16. Mata (A)

38K 4.1K 416
                                    

Lama nungguin ya! 😁😁
Pikiran lagi kosong ditambah wattpad eror. So, baru update sekarang. Chapter selanjutnya diusahain update lebih cepet. #12 dalam fantasi

****

"BLUMM"

Tanah bergetar. Makhluk raksasa bermata satu roboh dengan luka menganga di sekujur tubuhnya. Dia mati. Beberapa saat kemudian makhluk tersebut berubah jadi abu.

Ludra menurunkan pedang yang ia gunakan untuk menyabut nyawa raksasa tersebut. Manik peraknya melirik ke belakang. Belum puas. Seketika ia melesat, mengejar siluman lain.

'CRASHHH'

Kena.

Darah segar muncrat mengenai wajah sang Falcon terakhir. Sama sekali tak terganggu, Ludra tanpa ekspresi mengelap darah tersebut dengan sebelah tangan. Entah sudah berapa banyak makhluk yang menjadi buruannya saat ini. Sejak semalam, Ludra bagaikan pembunuh berantai yang siap melahap siapapun.

Hutan belantara ini jadi lautan darah makhluk-makhluk yang menjadi tumbal sang Falcon terakhir demi memulihkan kekuatannya. Tentu saja bukan sembarang makhluk, Ludra hanya mengahabisi makhluk yang tak memiliki jiwa, makhluk yang hanya bisa membunuh dan membunuh demi kepuasan batin mereka.

'KREIKK'

Ludra mencengkeram leher siluman yang hendak melarikan diri tanpa menyentuhnya. Sebelah tangannya terangkat membentuk gerakan mencekik. Sedetik kemudian bekuan es melilit leher siluman itu, bagaikan remasan kaleng, es tersebut mencekik makhluk itu hingga mati.

Cahaya kuning keemasan menjalar di tubuh Ludra, pertanda kekuatannya bertambah. Memejamkan mata  merasakan aliran kekuatannya, Ludra berdiri tenang. Lalu....

'KRAAAGG'

Tanah yang Ludra pijak beku seketika.

Ludra membuka mata. Saatnya dia menjajal kekuatan barunya dengan makhluk berilmu tinggi.

****

"Dia di mana?"

Suwa duduk melamun, memandang langit sore yang bersinar syahdu. Seakan merasa sepi, sedari tadi ia menunggu sang Falcon terakhir. Namun pria itu nampaknya enggan menampakkan wujudnya hari ini.

Apa dia merindukannya?

Pemikiran tersebut langsung membuat Suwa menggeleng. Tidak, dia tidak merindukannya. Hanya saja tumben sekali makhluk itu tidak berada di sekitarnya. Apa yang sedang ia lakukan?

Suwa mendengus, melirik Gu dan Ga yang bergelungan di tanah. Setengah berlari ia menghampiri kedua hewan itu.

"Bagaimana kalau kita mandi." Ucapnya lantas menggendong bayi-bayi Drok menuju pemandian.

Suwa meletakkan mereka ke pinggir kolam. Kebetulan sekali penginapan ini memiliki pemandian air hangat. Meski tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk dipakai.

"Tunggu di sini!" Suwa meletakkan Gu dan Ga ke sisi pemandian. Setengah berlari, diambilnya handuk putih dan ia selampirkan ke tali jemuran yang sudah tersedia di sana. Suwa tersenyum, melirik Gu dan Ga yang teduduk diam. Sepertinya kedua hewan tersebut tak keberatan. Apalagi Ga si hewan bercorak ungu yang biasanya selalu memberontak bila ia pegang sekarang nampak jinak.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang