Jiyong's POV
Abeoji memang tidak pernah mendengarkanku. Aku sudah katakan kalau aku tidak perlu penjagaan dari bodyguad tapi dia masih saja membiarkan orang-orangnya itu mengikutiku.
Apa aku harus mengelabui mereka? Apa aku harus mengeluarkan kekuatan ninjaku disini? Hahaha.
Tunggu dulu, kenapa mereka terlihat sedikit berbeda? Atau itu kostum bodoh baru mereka? Huh! Kau tidak bisa membodohiku lagi kali ini, Abeoji.
"Ji!!" teriak Soonho hyung dari belakang.
Dari kejauhan dua orang itu nampak tersentak lalu memasukkan sesuatu kembali kedalam saku mereka.
Soonho hyung berlari kearahku lalu menarikku paksa keluar dari gang sempit tempatku sekarang.
"Ada apa? Aku sedang malas kembali kerumah. Aku juga tidak diperbolehkan masuk club manapun biarkan saja aku berjalan-jalan disekitar sini"
"Dimana saja asal jangan disini" jawabnya panik lalu menarikku lagi.
Tanpa kusadari, dua orang yang awalnya kukira pengawal itu sudah berada dihadapan kami dengan pisau belati yang masing-masing mereka pegang.
Apa-apaan ini?
Soonho hyung memasang badan dihadapanku. Diam-diam aku mengirim lokasi tempatku sekarang berada pada polisi. Tidak sia-sia aku membeli benda mahal ini. Semoga saja mereka cepat tiba disini.
Aku mencoba menghalau mereka dengan kayu yang aku temukan saat berusaha lari dari kejaran dua orang bersenjata itu.
Namun, sialnya, aku yang jarang berolahraga ini tidak dapat menandingi kekuatan mereka yang sepertinya sangat terlatih dengan ilmu bela diri.
"Ji, aku akan menghalangi mereka berdua, kau larilah ketempat yang ramai" bisik Soonho hyung.
"Kau gila?!"
Jadi ini alasan abeoji bersikeras menyuruhku untuk 'hanya bekerja dikantor' dan menyuruh bodyguard mengikutiku kemana-mana?
Apa untungnya membunuhku?
Ah! Benar juga! Kenapa tidak terpikirkannolehku? Harga saham perusahaan pasti akan merosot! Benar juga! Perusahaan akan mengalami eksplisit karena itu dan berakhir pada penarikan sejumlah saham dari pemilik saham lalu perusahaan akan runtuh, sementara abeoji tidak memiliki penerus yang akan menggantikannya untuk meniti perusahaan yang runtuh itu kembali.
Cerdas!
Apa yang aku pikirkan? Ini sangat 'bukan diriku'! Kenapa aku harus memikirkan perusahaan saat aku akan dibunuh seperti ini?
"Yak!" Seseorang lelaki yang datang entah dari mana memukul penjahat itu dengan balok hingga ia tersungkur dijalanan.
"Kalian tidak apa-apa?" tanyanya.
Aku merasa tidak asing dengan wajah ini.
Seorang penjahat itu berusaha bangun dan melawan. Soonho hyung membantu lelaki itu melawannya. Sedangkan salah serorang dari penjahat itu mulai bangkit dan akan menyerangku dengan membabi buta. Namun dapat tertahan oleh lelaki itu. Ia tersungkur tepat dihadapanku.
Lengan kiriku koyak akibat sabetan pisau. Mereka bisa saja langsung menghabisiku jika suara sirine polisi membuat kedua penjahat itu lari terbirit-birit. Setelah itu aku benar benar kehilangan kesadaran.
***
Dara menunggu pulangnya sang adik hingga larut malam. Dinginnya udara tidak membuatnya lelah untuk menunggu.
Perasaannya kini mulai diselimuti rasa bimbang dan gundah. Baru kali ini Cheondung pulang terlambat tanpa menghubunginya.
"Sudah pukul berapa sekarang? Kenapa dia belum pulang juga? Apa pekerjaan barunya membuatnya harus pulang lebih larut? Apa aku menunggunya didalam saja?" gumam Dara pelan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath
Fanfiction"Tidak apa-apa" "Semua akan baik-baik saja" "Iya. Semua pasti akan baik-baik saja" "Aku mencintaimu" "Maafkan aku..."