"Alexa bisa tolong ambilkan Microphone dikelas? aku harus mengambil air mineral dikantor guru." kata teman Alexa yang datang menghampirinya.
"Oke."
"Didalam tasku ya! kursi paling belakang!"
Alexa langsung bergegas pergi ke kelasnya. Letak kelas Alexa berada diujung sekolah. Alexa mulai memasuki lorong panjang yang sepi dan gelap. Lampu disekitar belakang sekolah memang sengaja dimatikan, mungkin agar menghemat daya listrik yang sekarang terpakai dihalaman sekolah untuk acara Pentas Seni.
Alexa membuka pintu kelasnya. Dia langsung mencari tas temannya yang berada dikursi paling ujung dan belakang. Setelah menemukannya, Alexa langsung membukanya dan mencarinya.
Tiba-tiba telinga Alexa mendengar suara langkah kaki yang menggema. Dilihat sekelilingnya, suara itu berhenti. Ia juga melihat luar kelas melalui jendela,tapi sepi tidak ada apapun.
Melanjutkan kembali pencariannya, lagi-lagi dia mendengar suara itu. Membuat Alexa ingin cepat keluar dari kelas.
"Alexa."
Suara yang memanggilnya membuat dia teriak karna terkejut. Dia menyentuh dadanya untuk menormalkan detak jantungnya.
"Stev! kau membuatku terkejut." omel Alexa yang dibalas kekehan oleh Stev.
"Alexa, bagaimana jawabanmu? aku dari tadi menunggu. Aku tahu kau menghindariku." ucap langsung Stev. Alexa yang masih sibuk mencari Microphone akhirnya menemukannya, ditatapnya Stev.
"Maaf Stev, bukan maksudku menolakmu. Hanya saja, aku tidak ingin memiliki hubungan kecuali ikatan seorang teman." tutur Alexa lembut.
"Jadi maksudmu?" tanya Stev yang kurang puas.
"Aku tidak bisa jika kita berhubungan, tapi aku mau kalau kita berteman." ucap Alexa, "Kalau begitu aku harus pergi, Stev. Ingin mengantarkan Microphone ini." ucap Alexa lagi dan pergi meninggalkan Stev.
"Tapi aku tidak menerima penolakan Alexa!"
Alexa yang ingin melangkahkan kakinya keluar kelas berhenti ketika mendengar yang dikatakan Stev.
"Memangnya apa yang kurang denganku. Teman jalangmu saja bahkan ingin tidur denganku." geram Stev yang terusik egonya.
Alexa membalikkan tubuhnya menghadap Stev, "Kenapa kau jadi marah? dan soal temanku, aku tidak tahu siapa maksudmu, dan juga aku memang tidak mau ikut campur urusan orang lain."
BRAKK
Alexa terkejut ketika melihat pintu kelas yang tiba-tiba tertutup kencang. Dia menatap Stev yang langsung mendorong Alexa hingga terjatuh.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Alexa takut.
Stev menarik kasar baju Alexa yang terus memberontak ingin dilepaskan. Alexa mencoba lepas dari kurungan Stev hingga ikat rambutnya lepas dan membuat rambutnya berantakan.
Mendengar penolakan dan perbutan Alexa padanya, membuat Stev bertambah marah.
"Berhenti Stev! Aku mohon! Tolong!!" teriak Alexa sambil meronta dan menangis saat Melihat Stev ingin membuka kancing celana Jeans Alexa.
BRAKK
Tiba-tiba pintu kelas terbuka lebar. Seseorang langsung menerjang Stev. Alexa menangis, dia sangat ketakutan. Dilihatnya orang itu terus memukul Stev dengan kayu yang dibawanya.
"Berhenti!! Sudah berhenti!" teriak Alexa pada mereka yang terus bertengkar.
Alexa melihat Stev yang sudah berdarah dibagian kepalanya ketakutan. Stev akan kalah melawan orang itu. Alexa mengernyitkan dahinya, sepertinya dia ingat orang itu.
Lagi-lagi pria jaket hitam dan masker dokternya, batinnya.
Sekuat tenaga, Alexa bangkit dari duduknya meskipun kepalanya terasa sakit. Dia melangkah kearah dua orang yang berkelahi. Ditariknya pria berjaket hitam itu hingga Alexa dan pria itu terjatuh dan penutup kepala jaket pria itu terlepas.
Alexa terpaku melihatnya. Dia seperti pernah melihat orang itu. Sampai tiba-tiba Stev datang menerjang pria berjaket hitam itu, memukulnya hingga masker penutup wajahnya terbuka. Alexa tambah terkejut melihatnya.
Hidung pria berjaket hitam itu berdarah karna pukulan Stev yang keras. Menghapus darah yang menetes, dia langsung menatap Alexa yang terpaku melihatnya dengan wajah yang sangat takut dan terkejut.
Dia langsung berdiri dan kembali menerjang Stev, menghiraukan Alexa yang menangis menatapnya.
"Pergi Alexa!" teriak Pria berjaket hitam itu sambil kembali memukul Stev tanpa ampun.
"Aku bilang pergi Alexa!!" bentak Pria itu lagi ketika melihat Alexa hanya terdiam.
Membuat Alexa sadar dari diamnya dan segera lari keluar dari kelas. Ketika pria itu melihat Alexa yang lari dengan tertatih keluar dari kelas, dia langsung saja menancapkan pisau yang ia bawa disaku celananya pada jantung Stev.
()()()()()
Alexa berlari semampunya, kakinya sedikit sakit karna dorongan Stev. Dia tidak menyangka dengan seseorang yang dilihatnya, dia juga tidak mengira pada Stev yang dianggapnya sangat baik padanya. Alexa menangis sambil berlari tertatih. Dia kesal, marah, dan takut bercampur jadi satu.
"Alexa!"
Alexa terkejut ketika dia menabrak seseorang didepannya, yang ternyata Kate yang bingung melihat wajah Alexa yang penuh air mata serta rambut yang berantakan.
"Alexa! Kau kenapa?!" panik Kate, Alexa menggelengkan kepalanya.
"Bantu aku pergi dari sini, kumohon Kate!" kata Alexa yang masih menangis.
"Ayo kita istirahat dikelas."
"Jangan! Bawa aku keruang kesehatan, disana ada obat-obatan, kepalaku sangat pusing." sanggah langsung Alexa.
Kate langsung merangkul Alexa, membantunya berjalan menuju ruang kesehatan. Setibanya mereka disana Alexa langsung ditidurkan diatas matras, Kate mencari obat dikotak obat-obatan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Kate pada Alexa. Alexa diam tidak tahu harus bicara dari mana.
"Stev-, Stev dia ingin memperkosaku." ucap Alexa yang kembali menangis.
Kate terkejut mendengarnya. Merasa Alexa masih mengalami trauma, Kate langsung memeluk Alexa menenangkan.
"Tenang. Semua akan baik-baik saja. Minum obatnya agar kau kembali tenang." ucap Kate.
Tiba-tiba suara berisik terdengar diluar ruangan. Kate melepaskan pelukan pada Alexa dan membuka pintu. Mereka terkejut ketika melihat para polisi yang menjaga acara didepan sekolah banyak yang berlari diikuti para siswa dibelakangnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Kate menangkap pergelangan tangan salah satu siswa yang lewat.
"Entahlah. Banyak polisi yang tiba-tiba berlari ke arah sana, jadi kami langsung mengikutinya."
"Ada apa?" tanya Alexa yang bangun dari matrasnya.
"Tidak tahu, tapi ramai sekali. Kau tunggu disini, aku akan melihatnya." kata Kate.
"Tidak. Aku akan ikut." kata Alexa.
"Tapi-,"
"Aku sudah baik-baik saja." kata Alexa.
Akhirnya mereka pergi mengikuti arah para siswa yang berlari. Alexa bingung ketika mereka sampai didepan kelasnya yang ramai. Polisi menghalangi depan pintu kelasnya. Para siswa ada yang menangis dan menjerit ketakutan.
Penasaran, Alexa maju hingga para siswa bergeser membiarkan Alexa melihatnya. Betapa terkejutnya dia, hingga Alexa menutup mulut dengan tangannya menahan suara jeritan dari mulutnya.
Stev yang bergelantung dengan tali dilehernya, wajahnya yang penuh darah dan biru. Yang membuat para siswa takut adalah Stev tanpa bola mata dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAXEL
Mystery / ThrillerAlexandra dan keluarganya pergi ke desa terpencil New Orleans dengan rumah barunya. Disana Alexandra mencoba beradaptasi dengan rumah barunya, sekolah, dan lingkungannya. Berawal saat ibunya menyuruhnya untuk memberikan kue sebagai 'Salam Tetangga'...