5. Menyempurnakan kekuatan

45.3K 4.9K 212
                                    

"Bangun!"

Gadis itu tak mengindahkan. Masih bergelung nyaman diatas bulu-bulu halus bagai permadani mahal.

"Bangun!" Sekali lagi Ludra mengguncang tubuhnya. Gadis itu hanya menggeliat, tersenyum damai dengan mata masih terpejam. Tubuhnya malah semakin meringkuk mencari kehangatan ke dalam lekukan sayap Zie.

Ludra mendengus, "Zie."

Satu panggilan itu seketika membuat elang raksasa membuka mata. Ia mengembangkan sayap. Bersiap terbang.

Suwa tersentak. Gerakan tiba-tiba itu membuat gadis bersurai hitam kaget setengah mati. Mengerjap panik ketika elang putih tersebut mulai melayang.
"Ehh.... Ti... Tidak. Jangan terbang dulu!" Kedua tangan Suwa refleks mencengkeram erat bulu Zie. Menunduk ke bawah dilihatnya Ludra memandangnya tenang.

"Tolong lakukan sesuatu!" Teriak Suwa berharap Ludra menolongnya.

Zie melayang semakin menjauh dari tanah. Mengepak-ngepakkan sayap kian lebar. Membuat Suwa semakin tergelak panik. Tubuhnya terguncang hingga pegangan tangannya terlepas. Tubuhnya pun terjungkal.

Suwa menjerit, memejamkan mata rapat bersiap merasakan kerasnya tanah.

Namun sebelum itu terjadi, Ludra dengan sigap menangkapnya. Membuat tubuh gadis itu berada dalam gendongannya.

Perlahan Suwa membuka mata. Ada rasa lega saat tahu sesuatu menopangnya. Kemudian kedua matanya bertemu pandang dengan manik secerah langit milik makhluk itu. Dengan jarak sedekat ini Suwa bisa melihat dengan jelas keindahan mata milik sang Falcon terakhir. Suwa bahkan hampir tak berkedip saking takjubnya.

Sepersekian detik mereka bertatapan tetapi Suwa langsung memalingkan muka. Wajahnya mendadak bersemu merah. Tidak tahan bertatapan sedekat ini.

"Dasar kerbau."

Refleks Suwa kembali mendongak. Memberi tatapan nyalang. Makhluk ini barusan mengejeknya, "Apa?"

Ludra tak menjawab ia hanya menarik sudut bibirnya kemudian menurunkan tubuh mungil Suwa. Sikap pria itu membuatnya benar-benar kesal.

Ini memang salahnya, tertidur terlalu lama sampai tak merasakan sinar matahari sudah berpendar sedari tadi. Tetapi ia tak menyangka bakal mendapat ledekan dari si makhluk legendaris ini.

Tapi.... Tunggu!

Makhluk ini bahkan memecahkan rekor tertidur begitu lama bukan?

Suwa berdecak. Balik membalas ejekan Ludra, "Tidurku itu tak seberapa. Aku bahkan pernah membangunkan makhluk yang berhibernasi selama beratus-ratus tahun. Ohh... Menakjubkan bukan?"

"Ya... Dan orang yang membangunkan makhluk itu ditakdirkan menjadi pelayannya. Sungguh sial."

Suwa sontak menegang. Berharap ia bisa tersenyum puas membalas ejekan Ludra tetapi malah dirinya yang terpojok. Suwa tersadar kembali bahwa dia tengah berada dalam cengkeraman makhluk yang sewaktu-waktu akan memakannya. Seharusnya dia tak membalas ucapan makhluk yang telah menjadi tuannya ini.

"Ya... I... Itu benar." Suwa tergeragap setengah takut ia memberanikan diri untuk menimpali perkataan Ludra, "Tapi itu di luar kehendakku."

Penuh tekad Suwa menatap lurus Ludra, "Aku memang bersedia menjadi pelayanmu. Tetapi aku tak mau bicara formal pada anda tuan. Karena aku bukan budak."

Ludra hanya terdiam.

Meneguk ludah Suwa kembali melanjutkan kalimatnya, "I... Itu satu permintaanku. A... Aku hanya tak mau dikekang.  Meskipun begitu aku akan melakukan pekerjaan dengan baik."

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang