Jiyong's POV
"Aku ingin pulang"
Berminggu-minggu ini aku terus mendengar perkataan bodoh itu keluar dari bibir tipisnya. Aku lelah jika setiap hari harus mendengar permintaannya untuk membawanya pulang ketempat kumuh itu lagi.
Dia pasti bercanda saat dia bilang dia bisa hidup sendiri dengan keadaan seperti itu. Siapa yang akan mengawasinya? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Aku sudah tidak mungkin dibiarkan begitu saja oleh orang tuaku untuk pergi kedaerah seperti itu.
Tidak bisakah dia membiarkan aku dengan tenang menjaga janji kepada penyelamat nyawaku? Aku adalah orang yang akan menepati janjiku, apapun caranya.
"Bukankah luka di lenganmu itu seharusnya sudah sembuh?" tanyanya, "kalau begitu, sudah saatnya kau membawaku pulang ke tempatku" ujarnya masih duduk di tepi ranjang.
Kenapa dia terus-terusan membawa masalah luka lenganku? Apa aku harus terluka dulu supaya dia mau mendengarkanku?
Aku sibuk mengutak-atik handphoneku walau hanya membuka dan mengunci layar, tidak menghiraukan perkataannya.
"Kau tidak mendengarkanku?" tanyanya lagi.
"Tidak bisakah untuk satu hari ini saja aku tenang?" ujarku lalu bersandar di bahu sofa.
"Kalau kau mau hidupmu tenang, bawa aku kembali ketempatku segera" jawabnya cepat
"Tidak"
"Kenapa? Tidak ada alasan kau untuk menahanku lebih lama di sini"
Aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk mendebatnya hari ini. Setiap kali aku mencoba berkomunikasi dengannya, dia selalu saja mendebatku.
"Aku lelah, Dara. Jangan mendebatku malam ini" keluhku.
"Kalau kau begitu lelah, kenapa kau ke kamar ini? Itu artinya kau ada waktu untuk berdebat denganku tentang masalah ini"
Ini kamarku! Sudah jadi kebiasaanku setiap pulang akan masuk ruangan ini. Kau saja yang tidak tau!
"Baiklah. Aku akan kembali ke ruanganku sekarang. Selamat malam"
"Kau akan mengantar aku pulang besok pagi?" tanyanya seraya berdiri.
"Tidak akan"
***
Dara's POV
Bagaimana caranya agar aku bisa pergi dari rumah ini? Ini terasa seperti penjara bagiku. Semua yang ada disini membuatku tidak nyaman.
Lelaki arogan itu akan selalu memaksaku untuk tinggal disini, memaksaku makan dan membelikan semua hal yang tidak aku perlukan. Dia membuatku seperti boneka.
Yang benar saja? Aku ini buta! Dia malah membelikan aku pakaian yang dia bilang keluaran terbaru musim ini yang bahkan aku tidak tau warna dari pakaian itu. Dia membelikan aku banyak sepatu-sepatu mahal dari merk-merk luar negeri padahal aku seharian hanya berada didalam rumah ini. Dia memerintahkan seluruh pelayannya untuk mengurusi segala perlengkapanku, padahal aku bisa mengurus diriku sendiri.
Jika aku tidak mengikuti kemauannya yang tidak masuk akal itu, dia akan mengancam dengan memecat pelayan itu. Dan semua itu tidak hanya sekedar ancaman! Dia pernah benar-benar memecat pelayannya hanya karena aku menolak untuk makan malam.
NONSENSE!!
Aku benci dikasihani seperti ini!
Dan lagi, aku tidak pernah sekalipun percaya padanya. Bagaimana mungkin aku bisa percaya bahwa mendiang Cheondung bisa mengenal seorang anak biliyuner sepertinya? Aku bahkan baru mengetahui fakta bahwa ternyata dia adalah anak dari seorang biliyuner saat tidak sengaja mendengarkan berita di televisi saat mereka menayangkan berita tentang penyerangan penerus Kwon Corps itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath
Fanfiction"Tidak apa-apa" "Semua akan baik-baik saja" "Iya. Semua pasti akan baik-baik saja" "Aku mencintaimu" "Maafkan aku..."