10. Kelompok pemberontak

41.3K 5K 479
                                    

NB : Chapter 11 sampai selanjutnya akan diprivate. Jadi follow dulu supaya bisa baca.

"Aku tidak mau jadi pancingan lagi!" Suwa mendengus kesal. Melengos memunggungi Ludra yang tengah memberi makan Zie.

Suwa bersumpah tidak akan mau melakukan tindakan gila seperti yang terjadi sebelumnya. Menantang maut demi perintah sang majikan. Ya dewa, ia tidak akan melakukannya lagi.

Memancing beberapa makhluk membuat ia nyaris terkena serangan jantung. Jika terus menerus terjadi, bisa-bisa dirinya akan mati muda.

Bayangan wujud makhluk-makhluk yang mengejarnya kemarin masih tercetak jelas dalam ingatan. Astaga.... Mereka sangat mengerikan. Makhluk-makhluk tersebut memiliki bentuk dan rupa aneh yang tentu saja membuat bulu kuduk merinding. Tidak seperti siluman rubah yang menangkapnya waktu itu yang masih segar dipandang mata.

Suwa bahkan tak bisa tidur dan makan, teringat betapa sangar wajah siluman maupun monster kemarin.

Ada yang bentuknya menyerupai babi namun berjalan dengan dua kaki memanggul palu besar sebagai senjata. Ada monster mengerikan bertubuh kekar, besar dengan gigi taring mencuat mengeluarkan lendir menjijikkan di sekitar mulutnya hampir mirip seperti werewolf. Ada pula yang menyerupai pohon namun ternyata merupakan monster mengerikan dengan tatapan angkara murka yang berhasil melukai kaki kiri Suwa dengan rantingnya sebelum sang Falcon datang tepat waktu dan bertarung hebat dengan makhluk tersebut.

Peristiwa kemarin benar-benar membuat Suwa trauma.

"Aku tidak mau melakukannya lagi." Suwa masih terus menggerutu. Namun sang Falcon terlihat acuh. Masih sibuk memberi sejumput daging untuk Zie.

"Lalu?"

Pertanyaan singkat Falcon terakhir membuat Suwa terperangah. Astaga makhluk ini benar-benar sialan.

"Aku tak mau jadi tameng lagi. Aku hampir mati jantungan kemarin." Kali ini Suwa kembali membalikkan badan menatap kesal sosok bermata sejernih kristal itu.

"Oww." Setelah memberi makan Zie, Ludra kembali menerbangkan elang yang sedari tadi bertengger di sikunya. "Lalu kau mau apa?"

"Pekerjaan lain. Hmmm, maksudku aku tidak mau berurusan dengan makhluk-makhluk aneh seperti kemarin."

Ludra terdiam. Menunggu Suwa menyelesaikan acara protesnya.

"Tenang, aku tetap akan membantu memulihkan kekuatanmu tuan. Dengan merekomendasikan beberapa orang yang pantas mati."

"Terakhir melakukannya kau malah pingsan."

"I... Itu karena baru pertama kali. Setelah dipikir-pikir aku sangat senang, mereka pantas mendapatkannya."

"Hmm." Ludra mengangguk-angguk mengerti, "Lalu siapa yang akan kau rekomendasikan lagi?"

"Tempat perdagangan wanita." Jawab Suwa mantab. Tersenyum miring ia mengimbuhkan, "Di negeri ini pasti sangat banyak. Dan aku ingin kau menghancurkan semuanya."

Karena, dia begitu benci. Teramat benci atas perlakuan manusia-manusia biadab, manusia-manusia tak bermoral, manusia - manusia yang justru pantas disebut iblis.

Suwa masih mengingat kilasan-kilasan masa lalu yang begitu ingin ia kubur. Namun tetap saja, peristiwa tersebut masih terlintas di dalam memorinya.

"SUUU WAAA."

Seruan itu terus menerus menggema. Membuat gadis delapan tahun tersebut meringkuk dengan tubuh gemetar. Bersembunyi di bawah meja berharap tidak ditemukan.

"BAA..."

Suwa terperanjat kaget. Sosok pria berkumis tersenyum setan melongok kolong meja.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang