Diana Annora

7.6K 714 58
                                    

"Oh astaga Diana! Kamu itu sekolah, masa iya hitung aja bisa salah!"

Diana meringis. Namanya juga gugup berdiri di depan cowo ganteng. Eh cowo sombong! "Iya maafin Nana Bu, potong aja deh sama uang harian aku gapapa, Nana yang salah."

"Emang kamu yang salah sekarang!"

Diana menghela napasnya kasar. Bukannya untung malah buntung! Nyesel kan minta tuker uang sama si Mba-mba itu!

Bagaimana tidak menyesal kalau pesanan yang Ia antar tadi seharusnya seharga dua ratus empat puluh lima ribu, dan Diana malah berkata kalau semuanya senilai seratus empat puluh lima ribu. Kurang seratus ribu! Astaga! Gajianku dikurang seratus ribu! Huaa.

"Kasian deh loh, katanya pinter ngitung tapi itung harga kue aja salah." goda Keke dan memeletkan lidahnya lalu masuk ke dalam dapur.

"Ck. Nyebelin dasar!" gumam Diana.

Ponsel yang berada di saku Diana bergetar, dia melihat siapa yang menelponnya. Dan ternyata Mamanya.

"Hallo Ma?"

"Kamu masih di toko Na?"

Diana mengangguk. "Iya Ma, abis Maghrib Nana baru pulang, kenapa?"

"Gapapa, Mama mau roti manis Kikan, tolong bawain ya satu aja buat Mama."

"Danu enggak?"

"Nggak usah, nanti berdua aja sama Mama."

"Yaudah nanti Nana bawain ya, aku lanjut kerja dulu ya Ma, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam sayang."

Diana mematikan sambungannya dan memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya, mengambil satu bungkus kertas lalu memasukkan roti manis dan roti kering masing-masing satu. Mengambil uang yang berada disakunya tiga puluh lima ribu dan memasukkan ke dalam mesin uang.

"Harus di pisahin. Yang ada kehabisan kayak kemarin." ucap Diana dengan terkekeh, melihat sekeliling toko belum ada tanda-tanda yang ingin membayar pesanannya, Ia masuk ke dalam dapur dan memasukkan roti itu ke dalam tasnya.

"Ibu, Nana beli kue ya dua buat Mama sama Danu."

Ibu Kikan mengangguk. "Ambil aja Na, nggak usah bayar."

Diana menggeleng. "Nana udah masukin uangnya, dari kemarin-kemarin gratis mulu nanti bangkrut lagi."

Adonan kecil terlempar ke wajah gadis itu. "Kalau ngomong nih anak!" ujar Ibu Kikan.

Diana mengelap wajah dengan tangannya dan terkekeh "Ibu ih jorok tahu." ucapnya lalu keluar lagi dan berdiri di belakang mesin uang.

"Mau pesan Pak?" tanya Diana saat lelaki yang hampir seumuran Mamanya masuk ke dalam toko melihat-lihat beberapa kue.

Lelaki itu mengangguk. "Kalau mau pesan kue untuk anniversary wedding bisa?" tanyanya.

Diana mengangguk dan tersenyum. "Bisa Pak, bapak mau model seperti apa? Di sini kita bisa buat satu sampai empat tingkat, beragam warna dan beberapa patung wanita dan laki-laki yang kecil lucu it---"

"Oke tiga tingkat saja boleh dan saya minta warna putih dan hijau dengan tema berkebun bisa?"

Diana terdiam sebentar lalu mengambil kertas kecil. "Bisa Pak! Saya tulis yaa, kue anniversary wedding tema berkerbun dan berwarna putih, hijau?" Lelaki itu mengangguk membenarkan ucapan Diana.

"Atas nama siapa Pak? Oiya Bapak mau yang ada patung wanita da--"

"Matthew Belvanno. Boleh ada patung wanita dan laki-laki kalau bisa anak-anaknya juga boleh." ujarnya dengan terkekeh.

Karena DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang