Mr. Kwon menatap lembaran-lembaran foto yang kini sedang ia pegang. Sesekali ia mengerutkan dahinya sambil terus memperhatikan setiap gambar itu dengan seksama.
Fokusnya kini tertuju pada selembar foto Jiyong yang sedang berjongkok disisi Dara di taman kecil di samping rumahnya. Jiyong terlihat sedang menoleh kearah Dara yang sibuk menanam bunga sambil tersenyum manis. Menatap hangat gadis itu dengan sebelah tangannya menopang dagu.
"Jadi benar wanita itu selama ini tinggal bersama Jiyong?" gumamnya sendirian.
"Dia melakukannya dengan rapi kali ini. Sejak kapan dia terlihat mirip seperti ibunya?" kata Mr. Kwon lagi.
"Aku benar-benar tidak dapat mengerti bagaimana cara dia berpikir. Apa yang bisa wanita buta ini berikan? Aku awalnya mengira dia berpacaran dengan Taeyeon waktu itu. Ya, aku sempat berharap seperti itu atau dia memiliki hubungan spesial dengan siapapun dari level yang sama. Tapi yang aku dapatkan malah wanita seperti ini. Astaga.." dumelnya seraya membanting gambar-gambar itu keatas meja kerjanya.
Mr. Kwon mencoba menghubungi seseorang lewat telepon kantornya.
"Natasha, beritau pada Jiyong untuk pulang ke rumah utama hari ini. Katakan padanya kalau aku ingin menyelesaikan urusanku dengannya tempo hari" katanya begitu teleponnya terhubung.
"Baik, Tuan" sahutnya.
"Aku harus membuat kesepakatan untuk hal ini. Aku tidak bisa membiarkannya bertindak semaunya saja seperti ini. Dia harus diberikan pilihan" ucap Mr. Kwon setelah memutuskan sambungan teleponnya lalu kembali melihat-lihat foto-foto Jiyong yang sedang memperhatikan Dara sambil tersenyum manis.
***
Dara sedang duduk di bangsal VVIP salah satu rumah sakit milik keluarga Jiyong. Dia termenung sendirian dengan pakaian berwarna hijau tua dan pembungkus kepala yang kini bertengger diatas kepalanya itu.
"Kenapa dia belum datang juga?" gumamnya pelan.
Kurang dari satu jam lagi, Dara akan mulai menjalani bedah mata setelah perdebatan panjangnya dengan Jiyong dan dirinya sendiri.
"Aku tidak akan mau mulai di operasi kalau kau tidak datang!" ancam Dara hari itu.
"Iya. Aku janji" jawab Jiyong riang waktu itu.
"Dasar pembohong!" rutuk Dara.
"Siapa yang kau bilang pembohong itu?" tanya Jiyong yang entah sejak kapan sudah ada didalam ruangan rawat inap itu.
"Jiyong?" tanya Dara sambil mencari-cari asal suara.
"Kenapa? Kau sudah merindukanku?" tanyanya percaya diri.
"Tentu saja" sahut Dara membatin.
Jiyong duduk di tepi ranjang bangsal lalu menggenggam tangan dingin Dara, "maaf aku terlambat" katanya pelan.
Dara tidak menjawab.
"Kau gugup? Kenapa tanganmu dingin sekali?" tanya Jiyong lagi.
Dara mengangguk pelan, "aku takut, Ji" jawabnya.
"Kau akan baik-baik saja, Dara. Dokter disini adalah dokter-dokter terbaik" sahut Jiyong.
"Tidak hanya itu yang aku takutkan, Ji" batin Dara.
"Tenang saja. Aku akan ada di sini saat kau membuka matamu, Dara" ucap Jiyong lagi.
"Berjanjilah"
"Aku akan datang, Dara"
"Berjanjilah!"
"Iya. Aku berjanji" jawab Jiyong akhirnya.
"Sebaiknya kau bersiap-siap untuk melihat wajah tampanku, Dara. Banyak wanita yang terpikat akan ketampanan wajahku" ucap Jiyong menyombongkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath
Fanfiction"Tidak apa-apa" "Semua akan baik-baik saja" "Iya. Semua pasti akan baik-baik saja" "Aku mencintaimu" "Maafkan aku..."