11. Salju

40.4K 4.5K 180
                                    

Seekor burung berwarna hitam legam dengan suara berkaok parau namun memekakan telinga mendarat di pertengahan hutan.

Seiring kakinya menapakkan tanah, gagak tersebut merentangkan sayap dan mengibas-ngibaskan dengan gaya anggun kemudian menjelma menjadi perempuan rupawan berpakaian hitam nan seksi dengan banyak belahan di sepanjang kaki sampai paha. Senyumnya mengembang, "Aku menang, Yazzi."

"Karena aku mengalah." Pria berlebel penyihir muncul secara ajaib di belakang siluman gagak.

"Salahmu." Meilan mengibaskan rambut, kaki jenjangnya melangkah dengan pinggul bergerak-gerak bak model, "Dan aku tidak akan bercinta denganmu."

Yazzi tersenyum, "Aku sudah pernah merasakannya."

"Dan kau ingin selalu merasakannya."

Tertawa, Yazzi melangkah santai mengikuti wanita gagak itu. "Berapa makhluk yang sudah kau goda?"

"Banyak." Meilan menjawab enteng, "Itu kegiatan menarik. Aku bahkan berniat mencuri serbuk perayu si rubah untuk kepuasanku."

"Dasar sundal."

"Hahaha terimakasih pujiannya." Meilan terkekeh dengan punggung tangan menutupi mulutnya. Dia selalu riang, ramah, optimis dan juga menggoda. Dengan gayanya yang centil nan menyenangkan. Membuat siapapun makhluk akan menyukainya.

"Tapi aku merasa bosan." Meilan menghela nafas, "Belum ada yang membuatku terpuaskan."

"Coba saja dengan Orpha."

"Hahaha ide bagus." Meilan berhenti sejenak, "Tapi aku selalu ingin bercinta dengan sang kegelapan."

Dan Yazzi tidak berkomentar, hanya bisa tertawa lebar sambil terus melangkah memperhatikan keadaan hutan sekitar.

"Ayo cari Falcon! Kelompok pemberontak pikir, kita belum mengunjungi daerah ini." Ujar Yazzi dengan senyum remeh di sudut bibirnya.

Ya, anak buah sang kegelapan lebih dulu mengendus jejak Falcon. Pertarungan Ludra dengan beberapa siluman dan monster di sini telah mereka ketahui sebelum kelompok pemberontak datang.
Sengaja. Yazzi dan Meilan bersembunyi di balik rerimbunan dengan menggunakan serbuk kamuflase yang diberikan sang kegelapan sehingga siapapun tak dapat melihat maupun mencium keberadaan mereka. Namun serbuk tersebut hanya bisa bertahan beberapa menit. Yazzi dan Meilan pun segera pergi sebelum sempat melihat penyihir Momoru datang di antara kelompok pemberontak.

****

Ketika mereka menemukan tanda-tanda sang Falcon, makhluk itu sudah tak berada di hutan tersebut. Ia sudah berada di tempat lain. Bersama pelayannya. Gadis pemanggil Falcon menuju tempat yang mereka rencanakan.

Menelusuri satu desa ke desa lain untuk meratakan perdagangan manusia. Namun sesungguhnya bukan hanya itu yang membuat Ludra melaksanakan niatnya. Ia bisa menebak bahwa keberadaannya telah tercium. Dengan berpindah-pindah tempat, setidaknya sang kegelapan tidak dapat menemukannya dengan cepat. Tidak, lebih tepatnya dia tak ingin Dosta menemukan pemanggilnya.

Ludra melirik Suwa. Ekspresinya terlalu datar hingga siapapun tak bisa menebak apa yg dipikirkan Ludra sekarang.

"Aku lelah." Suwa menghela nafas. Berdiri dengan tidak semangat. "Bisakah kita beristirahat sejenak?"

Ludra melihat sebuah pemukiman tak jauh dari tempat mereka berada. Terdapat sebuah bangunan besar, sangat mencolok dibanding beberapa rumah lain.

"Pergilah ke penginapan! Kau bisa istirahat di sana."

Mata Suwa melebar, "Benarkah?"

Ludra mengangguk.

"Yeah.." Tersenyum gembira, Suwa  berlari ke arah penginapan. Wajahnya berbinar-binar. Dia sangat senang. Tentu saja. Sudah beberapa lama ia tak merasakan hangatnya berada di dalam ruangan. Tidur tanpa harus khawatir angin akan mengusiknya.

FALCONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang