Suara langkah kaki menggema dilorong itu. Sebuah ruang bawah tanah yang hanya diterangi lampu kuning disetiap jalannya. Orang itu melangkah sambil membawa nampan dengan piring dan gelas yang terisi.
Langkahnya diiringi dengan siulan merdu dari bibirnya. Hingga langkahnya terhenti didepan sebuah pintu. Dia menaruh nampan itu diatas lantai yang dingin. Tangannya mencari suatu benda dibalik kantung celananya.
Sebuah kunci yang kemudian dia masukkan ke dalam lubang engsel pintu. Memutar kuncinya secara perlahan.
Dia kembali mengambil nampan berisi makanan dibawah kakinya. Satu tangannya membuka pintunya perlahan. Gelap dan sunyi. Dengan satu tangannya dia menekan saklar lampu sehingga ruangan itu terlihat terang hingga kesudutnya.
Senyumnya merekah ketika matanya melihat seseorang dibalik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Waktunya makan siang, sayang." Ucapnya.
Orang itu menaruh nampan makanan dimeja laci, membuka selimutnya perlahan yang menutupi tubuh dibaliknya. Senyum merekahnya lenyap ketika yang ia temukan hanya sebuah bantal dibaliknya.
Tukk!!
Orang itu mengerang ketika merasakan sakit diarea punggungnya. Dia terjatuh ditempat tidur sambil menyentuh punggungnya. Matanya melihat seorang gadis dengan 'Dress' putih pendek berlari keluar kamar ini.
"Gadis sialan!!"
Gadis itu pikir, aku akan pingsan dengan pukulan dari sebuah gagang sapu, rutuk orang itu dalam hati.
Dengan tertatih orang itu mencoba berlari mengejar gadis itu. Lorong yang sunyi membuat langkah lari mereka menggema keras seperti detak jantung.
Hingga gadis itu merasa putus asa ketika ia berlari yang ditemukannya hanya lorong buntu. Menengok ke belakang, laki-laki itu sudah ada dibelakangnya. Menatapnya dengan senyum sinis.
"Dimana jalan keluarnya?!!" Frustasi gadis itu, berteriak sambil terisak.
"Kau pikir mau kemana, hah?"
"Pasti ada jalan rahasia disini." Ucap gadis itu. Dia memukul keras dinding lorong itu tidak tentu arah, membuat kedua tangannya memerah karna ulahnya sendiri.
Laki-laki yang melihatnya melakukan itu langsung menghampirinya, menariknya menjauh dari dinding lorong agar berhenti dengan perbuatannya. Laki-laki itu memegang kedua tangan gadis itu dari belakang agar berhenti memberontak.
"Diam! Diam! Ibuku tidak akan suka melihatmu seperti ini, sayang." Ucap orang itu sambil menatap kasihan pada gadis itu yang masih berontak.
"Ibumu sudah membusuk dineraka!!" Teriak gadis itu.
"ALEXANDRA!" Bentak orang itu.
Orang itu langsung mengambil sebuah suntikan yang sudah terisi cairan dari saku celananya. Dia langsung mengarahkan jarum itu ke tangan gadis itu yang masih berontak. Melihat itu, Alexa berteriak. Seakan meminta tolong pada seseorang yang mendengarnya.
"Aku- aku, membencimu, Maxel." Ucap Alexa terakhir sebelum dia melemah dan menutup kedua matanya.
Melihat Alexa yang sudah melemah, Maxel langsung memeluk tubuh Alexa. Menggendongnya menuju kamarnya kembali.
"Aku mencintaimu juga, Alexa." Ucapnya sambil mencium kening Alexa yang tertidur dipelukannya, sambil menyusuri panjangnya lorong yang sunyi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAXEL
Mystery / ThrillerAlexandra dan keluarganya pergi ke desa terpencil New Orleans dengan rumah barunya. Disana Alexandra mencoba beradaptasi dengan rumah barunya, sekolah, dan lingkungannya. Berawal saat ibunya menyuruhnya untuk memberikan kue sebagai 'Salam Tetangga'...