Keyro baru saja menuntaskan solat Subuhnya, dan segera memakai pakaian yang sudah di siapkan oleh Mama tercintanya. Hari ini dia ada meeting yang penting di perusahaannya yang bekerja sama dengan perusahaan sepupunya dari luar negri.
"Kalau Mama pakein dasi tuh makanya liatin, dari dulu nggak pernah bisa." cecar Mama Keyla dengan memakaikan dasi di leher Keyro.
Keyro sangat susah jika disuruh untuk belajar memakai dasi, dia berpikir untuk apa belajar memakai dasi kalau nanti Istrinya yang akan memakaikan dasi untuknya.
"Kalau Mama nggak ikhlas pakein aku dasi mending nggak usah Ma." ujar Keyro.
Mama Keyla terkekeh dan menepuk pipinya pelan. "Baper banget sih kamu, udah sana, Keyza lagi sarapan di bawah nunggu kamu."
Keyro mengangguk dan berjalan keluar kamar menuruni anak tangga bersamaan dengan Mamanya. Dia berjalan ke arah dapur sedangkan Mama Keyla masuk ke dalam kamarnya.
"Bang Rano sama sekretarisnya juga nggak kak?" tanya Keyza saat melihat Kakaknya tiba di meja makan.
Keyro menggeleng dan menghendikan bahunya. "Nggak tahu, lagi kenapa harus di kantor sih? Bukannya di rumah aja. Gue males banget kan kalo pagi begini harus ke kantor." ujar Keyro dengan mengambil roti isi selai yang sudah di siapkan Mamanya.
"Tampol noh Abang lo jangan gue, gue udah bilang di sini aja atau ngga di rumah aunty Maura tapi dia nggak mau." jelas Keyza.
"Gue juga males sama sekretarisnya yang baru itu, kenapa nggak Kak Sarah aja sih?" katanya lagi.
"Kok lo ngomel-ngomelnya sama gue sih? Kak Sarah lagi hamil gede ya kali tetep kerja, gue juga nggak bakalan izinin Istri gue kerja kalo kayak gitu."
Keyza menyipitkan matanya dan tersenyum jahil ke arah Keyro. "Kayak udah ada calonnya aja ngomong begitu." Keyro memutar bola matanya dan melanjutkan makannya.
Setelah mereka berdua siap dengan keperluan mereka masing-masing Keyro dan Keyza berjalan ke arah garasi dan masuk ke dalam mobil, tak lupa sebelum keluar rumah mereka mencium tangan Mamanya dan mengucapkan salam.
Adik dan kakak yang umurnya terpaut empat tahun ini terkadang saling menyayangi, terkadang juga seperti kucing dan anjing yang selalu bertengkar membuat kedua orangtuanya pusing mendengar suara teriakan putrinya dan melihat kejahilan putranya.
Di dalam perjalanan Keyro tersenyum sendiri saat melewati toko kue yang pegawainya membuat Keyro tersenyum geli di dalam hati saat melihat tingkah laku wanita itu. Dan sampai saat ini sepeda hitam milik Diana belum Keyro temukan. Namun dia akan terus mencoba mencarinya sendiri walaupun dia tidak tahu persis seperti apa sepeda itu.
"Lo gila ya? Senyum-senyum sendiri." ujar Keyza tiba-tiba.
Keyro menggeleng. "Enggak." jawabnya lalu momfokuskan dirinya lagi ke depan.
"Gila." gumam Keyza dan kembali melihat ponselnya.
▪¤▪
"Bisa di lanjutkan kembali minggu depan yang akan datang setelah melihat hasil yang seharusnya kita sepakati, namun jika hasil yang kita pilih tidak sampai dengan apa yang kita inginkan, perusahaan kami tidak akan melanjutkan kerja sama dengan perusahan Bapak. Bagaimana?"
"Baik. Saya akan usahakan untuk mendapatkan hasil yang kita sama-sama inginkan."
Keyro mengangguk. "Oke. Rapat selesai." ujarnya lalu berjabat tangan dengan kedua orang yang berada di hadapannya.
"Gila lo ye! Tinggal bicarain di rumah aja kenapa harus di kantor sih Bang?" cecar Keyro dengan meninju pelan bahu pria yang ada di hadapannya ini.
Pria itu melihat ke sekretarisnya. "Luna, kamu bisa istirahat dulu sebentar di luar, saya ingin bicara dengan Pak Keyro. Setelah itu kita kembali ke kantor." ujar Pria itu lalu diangguki oleh sekretarisnya dan wanita itu keluar dari ruangan rapat ini.
"Bini gue nggak mau kalo gue bawa Luna ke rumah lo! Katanya masalah pekerjaan di kantor bukan di rumah. Itu mah malah silahturahmi sama keluarga, emang Luna itu Istri kamu?" ucap pria itu dengan menirukan suara istrinya.
Keyro dan Keyza terbahak. "Ya lagi siapa suruh Bang Rano ambil sekretaris macem dia, kaya nggak ada cewek lain aja." ujar Keyza dengan tertawa.
"Anak udah mau tiga masih aja cemburuan si Kak Sarah." gumam Keyro dengan terkekeh.
Pria yang di panggil Bang Rano itu menggeleng dan menyandarkan tubuhnya di bangku. "Puyeng dah ah gue. Mana dia minta lahiran di sini, terus kerjaan gue di New York gimana?"
Keyro tertawa. "Ya bawahan lo yang handle-lah bang. Mungkin mau kesan yang berbeda, anak ketiganya lahir di Indonesia."
"Lagi banyak banget kesalahan Kak di sana, gue harus turun tangan biar cepet selesai." jelasnya.
"Yaudah ah gue balik dulu ke kantor. Lima hari lagi gue balik ke NY usahain ke rumah ya nanti." ucapnya lagi seraya bangun dari duduknya.
Keyro dan Keyza mengangguk. "Hati-hati Bang." ucapnya dengan bersamaan, Rano mengangguk lalu berjalan keluar ruangan.
"Kak, lo mau balik dulu apa gimana?" tanya Keyza.
"Nggak ada jadwal lagi?"
Keyza menggeleng. "Nanti jam dua siang ada rapat sekalian makan siang."
"Yaudah gue balik dulu, lo ikut?" tanya Keyro.
"Kertas-kertas sialan menumpuk di meja gue, harus gue data." jawabnya.
Keyro tertawa dan berdiri. "Yaudah gue balik, kalo mau makan minta aja sama mang Dul."
Keyza mengangguk dan membukakan pintu untuk atasannya itu. Lalu mengikutinya di belakang, Keyza berbelok ke arah ruangannya sedangkan Keyro memasuki lift.
Apa kabar wanita itu? Batin Keyro di dalam hati, dia berjalan menuju parkiran dan memasuki mobilnya lalu melajukan mobil itu dengan kecepatan normal menuju ke toko kue.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Kayro sudah memarkirkan mobilnya di samping vespa miliknya yang baru dia beli itu. Belom pernah gue ajak jalan nih motor.
Sebenarnya vespa ini adalah milik Keyro, dia baru membelinya sekitar dua minggu yang lalu, dia membeli vespa berwarna biru itu karena mengikuti acara pelelangan barang.
Dia berjalan memasuki toko, lonceng berbunyi, dia melihat lelaki di balik mesin uang itu bukan wanita yang dia cari. Ke mana dia?
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Doni dengan tersenyum ramah.
"Di mana Diana?" tanyanya To The Point.
"Diana sedang ada di dapur bantu Ibu Kikan membungkus pesanan kue."
Keyro mengangguk. "Saya pesan roti rasa kelapa dan keju. Dan satu kopi."
Doni mengangguk dan menyentuh layar monitor. "Bayar sekarang Pak?" tanya Doni yang di jawab anggukan oleh Keyro. Doni menghitung semua pesanan lelaki yang ada di hadapannya. "Semuanya lima puluh ribu Pak."
Keyro mengambil uang pas lalu memberikan ke pria tersebut. "Terimakasih. Nanti saya antarkan pesanannya Pak."
Keyro mengangguk lalu berjalan ke arah tempat duduk yang memudahkan dia untuk melihat kasir dan seisinya, dia menunggu Diana untuk keluar dari dapur.
Kenapa aku jadi menunggu dia seperti ini?
press!☆☆☆
![](https://img.wattpad.com/cover/119213288-288-k205377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Diana
Romance[16+] Wanita periang yang tak kenal lelah dan menjadi tulang punggung keluarga di pertemukan dengan seorang pria yang bisa merubah hidupnya dengan sedikit masalah-masalah yang harus Ia hadapi. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca! Jangan lupa di vo...