| 17. Run Away |

10.8K 975 105
                                    

"No! No!! No!!! Tolong!!!" teriak Kate yang ketakutan. Dia memberontak, menggoyangkan tubuhnya agar mengganggu konsentrasi Maxel.

"Diam!!" bentak Maxel.

"Alexa!! Tolong aku! Tolong aku, Please!!" teriak Kate yang membuat Maxel marah.

"Beraninya kau menyebut namanya!!" marah Maxel.

Maxel tertawa sinis, "Bisa-bisanya kau menyebut namanya?! Setelah apa yang kau lakukan dibelakangnya!!"

"Jangan ganggu Alexa! Apa yang kau lakukan padanya?!" ucap Kate sambil menatap tajam Maxel.

"Apa pedulimu? Memangnya aku tidak tahu apa yang kau lakukan dibelakangnya?! Kau pikir siapa yang membuat Alexa dijauhi oleh teman-temannya? Kau sendiri, jalang!!" Kata Maxel sambil merenggut rambut Kate hingga perempuan itu meringis.

Alexa yang mendengar itu terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Kate, temannya sendiri melakukan hal itu padanya. Pikirannya bertanya-tanya, apakah ia pernah berbuat salah pada Kate? Jujur saja, ia merasa sedih mendengar hal itu. Ia pikir, Kate adalah temannya yang baik.

Maxel mengambil kain penutup mulut Kate yang ia buang tadi. Ia menutup kembali mulut Kate itu karna sangat mengganggu pendengarannya. Kate yang melihat Maxel kembali mengambil Tang-nya hanya bisa menangis histeris. Ia langsung mengepalkan tangannya agar kuku-kukunya tidak diambil oleh Maxel.

"Sial! Jangan kepalkan tanganmu!! atau matamu yang terlebih dahulu aku ambil?!" marah Maxel, Kate hanya terus menangis, sambil menutup matanya.

Sedangkan dibalik tumpukan barang ruangan itu, Alexa hanya bisa menahan isakannya. Dia seakan bisa merasakan ketakutan yang dirasakan oleh Kate. Alexa tidak bisa berbuat apapun. Ia juga terkejut melihat sisi Maxel yang bisa sekejam ini. Yang ia lihat sekarang, bukan Maxel temannya yang suka bermain dengannya ketika pulang sekolah dulu.

Apalagi ia hampir tidak menahan suara yang akan keluar dari mulutnya ketika melihat Maxel memaksakan mata Kate untuk terbuka dengan tangannya.

BRAKK

Pintu terbuka dengan keras. Kate dan Maxel langsung melihat Elena yang nafasnya menderu keras dengan wajah yang merah didepan pintu.

"Alexa tidak ada dikamarnya!" kata Elena dengan satu tarikan nafasnya.

"Sial!!" umpat Maxel yang langsung berlari keluar ruangan diikuti Elena.

()()()()()

Elena dan Maxel pergi meninggalkan ruangan itu. Alexa yang melihat itu, langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Ia langsung menghampiri Kate dan membantunya melepas seluruh ikatan pada tubuh Kate dan ikatan kain yang berada dimulut Kate.

Yang paling susah adalah ikatan pada bagian leher Kate. Ikatan itu berupa rantai yang membelit leher Kate sehingga Kate tidak bisa bergerak bebas.

"Kunci!! Kunci itu!" Tunjuk Kate pada benda yang masih bergelantung dipintu ruangan depan.

Alexa langsung berlari mengambil kunci disana dan mencabutnya dari pintu itu. Ia berlari menghampiri Kate. Tetapi dia mengalami kesulitan membukanya karna terdapat banyak kunci dalam satu ikatan hingga membuat Alexa harus mencobanya satu persatu kunci itu.

"Apa bisa?" tanya Kate.

"Kuncinya terlalu banyak. Aku sedang mencobanya satu persatu." kata Alexa terburu-buru mencoba satu persatu kunci tersebut.

"Kenapa kau bisa disini, Alexa?" tanya Kate lagi.

"Ceritanya panjang. Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu. Kenapa kau bisa disini?"

"Entahlah. Aku juga tidak tahu apa yang diinginkan oleh pria sialan itu! Terakhir aku habis pergi ke salon dan ketika aku ingin kembali ke mobilku yang berada diBasement seseorang memukulku hingga pingsan. And Finally, aku ada disini sekarang." kata Kate bercerita.

Alexa bernafas lega ketika ia menemukan kuncinya dan dapat membuka rantai yang mengikat leher Kate. Ia melepaskan rantai itu dan dapat melihat warna biru dileher mulus Kate. Kate meringis ketika dengan pelan Alexa membuka rantai itu.

"Aww.. Rasanya sakit sekali. Leherku terasa kaku." keluh Kate.

"Ayo! Kita harus segera pergi!" seru Alexa yang langsung membantu Kate berdiri.

Karna terlalu lama kakinya terikat, membuat Kate susah untuk berjalan. Alexa berusaha membantu Kate berjalan meskipun tertatih.

"Alexa, terima kasih. Aku ingin meminta maaf padamu, aku memang ja-,"

"Aku akan memaafkanmu jika kita bisa keluar dari tempat ini, okay?" Potong Alexa yang dijawab senyuman oleh Kate.

Mereka berusaha berjalan cepat melewati lorong yang gelap itu. Maxel mungkin sedang mencarinya, dan ia tidak ingin tertangkap olehnya. Alexa takut berada dekat dengan Maxel dan ibunya, mereka seperti orang asing. Bukan tetangganya yang baik dan ramah seperti yang selama ini ia kenal. Terlalu banyak topeng dikeluarga ini.

Mereka akhirnya menemukan tangga menuju keatas, keluar dari lorong ini. Dengan susah payah Alexa membantu Kate manaiki satu persatu anak tangga itu.

"Ayo, cepat!" kata Alexa ketika ia mendengar seseorang ingin memasuki gudang.

Dengan cepat Alexa membantu Kate keluar dari ruang bawah tanah itu. Alexa langsung mencari tempat untuk bersembunyi. Dengan sengaja ia mendorong Kate dan dirinya dibalik mesin cuci yang usang. Kate menutup mulutnya menahan sakit pada kakinya.

Alexa mengintip dibalik mesin cuci tua itu. Ia melihat Maxel datang membuka pintu gudang dan berjalan cepat ke arah ruang bawah tanah.

"Kate, aku ingin kamu menahan sakitnya untuk saat ini saja. Kita harus segera pergi sebelum mereka menemukan kita. Aku ingin kita berlari secepatnya, okay?" kata Alexa yang dibalas anggukkan oleh Kate.

Mereka langsung berdiri dan segera berlari keluar dari gudang itu. Alexa dan Kate langsung segera mencari jalan keluar dari rumah ini.

"What The Hell?!" maki Kate ketika mereka menemukan anak tangga lagi menuju lantai satu.

"Itu pintu keluarnya!" seru Alexa ketika ia melihat pintu keluar dari lantai dua. Mereka harus melewati anak tangga terlebih dahulu untuk mencapai pintu keluar itu.

"Ayo cepat! Aku bantu lagi untuk menuruni tangga ini." ucap Alexa lagi.

Alexa mengambil lengan Kate dan menaruhnya dibahu Alexa. Ia mulai menuruni anak tangga pertama dengan kaki Kate yang tertatih. Alexa dengan nafas yang memburu dan Kate yang meringis karna kakinya yang sangat sakit tidak sanggup berjalan.

"ALEXA!!" teriak seseorang dibelakang mereka.

Alexa dan Kete menengok ke arah belakang mereka dan menemukan Maxel dengan nafas yang memburu dan juga wajahnya yang merah. Panik, Alexa dan Kate dengan cepat menuruni tangga itu hingga mereka kehilangan keseimbangan dan jatuh terguling dari anak tangga itu.

MAXELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang