| 2. Mengantar Kue |

14K 1.5K 30
                                    

Alexa menuruni tangga rumahnya. Ia mencium bau harum dikamarnya, membuat Alexa yang tadinya bermalasan dikamar langsung turun menghampiri bau harum yang ia cium.

Alexa menghampiri ibunya yang sedang mengambil loyang kue dari 'Microwave' dengan sarung tangan tebalnya. Ibunya memang sangat pandai dalam memasak kue.

"Mom! Aku mau!" Seru Alexa yang langsung menghampiri loyang kue yang masih berasap itu. Ibunya tersenyum ketika melihat Alexa datang menghampirinya.

"Nanti, masih panas." Ucap ibu Alexa.

"Apa ini 'Muffin'?" Tanya Alexa yang melihat ibunya mengeluarkan kue mungil satu persatu dari loyang.

"Yes!" Jawab ibu Alexa yang masih sibuk dengan hasil karyanya. Sedangkan Alexa mengambil kecil kue-kue itu dan memasukkannnya kedalam mulutnya.

"Ini lezat."

"Sudah ibu bilang ini masih panas!!" Panik ibu Alexa yang Muffinnya jadi tidak beraturan.

"Nanti antarkan sebagian kue ini ke rumah sebelah, Okay?" Ucap ibu Alexa lagi.

"Rumah sebelah?" Alexa mengernyitkan dahinya.

"Tetangga baru kita. Ibu mengenalnya saat pergi ke 'Market'. Dia menolong ibu yang kesusahan membawa kantong belanja kemarin pagi dan ternyata dia tinggal disebelah rumah kita." Kata ibu Alexa yang semangat menceritakannya.

"Oh, Okay. Baiklah."

()()()()()

Sehabis mandi Alexa langsung pergi kerumah tetangga sebelahnya. Sambil memegang kotak berwarna merah muda dengan diikat oleh pita berisi macam-macam rasa 'Muffin' kecil ibunya, Alexa melangkah ke rumah tetangganya itu.

Membuka pagar kecil berwarna putih, rumah tetangganya ini terbilang tertutup untuk siang hari. Semua jendela disetiap rumah tertutup dengan kain berwarna putih.

Saat didepan pintu, Alexa mengetuk pintu itu hingga beberapa kali. Tapi seseorang belum juga ada yang membukakan pintu tersebut.

"Permi-,"

Ucapan Alexa berhenti ketika pintu didepannya dibuka secara perlahan. Seorang wanita paruhbaya yang terlihat masih muda dan cantik melirik ragu pada Alexa dibalik pintu.

"Siapa?" Tanya wanita itu. Alexa tersenyum ramah lawan bicaranya.

"Aku Alexa. Aku tinggal disebelah rumahmu. Aku anaknya Mrs. Lory." Ucap Alexa memperkenalkan.

Mendengar hal itu, beliau keluar dari pintu rumahnya dan memperlihatkan dirinya. Wanita itu memakai rok panjang dengan rambut pendek pirangnya. Tidak terlihat sama sekali kerutan diwajahnya.

"Oh, ya! Aku mengenal Mrs. Lory. Ada keperluan apa?" Senyum wanita itu.

"Ibuku membuat kue dan ingin memberikannya padamu." Ucap Alexa sambil memberikan sebuah kotak yang dia pegang dari tadi.

"Oh! Terima kasih. Sampaikan terima kasihku pada Mrs. Lory. Namaku Elena, kau ingin masuk..,"

Alexa tidak mendengar perkataan Mrs. Elena selanjutnya ketika matanya melihat ke arah belakangnya. Seseorang bersembunyi dibalik punggung Mrs. Elena.

Elena menatap Alexa yang sepertinya melihat ke arah lain. Dia mengikuti arah mata Alexa yang berada dibelakangnya. Elena terkejut ketika melihat seseorang dibelakangnya.

"Hei! Kau sudah bangun sayang." Sapa Elena pada seseorang didalam sana.

Kurangnya pencahayaan didalam rumah Mrs. Elena, membuat Alexa sulit melihat sosok disana. Hingga Mrs. Elena membuka pintunya lebar dan sosok itu keluar dari tempat sembunyinya.

Seorang laki-laki bermata tajam dengan kursi rodanya melihat Alexa dengan tatapan menyelidik.

"Alexa. Kenalkan dia anakku, Maxel." Ucap Mrs. Elena memperkenalkan anaknya.

"H-hai! Maxel." Sapa Alexa dengan senyum yang kaku, sedangkan yang disapa tidak membalasnya hanya menatap Alexa sinis membuat Alexa bingung dan kikuk.

"Dia memang seperti itu pada orang asing yang baru dikenalnya, maaf ya Alexa." Kata Mrs, Elena yang mengetahui situasi.

"Tidak apa-apa." Alexa tersenyum maklum, "kalau begitu saya pergi dulu, Mrs. Elena."

"Baiklah, sekali lagi terima kasih."

Alexa pamit dari rumah Mrs. Elena. Sesekali dia menengok kebelakang, pintu rumah Mrs. Elena yang sudah tertutup rapat.

Mata Alexa melihat jendela samping pintu itu. Dia melihat Maxel duduk dikursi rodanya menatap tajam padanya, membuat Alexa merasa terintimidasi. Dengan perasaan takut, Alexa terburu-buru keluar dari halaman rumah tetangganya itu.

()()()()()

Alexa membawa begitu banyak 'PaperBag' ditangannya, membuat dia kesusahan membawanya. Bahkan untuk melihat kedepan saja ia merasa kesulitan karna tertutup banyak 'PaperBag'.

Hari ini ibunya menyuruhnya belanja ke 'Market'. Beliau harus pergi ke rumah nenek Alexa, yang menerima telepon tadi pagi bahwa neneknya sedang sakit.

"Oh, beratnya." Keluh Alexa yang keberatan membawanya. "Sedikit lagi, sedikit lagi." Gumamnya yang melihat jarak rumahnya semakin dekat.

Rasanya dia ingin cepat-cepat sampai dirumah dan langsung berada didalam kasur kamarnya yang empuk.

Tapi tiba-tiba kakinya tersandung batu besar yang berada didepannya. Membuatnya jatuh dengan posisi tengkurap serta barang belanjaannya yang berantakan.

"Oh! Sial!" Ringis Alexa.

Alexa bangun dari jatuhnya dan melihat barangnya yang berantakan. Dia meringis merasakan lututnya yang begitu perih.

"Oh, tidak! Berdarah!" Panik Alexa.

Dia mencoba bangun dan mengumpulkan belanjaannya yang berantakan. Satu-persatu barang ia ambil dan dimasukkannya kembali kedalam kantong coklatnya.

Sampai mata Alexa tertunduk melihat sebuah benda dengan roda yang besar. Alexa mengangkat kepalanya melihat benda itu.

Alexa terkejut ketika yang ia lihat seseorang yang duduk dikursi roda menatapnya tanpa ekspresi. Dia adalah tetangganya sendiri, Maxel.

"Eh?! Hh-ai Maxel." Senyum Alexa kaku. "Kau sedang apa?"

Yang ditanya hanya diam dikursi rodanya sambil menatap Alexa tajam.

"Kau i-ingin kemana? Dimana ibumu? Kau tidak boleh sendirian keluar."

"Aku sudah besar. Aku bebas melakukan apapun. Apa kau kira aku anak kecil? Atau aku orang lemah karna berada dikursi roda?"

Alexa sedikit tekejut mendengar Maxel berbicara. Ia pikir, laki-laki itu bisu. Tapi sekali berbicara, laki-laki itu berkata sinis kepadanya.

"Bu-bukan maksudku seperti itu. Aku hanya-,"

"Sudahlah. Apa kau butuh bantuan?" Potong Maxel.

"Oh! Tidak perlu. Terima kasih." Ucap Alexa sambil tersenyum ramah.

Alexa segera mengambil sisa barangnya yang masih berserakkan. Setelah membereskan semuanya, ia bangkit dan menatap Maxel.

"Selesai! Kalau begitu sampai jumpa, Maxel." Senyum Alexa sambil berjalan tertatih kembali ke arah rumahnya.

"Tunggu!"

Alexa berhenti melangkah dan menengok kebelakang. Dia mengerutkan dahinya melihat Maxel yang berteriak menghentikan langkahnya.

"Aku belum berterima kasih untuk kue yang kau berikan kemarin. Ucapkan terima kasihku pada ibumu, rasanya enak. Aku suka." Kata Maxel. Mendengar itu pun Alexa tersenyum.

"Baiklah. Akan aku sampaikan."

Alexa kembali melanjutkan langkahnya menuju rumahnya. Tanpa ia ketahui Maxel menatapnya hingga pintu rumah Alexa tertutup rapat.

MAXELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang