8. Siluman Rubah

39.4K 4.6K 277
                                    

Suwa mendesah lega. Akhirnya dia bisa melarikan diri dari makhluk legendaris itu. Setelah dirasa yakin bahwa posisinya sudah cukup jauh, Suwa merebahkan punggung di sebuah pohon besar. Istirahat sejenak sembari mengurut kakinya yang terasa pegal.

Hutan ini sangat lebat. Kicauan berbagai jenis burung dan derik serangga terdengar jelas di gendang telinga. Sebelum larut, ia harus keluar dari hutan ini jika tidak mau bertemu dengan hewan buas yang siap menjadikannya menu makan malam.

Walau setelah ini Suwa tak tahu harus ke mana, tetapi setidaknya ia bisa terbebas dari Falcon. Dan mencari hunian yang sepi kalau perlu tidak ada manusia pengganggu di dalamnya. Sendiri lebih baik. Menjalani hidup damai, tanpa ada seorang pun yang menjadikannya wayang di mana harus selalu digerakkan oleh sang dalang. Karena Suwa sudah tidak mempercayai siapapun di dunia ini. Satu-satunya manusia yang ia percayai sudah tiada. Meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Ayah."

Suwa menatap nanar ke langit. Merindukan sosok hangat yang selalu memeluknya dahulu kala.

"Ayah...." Suwa kembali memanggil. Tanpa sadar setitik air mata meluncur membasahi pipi. Duduk menekuk kaki kemudian meringkuk menenggelamkan kepalanya di lutut. Ia menangis, "Aku merindukanmu."

Selalu terlintas di benaknya untuk menyusul sang ayah yang sudah berada di surga. Tetapi entah kenapa, di saat dirinya putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Selalu saja tekadnya untuk bertahan hidup kembali muncul. Seakan dewi kehidupan selalu mengusir setiap bisikan setan padanya.

Dan ia juga belum siap mati. Meski hidupnya sudah tak berarti.

Suwa menjalani hidup dengan kosong dan hampa. Tetapi ia tetap memanfaatkan nyawanya yang masih setia tinggal di tubuhnya. Sampai menunggu ajal menjemput dengan sendirinya. Rumit memang, namun itulah yang ia rasakan.

Beberapa kali terbelesit dalam pikiran untuk membalas dendam atas kematian keluarganya. Namun beberapa kali juga keinginannya selalu luntur, saat sadar dia hanya wanita lemah yang tidak punya daya apapun untuk melakukan hal itu. Terlebih, dia juga tidak tahu pasti siapa pembunuh keluarganya. Yang ia tahu hanyalah mereka dari kaum bangsawan.

Para bangsawan yang sebenarnya menginginkan kematiannya.

Tangan Suwa mendadak terkepal. Teringat kembali peristiwa berdarah itu. Marah, sedih, takut, gemetar, merinding jadi satu. Ayahnya yang begitu baik harus merenggang nyawa berikut dengan keluarganya yang lain. Mereka bukan hanya membunuh keluarganya. Namun juga membunuh kehidupannya.

Setelah kejadian tersebut. Entah kenapa setiap manusia yang ditemuinya selalu memiliki maksud tertentu. Tak ada orang yang benar-benar tulus menolongnya.

Suwa masih duduk meringkuk. Meratapi nasibnya. Dan...

>
>
>

"Wah... Akhirnya ketemu."

****

Ruby menatap nyalang perempuan yang tengah bermain bersama seekor monster kecil. Ingin sekali dia merobek jantungnya kemudian mencincang tubuh manusia itu dan memberikannya kepada makhluk-makhluk kelaparan di luar sana. Tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu. Setidaknya tidak sekarang. Heise akan sangat murka.

Ya, akan ada saatnya ia menghabisi manusia tidak berdaya ini.

"Matamu akan copot jika memandang seperti itu."

"Diam kau penyihir!" Ruby mendengus sarkas. Membalikkan tubuh guna menatap lawan bicaranya, "Ada apa kau kemari? Astaga, kenapa selalu saja ada pengganggu."

Yazzi, peramal sekaligus penyihir yang merupakan penasehat sang kegelapan terkekeh. Pria berahang tegas namun berwajah lembut itu menyelampirkan jubahnya lantas berjalan mendekati Ruby.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang