menguap. "Nana ngantuk nih, tidur ah. Good night Mama." ujarnya lalu mencium pipi Mamanya dan berjalan ke kamarnya.

"Mama lagi ajak ngobrol juga heh!"

"Ngantuk!" pekik Diana di dalam kamar.

Diana duduk di samping ranjang dengan wajah yang cemberut dengan menghentak-hentakan kakinya kesal.

Diana duduk di samping ranjang dengan wajah yang cemberut dengan menghentak-hentakan kakinya kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia memegang ikat rambut yang baru saja di lepas dari rambutnya. "Orang-orang suruh aku buat buang kamu, kamu mau nggak di buang?"

"Kamu udah dua tahun temenin aku di sini." ucapnya lagi dengan senyum terpaksa.

"Aku beliin temen baru aja deh ya? Kamu aku nggak buang kok tenang aja, aku simpen aja."

Diana meletakkan ikat rambutnya di nakas, mematikan lampu tidurnya dan memejamkan matanya lagi.

Besok harus kerja lagi! Cari uang lagi buat benerin si ganteng! Diana menaikkan selimutnya sampai dada, tak lupa untuk membaca doa dan masuk ke dalam mimpi indahnya.

Press!☆☆☆

Karena DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang