Maxel berdiri didepan tempat tidur Alexa. Entah sudah berapa lama dia berdiri. Terus melihat Alexa yang tertidur pulas dengan selimut tebal yang menutupinya.
Ia menaiki tempat tidur itu dan masuk kedalam selimut tebal. Perlahan dia mencoba memeluk Alexa yang tertidur agar tidak terbangun. Menghirup rambut Alexa yang selalu wangi.
"Ayah." gumam Alexa dalam tidurnya, sesekali ia menangis kecil.
Maxel yang mendengar isakkan Alexa mengernyitkan dahinya bingung. Dilihatnya Alexa, ia mengusap kening Alexa agar kerutan pada keningnya menghilang.
"Mimpi buruk, Hmn?" bisik Maxel.
Maxel jadi teringat perkataan ibunya. Ia takut jika Alexa mengetahui berita itu, Alexa akan membencinya, lalu meninggalkannya lagi.
()()()()()
Elena memakan biskuit sambil menonton televisi yang menyiarkan sebuah berita. Pada berita itu menyiarkan tentang hilangnya banyak orang dalam satu pekan terakhir di New Orleans.
Hal itu dikaitkan tentang adanya pembunuhan berantai karna kasus terakhir ditemukannya dua mayat laki-laki disebuah gang sempit dengan perut yang tidak utuh dan goresan benda tajam disekitar leher.
"Lihat! Lihat! kau harus tahu ini! Beritanya sudah menyebar luas." kata Elena ketika melihat Maxel menuruni tangga. Dia berhenti tepat didepan televisi yang menyala.
"Sebaiknya kau jangan pergi keluar rumah sampai berita ini hilang."
Elena berdiri dari sofanya, "Aku harus pergi ke Market untuk membeli sayuran."
Ia berjalan ke kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya. Mengingat sesuatu dia berbalik pada anaknya.
"By The Way, kapan kau akan membuang wanita yang berada digudang itu? kerjaannya hanya menangis membuatku pusing."
Maxel menatap ibunya. Sibuk memikirkan wanitanya membuat ia lupa satu hal. Dia tersenyum kecil, sepertinya dia mempunyai mainan sambil menunggu berita itu hilang.
()()()()()
Alexa terbangun dari tidurnya. Melihat sekitar ruangannya yang sepi dan gelap. Bangun dari tidurnya, dia mengintip dibalik tirai jendela. Rumahnya sepi tapi masih terparkir mobil ayahnya didepan rumah.
Melihat sekitar ruang kamarnya, Alexa merasa ada yang aneh. Sepertinya kemarin dia masih melihat sebuah televisi tepat didepan tempat tidurnya. Benda itu sudah digantikan oleh lemari buku yang besar.
Alexa menuju ke arah pintu, ia terkejut ketika seseorang membuka pintunya. Maxel datang dengan membawa beberapa buku didalam kardus yang ia bawa, sedangkan Maxel terkejut ketika ia membuka pintu melihat Alexa tepat didepannya.
"Mau kemana kau?" tanya Maxel curiga pada Alexa.
"Ti-tidak kemana-mana." gugup Alexa. Ia langsung menyingkir didepan Maxel, membiarkan Maxel masuk kedalam membawa barang-barangnya.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Alexa.
"Letakkan buku yang ini disebelah kiri lemari buku!" Perintah Maxel sambil menyerahkan buku-buku ditangannya pada Alexa. Alexa langsung meletakkan buku-buku itu dengan rapih.
Setelah meletakkannya, Alexa melihat-lihat buku yang berada didalam kardus itu. Tidak hanya terdapat Novel, tapi juga terdapat komik, dan buku ilmu pengetahuan lainnya.
"Banyak sekali. Darimana kamu mendapatkannya?" tanya Alexa.
"Aku dapatkan dari sebuah Bazar Buku, sebagian aku temukan digudang."
Alexa hanya menganggukkan kepala mendengarnya. Dia mengambil salah satu buku didalam kardus itu, ia melihat sebuah kertas yang terlipat jatuh diantara lembaran bukunya.
Sebuah kertas bertuliskan 'Untuk anakku tersayang'. Alexa langsung mengambil kertas itu diam-diam, memasukkannya ke dalam kantong celananya dengan cepat.
"Mandilah! aku sudah meletakkan pakaianmu dilemari. Kau bisa melihatnya aku tidak terlalu tahu selera perempuan."
"Termasuk pakaian dalamku?!" sinis Alexa.
"Lihat saja." acuh Maxel, "Selagi kau mandi, aku akan mengambil sarapan dibawah." ucap Maxel lagi, dan meninggalkan kamar Alexa.
Sedangkan Alexa langsung menuju lemari pakaiannya. Ia menyembunyikan surat itu dibawah lipatan baju lemari.
()()()()()
Elena sedang menyapu halaman rumahnya sambil bersenandung kecil. Matanya melihat perempuan paruh baya yang berjalan melewati depan rumahnya, membawa kantung sayuran dikedua tangannya.
"Hai, Mrs. Lory!" sapa Elena.
Lory berhenti melangkah dan berhenti melihat Elena, "Oh, hai!"
"Habis berbelanja? apa yang kau beli? sepertinya banyak."
Lory melihat barang belanjaan yang ia bawa, "Aku ingin memasak untuk ayahnya Alexa, sup jagung yang juga makanan favorit Alexa." ucapnya sambil tersenyum, tapi dengan cepat raut wajahnya berubah muram. Ia jadi merindukan anaknya itu.
Melihat itu, Elena mengerti bagaimana perasaan Lory.
"Oh, aku minta maaf. Aku- aku baru mengetahui berita itu. Aku turut berduka." ucap Elena sambil mengusap bahu Lory menenangkan.
"Tidak perlu meminta maaf. Aku dan keluarga masih sangat terpukul dengan kejadian ini. Anak kami satu-satunya-..."
Elena langsung memeluk Lory ketika melihat kedua matanya ingin mengeluarkan air mata. Mata Elena menangkap Maxel yang berdiri didepan jendela sambil menatapnya datar.
()()()()()
Alexa diam menatap pintu kamarnya. Sebuah keajaiban ketika ia mencoba membuka pintunya, dan pintu tersebut terbuka. Apakah Maxel lupa mengunci pintunya kembali.
Jantung Alexa berdetak kencang. Ia takut keluar dari kamar yang ia tempati sekarang. Tapi kalau bukan sekarang kapan lagi? Tuhan sedang memberikan kesempatan padanya.
Alexa langsung membuka pintu itu dan berlari keluar. Mencari jalan keluar dari rumah ini. Tempat asing yang Alexa datangi membuatnya bingung harus pergi ke arah mana. Maxel atau ibunya tidak pernah mengajaknya untuk bermain diarea lantai dua rumahnya.
Dengan nafas yang memburu, akhirnya mata Alexa melihat sebuah tangga yang menurun. Alexa melangkahkan kakinya kesana.
Tapi langkahnya berhenti ketika melihat bayangan seseorang yang ingin menaiki tangga. Panik, Alexa langsung melihat pintu disebelah kirinya dan masuk kedalam diam-diam.
Mencari tempat bersembunyi, ia melihat tumpukan kardus yang tidak beraturan dan sembunyi dibalik sana. Ia langsung menenangkan nafasnya yang berhembus kencang sambil menyentuh dadanya yang sesak. Matanya memindai seluruh ruangan.
Sepertinya ini gudang, pikirnya.
KLEK
Alexa terkejut ketika mendengar suara pintu, pintu itu terbuka dan ia melihat Maxel yang masuk kedalam. Alexa langsung berusaha mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.
Ia melihat Maxel menyingkirkan sebuah karpet dan menarik pengait pada besi itu. Alexa termenung ketika melihat Maxel masuk kedalam kayu itu dan menutupnya kembali.
Alexa berdiri dari tempat sembunyinya. Ia berjalan perlahan ke arah kayu itu.
'Apakah didalam ruang bawah tanah?' pikir Alexa dalam hati.
Ia sungguh penasaran, tempat apa dibawah sana? tapi pikirannya langsung kembali ke rencana awalnya. Ia harus pergi dari sini.
"TOLONG!!"
Alexa berhenti melangkah ketika mendengar suara teriakan yang berasal dari ruang bawah tanah itu. Suaranya seperti tidak asing baginya.
"TOLONG!!!"
Kali ini Alexa mendengar teriakan itu dengan suara tangisan. Dia takut, tapi dia penasaran.
Ia akhirnya menyentuh pengait besi itu dan membukanya perlahan. Matanya langsung melihat anak tangga kebawah dengan kurangnya cahaya dibawah sana.
Alexa langsung turun kebawah dengan perlahan dan langkah seringan kapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAXEL
Mystery / ThrillerAlexandra dan keluarganya pergi ke desa terpencil New Orleans dengan rumah barunya. Disana Alexandra mencoba beradaptasi dengan rumah barunya, sekolah, dan lingkungannya. Berawal saat ibunya menyuruhnya untuk memberikan kue sebagai 'Salam Tetangga'...