Chapter 18

1.3K 85 13
                                    

"Sehun bisakah kita bertemu? Aku ingin membertahumu sesuatu" ucap Seulgi diseberang telepon.
'Apakah penting? Jika tidak, aku tidak bisa' ucap Sehun yang terdengar malas.
"Baiklah, kalau kau tidak ingin tahu tentang Suho dan Irene. Lebih baik kututup teleponnya"
'Dimana kita bisa bertemu?'
Kemudian Seulgi menutup teleponnya setelah menyebutkan dimana Sehun harus menemuinya.
'Kita mulai permainan ini Irene'
.
.
.
”Huweeee..." Lami menangis di gendongan neneknya, tidak mau di gendong siapapun selain neneknya meskipun itu adalah kakeknya. Tangisannya semakin kencang, membuat ayah Irene merasa panik.
"Ada apa ibu? Kenapa dengan Lami?" Tanya Irene saat ibunya memasuki ruangan rawatnya.
"Lami terjatuh"
“Kenapa Lami bisa jatuh?" Tanya Irene lagi. Terlihat jelas kecemasan diwajah cantiknya.
”Tadi Lami sedang berlarian saat sampai disini. Lalu dia terjatuh, dan kedua lututnya terluka" ibu Irene menjeIaskan masih dengan Lami dalam gendongan.
"Tadi di depan dia tidak menangis, kenapa sampai diruanganmu malah menangis kencang begini?"
Irene menghela nafas "Manjanya sedang kambuh" bisik Irene pada Suho, yang Iangsung diangguki oleh sang suami.
"Sini, Lami dengan ayah, ya? Nanti ayah tiup supaya lukanya cepat sembuh” Suho mencoba untuk membujuk putri kecilnya.

Awalnya Lami menggelengkan kepala, tapi kemudian ia mengangkat wajah dari bahu neneknya dan berpindah digendongan ayahnya.
"Coba, ayah lihat lukanya” Suho membawa Lami untuk duduk di pangkuannya di atas sofa. la melihat luka-Iuka kecil di kedua lutut putrinya. Tidak berdarah tapi Suho tahu itu pasti sakit untuk anak seusia Lami.
"Sakit, ayah" ucap Lami disela tangisnya. Irene hanya memperhatikan di dekat mereka.
"Mau dibacakan sesuatu?" Ucap Suho, lalu
Lami mengangguk kuat-kuat. la dengan sekuat tenaga menahan tangisnya, sampai sesekali sesenggukkan karena masih merasakan sakit.
"Simsalabim, fyuh!" Suho menundukkan kepalanya, meniupkan nafas kecil di kedua lutut Lami "Sudah, Lami sudah sembuh" ucap Suho kemudian tersenyum kepada putrinya.
"Kenapa dibacakan itu, ayah? Bukankah itu biasa diucapkan pesulap?" Tanya Lami polos.
"Karena ayah ingin menyihir Lami agar tidak sedih lagi"
Dengan manja, Lami melingkarkan kedua tangannya di Ieher sang ayah.
"Terima kasih, ayah" ucap Lami sebisanya dengan nafas terputus-putus karena menahan tangis.

Ibu dan ayah Irene tersenyum lega. Ia bangga dengan bagaimana cara Suho menenangkan Lami. Dengan penuh kelembutan namun tegas ciri seorang ayah yang baik.
"Sudah tidak sakit lagi, kan?"  Tanya Suho. Lami menggeleng.
"Lami ingin dibelikan apa? Ayah belikan, tapi janji jangan menangis lagi, Bagaimana?" Lami mengangguk.
"Lami ingin ice cream" ucap Lami
Suho mengangguk lalu mengantarkan Lami membeli ice cream yang ia minta.

'Suho selalu saja memanjakan Lami' batin Irene sambil menggelengkan kepalanya, melihat suami dan putrinya menjauh lalu keluar melalui pintu. Tak lama kemudian ia tersenyum, mengingat kasih sayang Suho kepada putri satu-satunya itu.
.
.
.
Seulgi dan Sehun kini berada disebuah kafe yang ada dikotanya. Seperti sebelumnya, mereka bertemu dikafe ingin berbicara mengenai Suho dan Irene.

"Apa yang ingin kau katakan Seulgi? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu" ucap Sehun sambil menatap Seulgi dengan wajah dinginnya. Yang dipikiran Seulgi hanya ada betapa menyebalkan Sehun setiap kali bertemu dengannya.
"Hmm, Suho dan Irene akan melapor kepolisi" kata-kata itu sukses membuat Sehun terkejut. Tapi, tak lama kemudian ekspresinya kembali seperti semula.
"Jadi mereka benar-benar ingin bermain denganku"
"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Seulgi.
"Menculik anaknya" ucap Sehun lalu pergi meninggalkan Seulgi yang masih ada dikafe.

'Kau pasti akan sangat senang, Irene. Tapi, sepertinya kau juga akan sedih karena kehilangan seseorang dihidupmu' -Seulgi.

Yeeee aku up lagi guys...🥳
Agak panjang khannn...
Kebetulan mood aku lagi baek, dan otakku lagi encer abis kejedot pintu😆 *ga ah canda
Mungkin nanti atau besok akan up lagi

Udah ah gitu aja
See you di next chapter😘🥰

• My Heart Always Will Be Yours || SureneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang