Soonho masih terlihat linglung saat Jiyong dengan panik menghampirinya.
"Hyung!" teriak Jiyong membuat Soonho menoleh kearahnya hingga ia kehilangan jejak Dara.
"Dimana Dara?" serbunya.Soonho menatap sekitar tempat terakhir Dara berada, "Sepertinya ku kehilangan jejaknya" ucap Soonho sambil terengah-engah.
"Apa?! Kau tidak tau berapa luas gallery ini?! Bagaimana kau bisa kehilangannya?!" murka Jiyong.
"Tapi.. aku tadi.. kau.."
"Ah! Sudahlah! Cepat cari!" perintah Jiyong dengan kesal lalu pergi dengan panik
"Eyyy.. anak itu! Aku kehilangan jejak Dara juga karenamu!" rutuknya saat Jiyong telah pergi menjauh.
"Aku yakin tadi melihat Soonho hyung berada di sekitarku. Itu artinya Dara juga ada di sana! Bagaimana kalau dia melihat kejadian tadi? Aarrrggh!!" Jiyong mengacak rambutnya frustasi.
Langit mulai terlihat menggelap, matahari sudah hampir tenggelam diufuk barat namun Jiyong belum juga menemukan Dara.
Ia terus berjalan hingga sampai di ujung dari sebuah terowongan yang terbuat dari besi dengan bentuk yang unik berwarna putih dengan lampu yang menempel pada jalannya.
"Kau disana?" gumam Jiyong pelan setelah menemukan sosok Dara di dalam terowongan itu begitu lampu dinyalakan.
"Hey, apa yang kau lakukan disini?" tanya Jiyong pelan membuat Dara menoleh kearahnya.
"Ah.. aku sedang merekam" jawabnya sambil tersenyum, "tempat ini benar-benar bagus, Ji" katanya lagi.
"Ayo, kita pulang tempat ini sudah akan tutup" ucap Jiyong hendak merangkul Dara.
Dara dengan cepat menghindar sambil berjalan cepat, "benarkah? Ayo, pulang! Di mana Soonho-ssi?"
Jiyong menghela napasnya, "jadi dia melihat semuanya?" batinnya sambil berjalan dibelakang Dara. Memperhatikan punggung wanita yang dicintainya itu tidak bersemangat.
Dia terus merutuk dirinya di dalam hati sambil berandai-andai. Seandainya dia tidak mengajak Dara, seandainya Chaerin mengerti posisinya, seandainya kejadian tadi tidak terjadi, seandainya ayahnya tidak memaksanya untuk bekerja sama dengan perusahaan Twins Brt. itu. Seandainya dulu dia bisa lebih tegas, dia tidak akan terjebak di situasi yang tidak dia inginkan ini.
***
"Oppa!"
"Hyung!"
Kedua saudara itu dengan girang menyapa Jiyong.
"Oppa! Kita akan menikah!" serunya sambil berjingkrak senang dan menggelayut manja pada Jiyong.
"Yak! Kau bermimpi terlalu tinggi, Cat!" potong sang kakak.
"Kau tidak mengerti bisnis, Rat!" ejek adiknya.
"Apa? Ada apa?" tanya Jiyong bingung.
"Kemarin malam aku mendengar pembicaraan Appa dan Samcheon..."
"Kau mengupingnya, Chae!" protes kakaknya.
"Oke, aku menguping pembicaraan Appa dan Samcheon malam itu, dan kau tau? Mereka sedang membicarakan tentang perjodohan kita!" lanjutnya kegirangan.
Jiyong menatap wanita dihadapannya itu, "kau tau 'kan kalau aku benar-benar menganggapmu sebagai adikku, Chae?"
"Ya, aku tau, Oppa" jawabnya dengan ekspresi kecewa.
"Tapi, kau akan dapat masalah jika menolaknya, Hyung. Perusahaan kita akan mengadakan kerja sama bisnis properti dalam waktu dekat ini. Kau sangat mengenal ayahku, 'kan? Dia sangat egois" ujar Seungri.
"Begini saja, Hyung, lebih baik kau terima saja dulu keputusan orang tua kita sampai aku mendapatkan posisi Appa di perusahaan. Lagi pula kau sedang tidak mempunyai kekasih" ujar Seungri memberikan tawaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Breath
Fanfiction"Tidak apa-apa" "Semua akan baik-baik saja" "Iya. Semua pasti akan baik-baik saja" "Aku mencintaimu" "Maafkan aku..."