[16+]
Wanita periang yang tak kenal lelah dan menjadi tulang punggung keluarga di pertemukan dengan seorang pria yang bisa merubah hidupnya dengan sedikit masalah-masalah yang harus Ia hadapi.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk baca! Jangan lupa di vo...
"Makanya orangtua bangunin itu langsung bangun! Jadi telat kan!" teriak Mama Sinta dari dapur.
"Ngedumel aja ibu-ibu." gumam Diana dengan terburu-buru memakai pakaian.
Sekarang sudah jam delapan lewat tiga puluh dan itu sudah menjelaskan kalau Diana telat untuk bekerja, seharusnya dia sudah sampai di toko jam delapan karena Keke izin untuk masuk siang, jadi dia harus menemani Ibu Kikan yang sendiri di toko.
"Abis deh nih aku sama Ibu." gumamnya lagi lalu berjalan ke luar rumahnya.
"Nana berangkat! Assalamualaikum Ma!" teriak Diana dari luar dan langsung mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang.
Membutuhkan waktu sepuluh menit untuk Diana sampai ke toko kue dengan mengayuh sepedanya. Jika dia memakai motor, lima menitpun akan sampai.
"Aku kerja dulu yaa!" gumam Diana dengan memarkirkan sepedanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Diana berjalan dengan pelan membuka toko kue yang sudah ada beberapa pengunjung sedang duduk di meja dan memakan sarapannya.
Pintu terbuka diikuti dengan bunyi lonceng, Ibu Kikan langsung melihat ke depan dan ternyata orang yang di tunggunya baru saja datang.
Ibu Kikan melototkan matanya dengan berkacak pinggang. "Kebiasaan!"
Diana terkekeh dan tersenyum manis, berjalan ke arah Bu Kikan dan mencium tangannya. "Maafin Nana Bu, tadi macet banget." bohongnya.
"Jangan bohong! Kamu naik sepeda dan selalu lewat belakang, bukan jalan raya!"
"Maafin Nana Bu, kesiangan bangun, Mama udah marahin Nana kok, Ibu jangan ikutan marahin juga ya." ujarnya dengan memohon.
Bu Kikan menghela napasnya pasrah dan mengangguk. "Untung aja keponakan sendiri, udah sana ganti baju kamu!"
Diana mengangguk dan mencium pipi Bu Kikan. "Makasih Bu." ucapnya lalu masuk ke dalam.
Ia mengganti bajunya dan memakai apron, keluar dan berdiri di belakang mesin uang. Berdiri di belakang kasir itu menyenangkan, selalu mendapatkan uang tips dari pengunjung. Dan itu bisa aku tabung untuk membenarkan si ganteng-mobilku!
Suara lonceng berbunyi dan membuat Diana tersentak, melihat siapa yang datang itu Diana terdiam. Oh God. Dia?
"Hai." sapa seseorang yang sudah berada di depan Diana.
Diana tersenyum kikuk. "Hai." jawabnya. Aku harus apa!
"Mau pesan apa?" tanya Diana.
Orang itu menggeleng dan tersenyum. "Aku mau bicara sama kamu bisa?"
"Maaf, aku lagi kerja. Belum ada orang yang buat gantiin aku di kasir."
"Aku tunggu, boleh?"
Diana mengangguk terpaksa. "Boleh aja kalau kamu nggak sibuk." jawabnya.
Orang itu memesan kopi dan roti untuk menemaninya menunggu Diana yang sedang bekerja, Diana juga bingung maksud tujuan Dia datang itu untuk apa, kalaupun tidak penting dia tidak mungkin menunggunya sampai siang.
Diana melanjutkan pekerjaannya kembali walaupun dia sedikit salah tingkah karena sedari tadi orang itu selalu melihat ke arahnya. Gimana mau fokus kerja kalau di liatin gini sih!
"Jadi kamu mau bicara apa?" tanya Diana dengan membenarkan duduknya, Keke sudah datang dan Diana bisa menemui seseorang yang sedari tadi menunggunya.
"Kamu apa kabar Na?"
Diana tersenyum. "Aku baik, bahkan sangat baik. Kamu sendiri Ga?"
"Aku juga baik saat ini." jawab lelaki yang bernama Erlangga itu.
"Maafin aku ya?"
Diana mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Maaf kenapa Ga?"
Pria itu menggenggam tangan Diana, Diana sempat tersentak namun dia menormalkan kembali gerak tubuhnya. Gila ya! Kirain kesetrum!
"Salah nggak sih kalau kita bisa berteman baik lagi? Aku dulu sangat bodoh, pergi tanpa kasih kabar ke kamu."
Diana terkekeh dan melepaskan genggamannya. "Ya bolehlah berteman kan sama siapa aja." jawabnya.
"Nana!" panggil Bu Kikan.
"Sebentar ya." ujar Diana ke pria itu lalu berjalan menghampiri tantenya itu.
"Suruh dia pulang! Lanjut kerja!"
"Bu, dia cuma ajak ngobrol doang kok, nggak ada maksud apa-apa." ujar Diana yakin.
Bu Kikan menggeleng. "Suruh dia pulang atau Ibu yang usir dia Na?"
Diana menghela napasnya dan mengangguk, menghampiri lelaki itu. "Gaga, maaf ya aku harus lanjut kerja lagi, next time kita ngobrol lagi." ujarnya.
Pria yang di panggil Gaga itu tersenyum dan mengangguk. "Iya gapapa, maaf ya aku ganggu. Aku balik dulu, besok aku ke sini lagi."
Bu Kikan tahu semuanya hubungan tentang Diana dan Erlangga, dua tahun yang lalu pria itu meninggalkan keponakan tersayangnya dan membuat Diana terpuruk, Bu Kikanlah yang selalu melihat Diana yang selalu menyendiri saat itu, wajahnya yang riang dan ceria berubah jika dia sedang sendiri dan memikirkan pria itu.
Dan sekarang pria itu kembali, Bu Kikan tidak akan pernah mengizinkan dirinya mendekati keponakannya itu lagi, cukup sekali dan tidak ada kesempatan kedua.
Walaupun sekarang Diana sudah tidak merasakan perasaan apapun ke pria itu. Diana juga sudah berjanji tidak akan memberikan kesempatan kedua untuk pria itu. Itu janjinya.
"Lanjut kerja! Ngapain bengong aja?"
Diana tersentak. "Ibu ih galak banget sih." gumamnya lalu berjalan memasuki dapur.
"Kenapa lo cemberut gitu? Nggak ada cakep-cakepnya."
Diana berdecak saat mendengar ucapan Keke. "Bawel." gumamnya lalu mengambil apronnya dan berjalan keluar.
"Awas don. Aku sekarang di sini." ujar Diana mengusir Doni lalu berdiri kembali di belakang mesin uangnya.
Di sisi lain, Keyro atau bapak CEO sedang berada di ruang rapatnya, sedang memaki para bawahannya karena kinerja mereka yang tidak stabil.
"Saya nggak mau mendengar dan melihat kesalahan kalian lagi nanti! Kalau kesalahan ini masih terulang saya tidak akan segan-segan memberikan surat pengeluaran diri kalian dari tangan saya sendiri."
"Rapat selesai." ujar Keyro lalu keluar dari ruangan rapat dan berjalan ke arah ruangannya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa dengan memejamkan matanya.
Pintu terbuka, Keyro sudah tahu siapa yang datang dan masuk tanpa mengetuk pintu.
"Lo gila kak? Kesalahan mereka itu nggak besar!"
"Gue males berdebat sama lo, mending keluar."
"Nggak! Selama gue magang di sini dan sekretaris lo masih ngurusin anaknya gue berhak ngatur perusahaan ini juga!"
Keyro terkekeh. "Sanggup? Jangan sok bisa."
Keyza memutar bola matanya. "Gue bilang Papa lo berlebihan ngurusin bawahan lo!"
"Silahkan putri kecil, saya tidak takut."
Keyza memberikan jari tengahnya. "Fu*k you!" ujarnya lalu berjalan keluar.
"Astaga. Gue butuh penyemangat!" gumam Keyro dengan mengusapkan mukanya dengan kasar lalu berjalan kembali ke bangku dan meja kebesarannya.