Diriku dari sudut pandang lain
Tulisan kali ini mungkin sedikit menantang dan terlihat berbeda dari tulisan lain yang sudah terpajang.
Jujur saja, pandang mereka aku ini tidak biasa, tidak memiliki humor jenaka apalagi sebagai pujangga yang mencinta.
Aku adalah diriku
Nyataku ini banyak tersipu, rautku pun sering kupasang malu-malu. Kontak fisik apalagi sikap ramah mendayu, sungguh bukan gayaku
Selalu jika sempat dan punya waktu aku memangku kepala, terduduk dengan tangan berpasang pena.'kamu ini sebenarnya kenapa?' ungkap mereka penuh rasa tanya
'Memasang ruang akan kesendirian kamu pikir itu berguna?
Enggan menyapa saat berpapas dengan sepantaran, kamu pikir kamu akan dipandang suka?
Senyummu sulit terlukis dan lebih sering datar mengikis, kamu pikir dengan begitu orang akan menganggapmu ramah?'Jawabku menyudutkan diri memulai
Bukan. Bukan begitu, balas diriku lain.
Karena aku belum bisa, belum terbiasa
Karena aku takut kelewat gugup
Karena aku khawatir hingga jadi raguBagaimana jika aku membalas sapa atau memulai sapa dengan nada yang tidak selaras?
Bagaimana jika lugasku berbeda bahas dari apa yang mereka gagas?Ini sulit, ingatku lagi. Benar sungguh sulit.
Kau tahu?
Jangan paksa diriku jika tidak tahu mengapa
Jangan terus tanya diriku jika tidak mau dengar jawabnya
Dan jangan coba untuk ubah diriku seperti kuasa yang kamu mau harusnyaUntuk itu jika tidak suka, cukup hiraukan saja eksistensinya
Karena diriku yang lain ini istimewa, tak sembarang orang yang mampu mengerti akannyaMemahaminya secara sungguh?
Biarkan aku sajalah yang melakukannya
Karena aku mencintai diriku seperti adanya tanpa rasa bersalah bagaimana orang akan kiranya.-chanisa