Chapter 7

6.3K 380 1
                                    

Irene merebahkan dirinya di kasur. Di sebelahnya, tampak Seulgi yang sudah terbawa mimpi. Irene merasa lelah, namun Ia tidak mengantuk. Sudah ditegaskan, kalau dirinya selalu kepikiran dengan Suho.
‘Apa ia sudah makan?’
‘Apa ia bisa memasak dengan benar?’
‘Apa ia memikirkanku?’
‘Sudah tidurkah dia?’
Semua pertanyaan itu bersarang di kepala Irene, ia mendengus. Ingin cepat tidur, namun matanya hanya terpejam untuk sekedar menutup mata, bukan untuk tidur.

Karena bosan, Irene mengaktifkan ponselnya.
5 panggilan tak terjawab dari Suho.
Irene malas melihatnya, lagi-lagi Ia menghembuskan nafasnya kasar, entah untuk keberapa kalinya. Jari lentik Irene mengotak-atik layar ponselnya dengan terus menyentuhnya. Dan tiba-tiba, Irene mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk.
Diakun sosial media Suho, pria itu meng-upload foto Lami yang sedang memakan kue dengan lucu.
‘Wah, Lami tambah lucu ya?’
‘Mana fotomu Suho?’
‘Suho, aku ingin melihat fotomu dengan istrimu lagi, Kalian serasi saat bersama’
Membaca komentar-komentar itu membuat Irene terdiam, apalagi komentar terakhir. Di akun sosial media Suho, hanya ada beberapa foto saja. Dan foto Suho dan Irene yang hanya berdua cuma ada 1. Yang lain bertiga bersama Lami. Atau mungkin hanya ada Lami.
‘Benarkah? kalau begitu aku akan banyak banyak berfoto dengan istriku dan meng-uploadnya’
Komentar baru masuk, dan itu Suho. Pria itu berkata akan berfoto dengan istrinya. Irene langsung lemas.
Bisakah Ia mewujudkannya?

Sudah 3 hari Irene berada di rumah Seulgi. Pagi-pagi, Lami terbangun dari tidurnya, seperti biasa, ia akan langsung berlari ke kamar Suho untuk membangunkan ayahnya itu.
“Ayah, bangun” Lami naik kekasur Suho dan berbisik di telinga ayahnya itu.
Tak butuh waktu lama, Suho bangun dari tidurnya. Ia langsung duduk dan menatap Lami sambil tersenyum walaupun matanya masih sedikit berat untuk dibuka.
“Ayah, kenapa wajahmu putih sekali?” Lami berkata polos sekali, maksudnya, ia melihat kalau wajah Suho begitu pucat.
Suho hanya tersenyum kecil. “Ayah hanya lelah sayang”
Oh ayolah, jelas saja Suho lelah. Ia terpaksa melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan Irene selama Irene tidak di rumah. Untung saja ada Yerim yang setia menjaga Lami ketika Suho bekerja, untungnya lagi Suho tidak dapat panggilan untuk melakukan pekerjaan di luar kota lagi.

Ting-tong...

Bel rumah berbunyi. Sepertinya itu Yerim.
Benar saja, setelahnya, Suho melihat Yerim yang menyapanya dan juga Lami.
“Kak Suho... Apa kau baik-baik saja? Kau pucat sekali” Ujar Yerim.
“Benarkah? Aku hanya lelah Yerim, kau tidak perlu khawatir” ucap Suho dengan senyum tipisnya.
“Tidak kak. Kau terlihat lebih dari lelah. Sepertinya kau sakit”
Suho tersenyum lalu bangkit dari posisinya. Namun, kepalanya terasa pening dan penglihatannya kabur perlahan.
.
.
.
Irene sedang membersihkan rumah Seulgi. Ini kebiasaannya waktu di rumah bersama Suho dan Lami, melakukan pekerjaan rumah tangga biasa.
Awalnya Seulgi tak mau kalau Irene membersihkan rumahnya. Karena Irene adalah tamu, Seulgi merasa kalau tamu itu harus dihormati dan tidak melakukan hal-hal seperti menyapu, memasak, dan lainnya. Namun Irene tetap saja melakukan semua itu.

• My Heart Always Will Be Yours || SureneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang