Suho, dan keluarga Irene berlari menyusuri lorong rumah sakit, tak lupa Lami yang berada digendongan ayah Irene. Gadis kecil itu masih bingung, kenapa ayah dan neneknya menangis melihat bunda-nya tertidur. Setidaknya, itu yang ada dipikiran Lami.
"Dokter! Tolong istri saya dok! Dia tertembak" Ucap Suho saat seorang dokter berhasil ia temui. Dokter itu hanya mengangguk lalu menuntun Suho dan keluarga Irene menuju ruang operasi.
"Suster, siapkan semua perlengkapan untuk operasi dan bawa pasien kedalam. Cepat" perintah dokter itu kepada suster yang berada dibelakangnya. Suster itu mengangguk lalu membawa Irene ke ruang operasi.Diluar ruangan
"Irene... Sayang..." Ibu Irene menangis, berharap semoga putrinya baik-baik saja.
"Ibu, tenanglah. Kita harus berdo'a agar Irene baik-baik saja" ucap Suho berusaha menenangkan ibu Irene, walaupun ia sama terpukul melihat kesedihan ibu mertuanya itu.
"Siapa yang tega melakukan ini pada putriku..." Suho hanya menghembuskan nafasnya kasar, ia juga bingung. Apakah mungkin Krystal? Hanya itu yang ada dipikiran Suho.
"Bunda kenapa kek?" Tanya Lami kepada kakeknya.
"Ehm sayang, bunda sedang sakit. Lami harus berdo'a agar bunda cepat sembuh. Mengerti?" Jelas ayah Irene, Lami yang mendengar itu mengangguk meng-iyakan.
.
.
.
Hari sudah pagi, Suho, Lami dan keluarga Irene masih menunggu didepan ruang operasi. Mereka tidak tidur sama sekali, berbeda dengan Lami yang saat ini terlelap digendongan kakeknya.
"Ibu dan ayah pulang saja dulu, biarkan saya yang menemani Irene" ucap Suho. Ibu Irene hanya menggeleng.
"Ibu harus istirahat. Ibu tenanglah, jika Irene sudah membaik saya akan menghubungi ibu dan ayah" Suho berusaha meyakinkan ibu Irene agar beliau mau menuruti permintaan Suho.
"Baiklah ibu dan ayah akan pulang. Ibu juga akan mengijinkan Lami untuk libur sekolah dulu beberapa hari" Suho hanya menanggukan perkataan ibu mertuanya.
"Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu"
Saat orang tua Irene akan pergi, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Refleks membuat dua orang tua itu kembali menemui dokter itu.
"Dokter bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Suho.
"Syukurlah pasien baik-baik saja, dan pasien akan dipindahkan keruang ICU. Tapi ada kabar buruk..." ucap dokter itu kemudian menghembuskan nafasnya kasar.
"Apa kabar buruknya dokter? Katakan?" Tanya ibu Irene.
"Pasien kehilangan banyak darah, hal itu mungkin akan membuat pasien koma beberapa hari" ibu Irene tak dapat lagi membendung air matanya.
"Ibu, dengarkan saya. Ibu harus tenang, yang ibu lakukan hanya terus berdo'a agar Irene bisa melewati yang ia rasakan saat ini" ucap Suho, walaupun sebenarnya ia juga merasa sedih karena mendengar kabar istrinya koma.
"Sudah, lebih baik ibu dan ayah pulang dan istirahat. Saya akan menjaga Irene disini" Ibu Irene mengangguk, tak lupa ia berterima kasih kepada dokter yang ia temui tadi.
.
.
.
Suho pergi ke ruang ICU tentu saja ditemani oleh seorang suster. Saat Suho memasuki ruangan itu, ia bisa melihat wanita yang ia cintai terbaring lemah diatas ranjang dengan mulut dan hidung yang ditutup oksigen. Tubuh Irene dililit beberapa kabel dan hanya bunyi suara monitor yang Suho dengar didalam ruangan itu.
Suho duduk dikursi sebelah ranjang dimana Irene terbaring lemah. Suho menggenggam tangan Irene lembut. Ia memandang lekat wajah istrinya itu.
"Sayang, ini aku Suho" yang dipanggil hanya diam tanpa menjawab.
"Sayang, aku tau kau bisa mendengarku" Suho tak kuasa menahan air matanya.
"Sayang, Lami menunggumu dirumah, begitu juga orang tua mu. Mereka menunggumu, sayang" ucap Suho sambil tersenyum walaupun air mata menghalangi pandangannya.
"Aku mohon cepatlah bangun sayang" ucap Suho kemudian mencium kening istrinya. Tanpa Suho sadari, sebuah air mata mengalir dari sudut mata Irene yang sejak tadi terpejam.
.
.
.
Sudah 5 hari Irene tak sadarkan diri. Suho merasa semakin khawatir, tapi dokter mengatakan bahwa kondisi Irene cukup stabil.
"Sayang, cepatlah sadar. Aku merindukanmu"21.46 KST
Suho tertidur disebelah ranjang Irene, ia menyandarkan kepalanya keatas ranjang.
Entah berapa lama Suho tertidur, ia terbangun karena merasakan seseorang membelai lembut rambutnya. Suho pun membuka matanya dan ia hampir tak percaya kalau Irene yang membelai lembut rambutnya. Irene tersenyum dibalik masker oksigen itu.
"Sayang, kau sudah sadar" Suho sangat bahagia, air matanya pun tak berhenti membasahi pipinya.
Suho menekan tombol untuk memanggil dokter setelah sebelumnya ia menghubungi orang tua Irene kalau Irene sudah sadar dari koma-nya.Tak lama kemudian dokter dan beberapa suster datang dan memeriksa keadaan Irene.
Dokter dan beberapa suster itu saling melemparkan senyum dibalik masker yang mereka pakai.
"Selamat nyonya Irene anda berhasil. Anda berhasil berjuang melawan masa kritis anda" mendengar perkataan dokter itu, membuat Suho tersenyum walaupun air mata masih membasahi pipinya.
"Anda akan kami pindahkan kekamar rawat inap besok pagi, sekali lagi selamat nyonya Irene"
.
.
.
"Bunda!!" Lami berhambur memeluk Irene saat memasuki kamar rawat Irene.
"Bunda kenapa sakit lama sekali? Lami merindukan bunda"
"Maafkan bunda, sayang" ucap Irene sambil mengusap kepala Lami sayang. Pandangan Irene beralih kepada 2 orang tua yang sangat disayanginya.
"Ibu, ayah" ibu dan ayah Irene berhambur memeluk putri satu-satunya itu.
"Kau tidak tahu betapa khawatirnya kami sayang?" Ucap ibu Irene.
"Maafkan aku, ibu. Aku juga tidak ingin ini terjadi"
"Ayah dan Suho sudah mengetahui siapa pelaku yang menambakmu waktu itu, Irene" ucap ayah Irene.
"Siapa? Apakah Krystal?" Tebak Irene.
"Hmm, Krystal dan salah satu suruhannya. Sehun" Irene menatap tak percaya. Sehun?Hayoooo looo ada apa ini anak ayam sama nyai😱
Maaf kalo chap kali ini jeleksss, aku cuma gak mau readers menunggu lama.
APA LAGI MENUNGGU TANPA KEPASTIAN HIYAAA😆😂 (maapkeun aku yang bucin ini zeyenk)
Buat yang penasarang sama keluarga Suho, akan ada di chap berikutnya guyssss. OKE!Cuma mau bilang...
AKU SAYANG KALIAN SEMUA😘🥰
JANGAN LUPA VOTE & COMMENT YAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
• My Heart Always Will Be Yours || Surene
Fiksi PenggemarSuho Irene "My Heart Always Will Be Yours"